Bonus Content - Waiting for the Blue Sky- Part 2

3.1K 247 2
                                    

Aku tidak boleh kemana-mana, aku hanya berada di kamar tidur seharian. Aku tidak bisa mengajarkan Bahasa Inggris kepada murid-muridku dan Ibu mertuaku seharian mengurusiku, aku sedikit tidak enak.

"Kamu mau kemana?" Tanya Lily, Ibu mertuaku. Kini Lily sering menggunakan Bahasa Indonesia denganku, karena katanya agar lebih mempermudahku belajar Bahasa Indonesia.

"Mahu ambhil minum," Jawabku dengan logat Indonesia yang sangat aneh.

"Mama yang ambilin aja ya London..." Sebetulnya aku sudah risih diperlakukan seperti ini selama tiga bulan. 

Tetapi aku harus menuruti kata-kata dokter Willy, sepertinya rahim-ku lemah semenjak keguguran pertamaku saat Juan menculikku. Tak berselang lama Lily membawa air mineral lalu menyerahkannya padaku.

"Jangan kayak kemarin ya London, kamu tiba-tiba ke kamar mandi sendirian... kamu harus minta tolong Zach atau Mama okay? Kalau perlu panggil Bik Sumi," Aku mengangguk mengerti.

Kemarin aku berjalan sendirian menuju kamar mandi karena terlalu malas memanggil mereka untuk menuntunku kesana. Sebetulnya, aku merasa baik-baik saja namun keluarga-ku sepertinya terlalu berlebihan menanggapi hal ini

"Mau apa lagi? Cemilan?" Aku menggeleng pelan.

"No, enough Ma..."

"Okay,Eyang sama Mama ada di kamar sebelah, tinggal pencet aja tombol, Bik Sumi juga kok tinggal kemari, Zach nggak lama lagi pulang," Aku mengangguk paham. 

Aku sudah banyak mengerti kosakata Indonesia namun masih sulit untuk berbicara dalam Bahasa Indonesia.

"Thank you, Mama..." Lily tersenyum padaku lalu mengecup keningku. 

Setelah itu ia hanya menutup setengah pintu kamarku dan lagi-lagi aku hanya berada seharian di kamar ini sambil membaca novel-novel yang Zach bawakan untukku. Karena aku sudah lumayan mengerti Bahasa Indonesia, Zach membelikanku bacaan ringan berbahasa Indonesia atau komik terjemahan Bahasa Indonesia yang membuatku mengerti.

"Angel... how's your day honey?" Tampak Zach yang sangat tampan dan seksi berbalut kemeja warna biru langit dan kerah yang sedikit terbuka. Aku lega melihatnya pulang dari kantor. Aku rindu padanya seharian ini.

"Seperti biasa aku hanya terbaring di kasur ini," Jawabku dengan nada manja. Zach menutup pintu kamar kami kemudian menghampiriku dan mencium bibirku dengan sangat lembut. Berciuman dengannya selalu menjadi kegiatan favoritku.

"Gosh, I miss those lips," Bisik Zach di bibirku dan aku tersenyum.

"Akhu jugha kanggen," Jawabku dengan bahasa Indonesia terbata dan Zach terkekeh.

"Istriku bener-bener belajar giat ya kayaknya," Aku sudah sangat paham apa yang Zach katakan ketika berbahasa Indonesia. Kemudian Zach melepaskan kemeja nya dan tampaklah tubuhnya yang luar biasa.

Astaga, sudah tiga bulan kami tidak berhubungan seks. Tidakkah dia tersiksa? Karena aku sangat tersiksa (Nympho London, please hold yourself!)

Hamil inseminasi buatan tidak membuat kami mudah berhubungan seks di kala mengandung. Sebetulnya memang tidak di sarankan hanya saja aku membaca sebuah artikel bahwa berhubungan seks ketika hamil sangatlah luar biasa karena hormon wanita benar-benar sedang berada di puncak, hingga membuat kenikmatan yang luar biasa. Namun, dokter kandunganku tidak menyarankan hal ini karena hal tersebut sedikit riskan.

"London, nanti kamu ngiler liat aku," Sepertinya memang sudah terjadi, karena mulutku sedaritadi terbuka.

"Mhemang akhu nggiler khayaknya," Zach tertawa kemudian ia mengambil kaos dari lemari pakaian dan mengganti celana kantornya dengan sarung. 

Astaga, aku baru tahu semejak kami menikah cukup lama dan tinggal di Indonesia cukup lama bahwa ia sangat senang sekali menggunakan kain kotak-kotak khas Indonesia yang bernama sarung. Zach akan memakainya dan berjalan keseluruh rumah. 

Dia hanya memakai sarung dan celana dalam saja di dalamnya. Aku merasa bokongnya terlihat lebih seksi ketika sarung tersebut menempel dengan sempurna di tubuhnya.

Damn, why my husband looks so hot!

"Mau jalan ke taman?" Tanya Zach dan aku mengangguk. Zach mengambil kursi roda dari pinggir tempat tidur kemudian menuntunku untuk duduk di kursi roda dan ia mengantarku keluar kamar. Astaga, berada di ruang tamu rumahku sendiri saja rasanya sudah sangat lega.

Zach sepertinya terkekeh melihat sikapku yang sangat gembira hanya dengan keluar dari kamar tidur kami dan keluar ke taman belakang rumah. Zach, sengaja membangun rumah yang besar di Jakarta sehingga aku bisa menikmati berenang di kolam renang, berolahraga kemudian menanam tanaman organik agar aku dapat meminum juice detox favoritku.

"Ah... senhengnyaa..." Kataku dengan bahagia. Kemudian Zach berlutut di depan ku dan mencium perutku yang belum begitu besar.

"Z, ada ide untuk nama bayi kita?" Tanyaku. Kemudian raut wajah Zach seperti berpikir dan ia melihat langit yang sangat cerah diatas kami.

"Blue Sky?"

"Blue Sky? Kenapa begitu?"

"Karena kau senang dengan cuaca cerah bukan? Kau senang memandangi langit biru dan pernikahan kita dilaksanakan ketika cuaca sangat cerah kemudian California memiliki langit yang cerah dan berwarna biru... begitupula Jakarta, kita sama-sama berasal dari tempat yang memiliki langit cerah dan berwarna biru..."

"That's so fuckin' poetic!"

"Ssssh! Angel! Kau tidak bisa mengumpat ketika mengandung bayi kita!" Aku menutup mulut ku dan mengatakan'oopsss'dengan pelan namun Zach terkekeh.

"I'm just kidding Angel..."

"I know...kau selalu begitu," Zach menangkup wajahku kemudian ia mengecup bibirku.

"Blue Sky King... namha yang indah..." Kataku dengan pelan di bibirnya.

"Seperti kamu..." 

OH, SHIT I'M SCREWED ( #2 THE SHIT SERIES) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang