Bagian 22

119K 6.1K 268
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

Zara mengeratkan jaket milik Agra yang melekat di badannya. Udara malam semakin dingin, angin malam bertiup dari arah timur menerpa wajahnya. Beberapa anak rambutnya jatuh menghalangi mata indah yang terkena pantulan sinar lampu jalanan.

Zara menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinga. Sungguh mengganggu dan membuat wajahnya gatal.

"Jangan salah mengartikan, aku hanya merasa merasa bersalah karna yang terakhir bersamamu adalah aku. Aku tidak menolongmu, tapi itu hanya kewajibanku."

Selepas itu, mobil sport putih itu melaju dengan kecepatan tinggi. Menyusuri jalanan sepi di daerah rumah Zara. Mata Zara menatap wujud mobil itu hingga keujung jalanan.

"Apakah dia baru saja meminta maaf secara tidak langsung?" kaki Zara melangkah menuju rumahnya dengan lampu masih menyala, "kenapa dia sewot begitu? Salahkah jika aku mengartikan bahwa dia memberiku perhatian?" setelahnya tubuh Zara hilang termakan pintu.

-o0o-

Pukul 12 malam sudah terlewat satu jam yang lalu. Mata Agra masih setia memandang plafon rumah. Netra tajam dengan warna hitam kelam itu menatap ke arah lampu kamarnya. Namun, fikirannya jauh melayang dari apa yang dilihatnya.

Kejadian malam tadi terus berputar-putar seperti kaset rusak di benaknya. Menjadi beban fikiran tersendiri pada otaknya. Ia bergerak, menjadikan kedua tangan sebagai tumpuan kepalanya. Kini, mata itu melirik pada jam dinding. 01.17, pikirnya.

"Ada apa denganmu Zio! Sadarlah!"

Agra memaki dirinya sendiri yang entah mengapa merasa resah. Gadis norak itu selalu berada di benaknya, bagaimana tubuh mulusnya terumbar begitu saja.

Bohong jika Agra tak tertarik pada tubuhnya. Hanya tubuhnya, Agra menepis jauh-jauh dari kata-kata menjijikan itu. 'Cinta' ,tidak mungkin Agra mencintai gadis itu. Agra hanya mencintai satu orang, Alexa. Gadis sialan yang tanpa permisi masuk begitu saja di dalam hatinya yang sebelumnya tertutup rapat.

"Tapi kenapa aku menolongnya? Bukankah lebih baik jika gadis itu segera musnah?"

Agra jadi teringat adiknya, Oki. Ia tau bahwa adiknya itu sangat mencintai gadis norak itu. Terlihat dari gerak-geriknya yang berlindung di balik kata 'sahabat'.

"Aku tidak akan melukai gadis itu demi kau,Oki!"

Simpulnya setelah memikirkan matang-matang. Ia yakin bahwa kejadian 'menolong mangsa' tadi adalah karna adiknya. Oki.

Drrrt drrtt

Agra meraba nakasnya, mengambil benda pipih itu. Ia menyipitkan matanya, memastikan bahwa ia tak salah membaca. Sekali lagi, Agra menoleh pada jarum jam yang terus berputar seiring berjalannya waktu. Menghasilkan bunyi tak tik tok di sunyinya malam.

Alexa Phi Samuel is calling you...

Agra mengangkatnya, tak ingin gadisnya menunggu lama.

'Agra? Apa kau baik di sana? Kau sedang berada dimana?'

Agra menyunggingkan senyum mendengar Alexa begitu khawatir padanya. Nada panik yang terdengar indah menyapa gendang telinga.

"Aku di rumah. Jangan khawatirkan aku, aku tidak apa. Kenapa kau belum tidur,hm?"

Alexa menghembuskan nafas lega, apa yang di pikirannya ternyata salah. Ia tidak bisa tidur karna memikirkan Agra yang pulang terburu-buru karna ada masalah. Alexa sudah menunggu lama untuk menelepon, sebenarnya ia ingin menelepon lebih cepat namun ia takut menganggu urusan Agra.

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang