Bagian 3

218K 9.9K 823
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

"Apakah malam ini kau senggang Zio?" tanya Figo seusai mengepulkan asap rokok yang tinggal setengah.

Agra menoleh, membuang asal buku majalah konten dewasa yang menupuk di meja bundar samping sofa tunggal yang kini ia duduki.

"Aku ada pertemuan dengan ayahku malam ini." Ujar Agra, tangan kekar dipenuhi otot atletis nya meraih sebuah ponsel berwarna merah di atas meja bundar.

Figo menoleh, berjalan dari jendela menuju sofa di depan Agra. Bibir kiss-able nya kembali menghisap rokok yang menjadi pecandu nya sejak kelas 8 Smp. "Tak biasanya kau mau di ajak pertemuan formal seperti itu. Apa kau baru saja berlatih menjadi anak ayah?"

Agra berdecih, "cih, jika saja orang tua itu tak mengancam untuk mengambil semua fasilitasku maka aku tidak akan mau di ajak kepertemuan seperti itu. Membuang waktu!" gumamnya diberikan kekehan kecil oleh Figo.

Jika di lihat, Figo lebih tampan berkali lipat ketika sedang menunjukan senyum atau tawanya namun entah apa yang dipikirkan tiga orang bersahabat itu sehingga enggan menunjukan senyumnya. Datar.

"Baiklah baiklah aku percaya, sebenarnya aku ingin mengajakmu ke bar malam ini."

Agra mengabaikan ponselnya yang menyala dan lebih tertarik menatap Figo yang duduk menikmati setiap hisapan pada batang rokok itu. Sesekali ia lihat Figo mengetukan batang rokok di atas asbak bermaksud membuang ujung rokok yang sudah terbakar menyisakan abu.

"Apa ada barang bagus malam ini?" Agra menaikan satu alisnya.

"Ya. 2 orang pilihan pemilik bar yang tentu bernilai VVIP" goda Figo agar sang Leader ikut bersamanya malam ini. Menikmati malam indah bersama para jalang yang haus akan uang.

"Oke, aku ikut!"

Agra menggerakan jarinya naik turun di ponsel bermaksud mencari kontak ayahnya. Ia akan membatalkan pertemuan itu dan memilih ikut bersama Figo menikmati malam indah bersama jalang. Ya, malam ini Agra ingin memuaskan hasratnya.

'Ada apa?' tanya ayah Agra dingin dengan aura menyeramkan tak kalah dengan Agra. Bisa di bilang Agra adalah keturunan yang sangat menuruni gender ayahnya. Sama-sama memiliki aura menakutkan.

"Aku membatalkan pertemuan itu." Lihatlah meski berkata pada orang tua nya sekalipun tidak menggoyahkan sikapnya yang dingin.

'Apa kau gila? Tidak ada penolakan khusus malam ini!' Agra memutar bola matanya malas. Mendengar ocehan Ayahnya bukanlah hal terbaik dihidupnya.

"Ya aku gila. Izinkan aku untuk tidak datang malam ini saja" jawab Agra enteng. Terdengar helaan nafas di seberang sana. Dapat Agra yakini bahwa Ayahnya tengah bersender di kursi dan mengangkat kedua kakinya di atas meja kerjanya.

'Kau boleh tidak datang.'

"Baiklah kalah begitu. Aku tutup panggilan in--" ucapanya terpotong oleh perintah ayahnya.

'Asal kau coret namamu di keluarga ini'

Kini Agra yang menghembuskan nafasnya. Jika sudah begini, mana bisa ia menolak perintah itu. Sedangkan di seberang sana terdengar nada serius tanpa becanda. Ya Zean Mahendra tidak pernah becanda dengan semua ucapannya. Benar-benar sial hidup Agra mendapat ayah seperti dia. Satu ucapan tanpa ada penolakan.

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang