Bagian 32

122K 5.9K 509
                                    

°°°King Bullying

baca ATTENTION di bagian prolog terlebih dahulu!

-o0o-

Mata Zara beredar ke seluruh penjuru ruangan. Ia bingung mengapa Agra membawanya kemari. Badannya panas dingin dari awal dia bertemu dengan Agra. Zara mendesis kesakitan ketika pergelangan tangannya di tarik oleh Agra dengan sangat kuat. Zara tidak bisa apa-apa kecuali menuruti perintah Agra, bak boneka tak bernyawa.

"K-kita mau apa?" tanya Zara di sela-sela kekasaran Agra menarik tangannya.

"..." tak ada jawaban membuat Zara mendengus sebal. Agra masih saja menarik tanganya hingga ke sebuah ruangan yang cukup besar.

"Rias dia secantik mungkin! Aku akan kembali pukul 7 malam, harus sudah selesai!" salah satu pelayan toko mengangguk paham dan tersenyum manis.

Agra kemudian pergi, meninggalkan Zara yang berdiri mematung melihat Agra sudah menghilang dari balik pintu. Ia melihat masal semua baju-baju di sini. Rupanya tak hanya toko baju tetapi juga bisa merias wajah.

"Mari Kak silahkan," Zara mengikuti pelayan wanita itu berjalan menuju ruangan lain yang lebih tertutup.

Hanya satu yang menggantung difikiran Zara. Mengapa Agra melakukan ini semua? Untuk apa? Acara apa? Zara benar-benar penasaran dan harus menanyakanya setelah Agra kembali.

-o0o-

Sudah hampir Isya, tetapi Zara belum juga pulang. Ibu menunggu di teras rumah dengan raut gelisah. Ia takut akan terjadi sesuatu dengan putri sulungnya. Zara hanya berpamitan pergi sebentar dengan temannya namun sampai saat ini belum pulang juga.

Petir bergemuruh di langit hitam kelam tanpa ada bintang dan bulan. Malam ini sepertinya akan turun hujan yang deras, Ibu terkejut ketika sebuah tangan kecil menyentuh lengannya. Ia melihat kesamping, ternyata Lisa.

"Ibu menunggu Kakak?" tanya Lisa.

"Ibu hanya khawatir dengan kakakmu," ujar Ibu.

"Ibu mari masuk, kakak sudah besar pasti bisa menjaga diri sendiri. Jika Ibu seperti ini bisa masuk angin," Ibu tersenyum pada putri bungsunya. Manis sekali tingkahnya dan Ibu tak tahan untuk mencium keningnya.

Ibu mengangguk kemudian memasuki rumah bersama Lisa. Menutup pintu dengan rapat begitu juga dengan jendela. Ibu sedikit tenang dengan perkataan anaknya, benar sekali Lisa bahwa Zara sudah besar ia pasti bisa menjaga diri sendiri. Mungkin banyak tugas yang perlu dikerjakan atau di rumah temannya sudah hujan sehingga membuatnya tidak bisa pulang. Ya, begitu pikir Ibu.

-o0o-

Agra turun dari mobil kesayanganya dengan gaya yang sungguh elegant. Memakai kemeja hitam, celana hitam, sepatu hitam dan kacamata pun hitam. Jika digambarkan pada sebuah novel kriminal maka ia pantas disebut mafia. Ia merasa seperti pemimpin dari gerakan penikmat darah manusia, merasa puas jika melihat manusia mati di hadapan sendiri. Tapi Agra tak sebegitu keji, ia lebih merasa seperti pangeran berkuda putih dengan keagungan hati yang luar biasa baiknya. Tapi itu asumsi Agra, Agra tak menghiraukan bagaimana penilaian orang terhadap dirinya. Yang pasti Agra merasa manusia paling baik di dunia.

Langkahnya tak dapat dihentikan siapapun hingga ia membuka pintu ruang rias. Ia melihat wanita cantik kini berdiri dihadapannya. Gaun merah maroon itu melekat indah di tubuhnya, sepatu hak tinggi dengan warna hitam itu terlihat seksi jika di pakai olehnya dan tak lupa rambut yang biasa diikat kini dibiarkan terurai indah dengan poni yang menghiasi dahinya. Sungguh pemandangan luar biasa, Agra merasakan terkejut dan gugup ketika melihatnya. Inikah Zara dengan versi Alexa? Seribu bahkan sejuta kali lebih cantik dan seksi dari Alexa. Agra mengakui itu.

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang