Bagian 51

134K 5.9K 359
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

Hari ini Zara dan Agra rencananya akan periksa kandungan di rumah sakit dan Agra bersedia mengantarkan Zara sebab paksaan dari Hanin. Sebenarnya Agra ada urusan di kantor Ayahnya tetapi kata Ayahnya pentingkan keluarga dahulu daripada urusan bisnis.

Jadi di sinilah mereka sekarang, di hadapan seorang dokter yang diketahui namanya Dr. Andini,sp.OG. Zara masuk kedalam ruangan tadi dengan wajah datar, ia kira tidak akan bertemu lagi dengan dokter satu ini.

"Kalian sudah menikah?" tanya Dokter Andini basa-basi.

"Ya, satu bulan yang lalu." Jelas Zara membuat Dokter wanita itu mengangguk.

Tangannya sibuk menuliskan resep vitamin dan susu ibu hamil untuk Zara.

"Baguslah, anak itu mendapatkan haknya. Kalian mau tahu jenis kelaminnya?" tawar Dokter Andini.

"Ya!" jawab Agra dengan cepat.

Zara menoleh pada suaminya yang terlihat semangat. Mengapa akhir-akhir ini tingkah Agra membuat perasaannya menghangat. Padahal dari luar ia terlihat cuek dan dingin tetapi di lubuk hatinya ia adalah orang yang perhatian.

"Baiklah, mari!"

Zara mengikuti jejak Dokter Andini, dokter itu membuka tirai yang di dalamnya ada brankar dan alat USG. Zara segera berbaring di sana. Ia merasakan perutnya dingin saat gel berwarna hijau toska itu melumasi perutnya. Lalu ia merasa geli hebat saat alat yang di pegang Dokter Andini bergerak menyeluruh mencari titik dimana kelamin si bayi berada.

Sebuah tayangan di layar itu membuat kinerja jantung Agra lebih cepat. Di sana, terlihat janin yang berasal dari dirinya. Ia hampir terbawa suasana melihat janin itu. Janin yang tumbuh dan berkembang sehat di dalam rahim wanita di hadapannya.

"Dia selalu bergerak, sepertinya dia akan menjadi anak yang aktif. Menurut saya jenis kelaminnya perempuan," jawab Dokter Andini sedikit tidak yakin. Karna dia memang terus bergerak dan sulit menerawang nya.

Pandangan Agra menjadi datar. Huh menyebalkan, padahal dia berharap bayi itu laki-laki.

"Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Zara pada Agra.

"Aku berharap laki-laki!" katanya dengan malas.

"Tapi aku berharap perempuan!" sewot Zara.

"Aku ingin dia menuruniku," tutu Agra tak mau kalah.

"Maksudmu emosional, egois, pemarah, ketus, galak, cuek dan temperamen sepertimu?"

"Setidaknya dia menuruni ketampananku!" kata Agra memberi pembelaan.

"Kata siapa kau tampan?"

"Kalau aku tidak tampan, kau tidak akan menyukaiku dari kelas sepuluh dan rela membuat puisi dengan kata-kata alay seperti itu!"

"Sudah, sudah, perdebatan kalian lanjutkan nanti di rumah." Dokter Andini menengahi sebelum rumah sakit ini gempar karna pasutri satu ini.

-o0o-

Satu fakta penting yang Oki ketahui tentang Alessya adalah bahwa gadis itu sepupu Alexa. Pantas saja mereka sama cantiknya, tetapi Alessya lebih baby face karna ternyata dia baru kelas sebelas dan bersekolah di SMA yang berbeda dengan Oki.

Satu bulan ini mereka dekat dalam artian sahabat. Mereka sering mengunjungi toko buku karna sama-sama menyukai pelajaran biologi, mereka juga sering mengikuti seminar peluncuran novel terbaru dan Oki nyaman pada gadis ini. Karakternya hampir sama dengan Zara tetapi Zara adalah orang yang tertutup dalam masalah sedangkan Alessya selalu terang-terangan mencurahkan isi hatinya. Bahkan ia selalu ceplas-ceplos mengenai perasaannya pada Oki yang katanya spesial.

Ternyata Alessya mengenal Oki karna pernikahan Agra dengan Zara. Dia datang bersama Alexa dan dia melihat Oki, ia tertarik pada Oki dan meminta nomor Oki pada Alexa hingga mohon-mohon.

"Jadi sekarang Alexa di Amerika?" tanya Oki setelah menyeruput Coffee Cappuccino nya.

"Iya, kabarnya dia bahkan sudah tunangan dengan pria blasteran Indo-European," jelas Alesaya.

"Padahal dia mencintai kakakku, apa secepat itu dia melupakan Kak Agra?" beberapa opini terbang di pikiran Oki, antara pria itu sebagai pelampiasan atau Alexa benar telah berpaling dari Agra.

"Kurasa ia di jodohkan," Alessya mengatakan itu seolah tanpa beban, tetap memakan blackforest cake miliknya.

"Benarkah?" raut Oki tidak percaya.

"Seperti yang kau tahu, Daddy Alexa orang yang memandang menantu dari segi keuntungan."

Oki jadi kasihan dengan Alexa jika itu benar. Alexa gadis baik, tapi semoga saja pilhan Alexa yang terbaik. Oki memandang Alessya dengan seksama, gadis penyuka cake dengan rambut pendek sebahu. Manis sekali seperti anak kecil kelaparan.

Namun figur lain memancing penglihatannya, dia yang duduk tidak jauh di belakang Alessya. Oki dan Alesaya duduk di meja nomor 4 di kafe ini dan wanita yang mengganggu pandangan Oki itu duduk di meja nomor 7.

"Oki kau kenapa?" Alessya mengikuti arah pandang Oki. Lalu melihat wanita duduk sendiri di sana yang fokus pada ponsel. "Kau mengenalnya?" tanya Alessya lagi.

"Wait, Carla?" monolognya membuat Alessya bingung.

-o0o-

"Bagaimana hasilnya?" tanya Hanin pada Zara dan Agra yang baru datang.

Terlihat dari penampilan Zara bahwa anak itu khawatir dengan kandungannya. Zara selalu memakai dress saat berpergian dan memakai baju tidur saat di rumah.

"Sehat dan berat badanku naik," Zara memajukan bibir bawahnya.

Pantas saja ia merasa berat untuk bangun jika sudah duduk atau berbaring. Sebenarnya wajar sih kenaikan berat badan, tetapi Zara merasa kesal ketika ia sudah duduk enggan berdiri.

"Itu wajar, sayang." Kata Hanin lembut.

"Bagaimana? Apa sudah ditentukan jenis kelaminnya?"

Zara menoleh pada Agra yang memutar bola matanya jengah.

"Menurut prediksi dokter sih perempuan," mata Hanin berbinar mendengarnya. Sepertinya akan ada bocah manja dengan kelakuan feminim di keluarga ini.

"Wah, selamat untuk kalian. Semoga lahir dengan sehat dan kuat ya," Hanin mengusap perut Zara.

Zara hanya tersenyum melihat perilaku Hanin padanya. Sedangkan Agra melirik adegan itu, seperti yang kalian tahu Agra belum pernah menyentuh perut Zara sama sekali.

Agra segera duduk di sofa, diikuti Zara dan Ibu ikut duduk. Agra meletakan plastik berisi susu dan vitamin di atas meja. Kemudian tangannya bergerak meraba kantong celananya.

Ia hanya melihat-lihat beranda salah satu akun sosial medianya. Agra tak nenghiraukan Ibunya dan Zara sedang berbincang mengenai rencana Hanin mengajak Zara join menjadi model bisnis fashionnya. Yang telinga Agra dengar sih, karna Hanin melihat kecantikan Zara bisa beribu kali lipat saat sudah di poles menggunakan make up.

Agra berhenti menggulir layarnya ketika foto Zara muncul di ponselnya. Foto yang di ambil dimana hari pernikahannya. Sangat cantik dan Agra tidak sadar menyimpan foto itu di galeri. Hanya sekedar menyimpan foto.

Tiba-tiba ponselnya berdering, ada panggilan masuk dari nomor tidak di kenal. Agra mengernyit bingung, lalu mengangkat telepon itu tanpa menjauh dari Hanin dan Zara.

"Siapa?" tanya Agra langsung pada intinya.

Beberapa detik hanya terdengar suara kerumunan orang berbicara dan tidak jelas, namun kemudian orang itu bersuara jelas bahkan sangat jelas hingga Zara dan Hanin menatap ke arah Agra yang mengepalkan tangannya kuat.

'Hai, Agra. Apa kabar?'

-o0o-

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang