Bagian 59

151K 6.1K 1K
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

"Apakah harus sekali kau berangkat pagi buta seperti ini?" Zara merapikan dasi yang dipakai Agra.

Zara melirik jam baru pukul 6 pagi dan Agra sudah siap berangkat. Pria ini tumben sekali bangun pada pukul 5 lalu bersiap berangkat ke kantornya.

"Satu jam lagi ada acara pemindahan kepemilikan perusahaan,"

Ya, Zara paham bahwa hari ini Mahendra resmi menyerahkan perusahaan ke tangan Agra. Ia percayakan tangan Agra mampu mengelola dengan baik dan bisa mengalahkan pesaing. Zara cukup bangga akhir-akhir ini Agra rajin ke kantor dan sibuk dalam urusan kerjaan. Artinya, Agra sudah belajar menerima bahwa ia harus menanggung beban yang tidak ringan lagi.

Zara menatap penampilan Agra yang tampan, bahkan sangat tampan. Zara selalu memuja pria itu dalam keadaan apapun. Baginya, jika seseorang telah jatuh cinta maka dalam keadaan apapun akan tetap terlihat sempurna.

"Kau tidak sarapan terlebih dahulu?" tawar Zara.

Agra menggeleng lalu menarik kepala Zara, ia mencium kening istrinya dengan sayang.
Bukankah Zara pernah mengatakan bahwa ciuman pada kening pertanda orang itu takut kehilangan?

"Tidak sempat, kau bisa antarkan ke kantor nanti jika kau sanggup. Aku berangkat," Agra meninggalkan Zara sendirian di kamar.

Zara harap Agra bisa menjalankan perintah itu dengan baik dan benar. Setidaknya ia memberi contoh pada para karyawan, menjadi orang yang bertanggung jawab dan pekerja keras.

Zara berdoa agar Agra bisa melewati ini semua, menjadi kepala perusahaan bukanlah hal yang mudah. Harus mengemban beban yang menumpuk di punggung. Salah satu langkah saja bisa menyebabkan kerugian.

Zara beranjak kedapur untuk melanjutkan acara masak bersama Ibu yang sudah pulang beberapa hari yang lalu dari Bandung. Ia akan memasakan Agra dengan masakan yang lezat, ia berniat mengantarkan bekal kepada pria itu untuk sarapan beberapa jam lagi.

Ia yakin pria itu tidak akan menyempatkan membeli sarapan jika tidak ada waktu yang cukup senggang. Hey, tentu saja Zara tidak ingin prianya kelaparan dan sakit.

-o0o-

Zara melangkahkan kakinya keluar dari rumah, lalu menutup kembali pintu utama. Ia berjanji akan datang ke kantor Agra untuk memberikannya masakan buatan tangannya sendiri dan tentu saja Zara tidak melupakan itu.

Zara sepakat berangkat pukul delapan. Terlalu siang bisa membuatnya malas bergerak dan malah menjadi diam di rumah memusnahkan janjinya.

Tetapi demi Agra, Zara rela menyebrangi samudera, menerjang ombak dan mengarungi lautan. Namun, mustahil jiga sebab Zara pun tidak bisa berenang sama sekali.

"Zara, mau kemana?" Zara menoleh pada suara yang mengusik gendang telinga.

Ia menatap Oki bersama seorang gadis cantik bergandengan tangan seperti menuju ke rumah. Zara mengamati gadis itu dengan seksama, cantik. Sekilas mirip Alexa tetapi gadis satu ini terlihat sedikit natural.

"Aku ingin mengantarkan sarapan untuk Agra," Zara sedikit menaikkan wadah bekalnya yang berbalut tas kecil.

"Oh begitu, perkenalkan dia Alessya Pionara yang aku ceritakan saat itu." Alessya mengangguk dan tersenyum manis, Zara membalasnya.

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang