Summer memberikanku topeng putih dengan bulu diatasnya.
Kuharap aku tidak akan bertemu dengan karyawanku atau siapapun dari perusahaanku di klub ini. Beruntunglah pesta ulang tahun mantan teman kerja Summer mengadakan pesta topeng sehingga aku tidak terlalu malu mengenakan dress yang Summer pilihkan untukku ini.
Astaga, aku tampak seperti pelacur dalam balutan dress ini namun anehnya aku juga merasa sangat seksi menengenakan dress ini. Damn.
Summer menyapa beberapa rekan kerjanya dan memperkenalkan aku. Irama kencang klub ini berdentum keras di telingaku, sungguh membuatku ingin cepat-cepat keluar darisini. Kuharap alkohol dapat menurunkan mood ku yang jelek.
Aku memberitahu Summer bahwa aku akan duduk saja di meja bar, dan Summer tampak kecewa. Aku tahu dia mengajakku kemari untuk bersenang-senang tetapi aku tidak menikmati bersenang-senang dengan cara seperti ini.
Saat aku duduk di meja bar aku memesan Jim Beam. Aku bukan penggemar berat Whiskey namun Jim Beam sebuah pengecualian.
Saat minumanku datang aku hanya memandangi sekerumunan orang yang berdansa dan berjoget mengikuti alunan lagu yang membuat kupingku sakit.
Seluruh pengunjung di pesta ini menggunakan berbagai macam topeng.
Aku tidak bisa membedakan yang mana pengunjung dan yang mana Man Comforter. Aku melihat seorang lelaki bertubuh sangat bagus mengenakan topeng hitam, jaket kulit berwarna coklat muda dan kaos abu-abu yang menempel sempurna di tubuhnya, dia sedang bercumbu dengan seorang wanita yang mengenakan pakaian terbuka berwarna merah.
Banyak dari pria-pria disini yang memiliki tubuh bagus namun hanya pria yang bercumbu dengan wanita berbaju merah itu yang menarik perhatianku.
Kurasa Jim Beam sudah mulai bekerja dengan tubuhku, hingga aku tidak bisa berhenti melihat mereka bercumbu.
Seseorang merangkulku dari belakang, tangannya besar dan aroma cologne pria yang sangat menyengat, bisa kutebak dari aroma cologne yang dia pakai, bahwa dia salah satu Man Comforter.
"Hei, cantik mau berdansa?" Bukankah seharusnya kita yang memilih salah satu diantara mereka? Bukan mereka yang memilih kita. Aku menggeleng.
"No thanks," Pria itu merekatkan lengannya di pundakku dan membuat bagian perutku menekan kemaluannya.
"Kau tidak harus membayarku cantik, aku sudah dibayar oleh pemilik pesta ini, you hot as fuck woman..." Great, aku digoda oleh seorang gigolo.
What the fuck is wrong with this guy?Aku juga tidak akan membayarnya jika dia menempelkan kemaluannya sembarangan di tubuhku.
Aku bisa merasakan kemaluannya mengeras di balik celana jeansnya. Aku berdiri dan membawa gelas berisikan Jim Beam ku.
"Get off me, asshole!" Lelaki itu tidak melepaskan tangannya dari pundakku dan membuatku berhadapan dengannya ketika aku akan memukul wajahnya seseorang memukul kepalanya hingga lelaki itu tersungkur terjatuh.
Ketika lelaki brengsek itu akan berdiri dia dipukul lagi oleh seseorang yang menyebabkan beberapa bouncer datang dan membuat lelaki brengsek itu menjauh.
Seluruh pengunjung yang tadinya berfokus pada perkelahian ini kembali berdansa dan menonton pertunjukan seorang pria bertelanjang dada hanya memakai celana jeans berjoget diatas meja dan beberapa wanita mengerumuninya untuk memberinya sejumlah uang.
"You okay?" Ternyata lelaki yang bercumbu dengan wanita berpakaian merah yang memukul laki-laki brengsek ini.
"Yeah, terima kasih..." Jawabku pelan.
"Maafkan aku, seharusnya salah satu pegawai kami tidak bersikap begini terhadap para klien," Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena topeng yang lelaki itu pakai hampir menutupi sebagian wajahnya. Tetapi suaranya penuh dengan maaf.
"Oh, okay... lagipula aku bukan kliennya, aku hanya datang ke pesta ini untuk menikmati whiskey," Jawabku singkat. Lelaki itu menggeleng sambil tertawa lirih.
"Kau tidak datang kesini karena ingin bersama salah satu laki-laki di LLC?" Tanyanya dengan nada heran. Aku mengangguk pelan lalu menyesap Jim Beam ku.
"Aku dipaksa temanku kemari, aku bukan wanita yang menyukai Night Club dan membayar pria untuk memuaskanku di ranjang, sorry no offense,"
"Not taken. Kau mau berdansa?" Tanyanya sopan. Aku juga bukan tipe yang menyukai dansa. Tetapi aku tidak bisa membiarkan tangannya menggantung begitu saja.
"Sure, tapi jangan menyentuh ku melebihi batas yang kuperbolehkan,"
"Yes Ma'am," Kuambil tangannya dan aku mengikutinya ke lantai dansa.
Satu hal yang membuatku membenci lantai dansa. Kerumunan orang dan keringat yang keluar dari tubuh mereka. Aku menyukai tubuhku yang berkeringat, tetapi aku membenci tumpukan keringat manusia yang menempel padaku. Itulah sebabnya aku tidak pernah bisa awet dengan satu pasangan. Aku selalu berpura-pura menyukai hubungan seksual dengan pasanganku tetapi setelahnya aku akan mandi dan menggosok tubuhku hingga keringat dari tubuh pasanganku menghilang secepatnya.
I know, I have some issues with someone's sweat. Terkadang aku membenci aroma tubuh mereka, I don't know why.
Kurasa lelaki itu melihat bagaimana tidak nyamannya diriku berdansa di lantai dansa. Lelaki itu membuat beberapa space di sekitar ku hingga aku tidak menyenggol satu pun pengunjung lainnya. Wah, betapa pengertiannya dia.
"Kau tahu?" Tanyaku heran.
"Tahu apa?"
"Kalau aku tidak nyaman di kerumunan orang," kataku dengan kencang di telinganya. Karena suara musik di klub ini sangatlah kencang.
"Yeah, aku tahu gerak-gerik seperti dirimu, aku mengenal seseorang yang sepertimu,"
"Oh, siapa?"
"Hem, seseorang yang sangat kukenal," Kurasa dia tidak ingin membahasnya lebih lanjut. Karena selanjutnya lelaki itu hanya berjoget seirama dengan musik. Bibirnya yang tidak tertutup oleh topeng tampak tersenyum.
"Kau bukan pedansa yang baik," Katanya di telingaku. Aku tertawa lalu menutupi wajahku dengan tangan.
"I know, maka dari itu aku hanya duduk di pinggir bar dan menikmati Jim Beam," Lelaki itu terkekeh.
"Kalau begitu mau menikmati Jim Beam di atap? Kurasa aku juga butuh Jim Beam sekarang,"
"Bukankah kau harus menemani beberapa wanita disini?" Tanyaku. Lelaki itu menggeleng.
"Tidak, aku bisa menemanimu menikmati Jim Beam, No Kiss No Sex right ?" Tanyanya.
Aku mengangguk. Lelaki itu meraih tanganku lalu mengajakku ke counter bar dan mengambil satu botol Jim Beam besar di tangannya dan menuntunku ke atap.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH, SHIT I'M SCREWED ( #2 THE SHIT SERIES) [END]
RomanceWARNING! 21++ ( Due to some mature scene and content, underage is not allowed to read this story... please be a responsible reader) London King seorang co-CEO Vita Skin yang berusia 33 tahun adalah wanita yang sangat mencintai pekerjaannya. Dia bek...