Bagian 57

145K 6.5K 366
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

Usia kehamilan menginjak 7 bulan dan rencananya Agra dengan Zara belanja kebutuhan si bayi hari ini juga. Kebetulan cuaca mendukung, tidak terlalu panas dan tidak hujan juga. Hanin sibuk mengurusi cabang pembukaan toko fashion barunya di daerah Bandung dan Hanin menginap di sana untuk beberapa waktu bersama Mahendra. Hanin percayakan semua kebutuhan Al pada orang di rumah karna Al pun harus sekolah jadi ia tidak mungkin di ajak ke Bandung.

Mahendra menitipkan perusahaannya kepada sekretaris. Ia masih belum yakin Agra bisa mengelola dan menyetujui bentuk kerja sama pada perusahaan lain, yang ia takutkan perusahaan lain akan takut dengan Agra.

Agra melirik Zara yang kini terduduk santai. Tak mengucapkan sepatah katapun, ia pun ikut diam hingga sampai di toko perlengkapan bayi. Agra dan Zara keluar dari mobil dengan bersamaan, Agra bukan tipekal pria sempurna dan membuka atau menutupkan pintu mobil kepada pasangannya. Bagi Agra itu tidak penting dan hanya dilakukan oleh pemain sinetron atau novel romansa yang beredar di pasaran. Agra berbeda tentu saja, tidak sebodoh itu.

Mereka melihat-lihat beberapa pakaian yang sangat mungil dan lucu. Zara jadi ingin memborong semuanya. Percayalah tidak ada yang lebih membahagiakan selain berbelanja kebutuhan anak.

"Agra lihatlah kereta dorong ini lucu sekali," kata Zara menunjuk kereta bayi dengan dominan warna pink.

Agra menaikkan sebelah alisnya, "Zara, dia laki-laki!" ucap Agra mengingatkan.

"Memangnya tidak boleh?" bantah Zara kemudian.

"Baiklah terserahmu, belikan dia warna pink tetapi jika anak yang kedua perempuan kau harus sepakat membeli mayoritas warna hitam!"

Zara menoleh kearah Agra dengan cepat, dahinya berkerut.

"Memang kau ingin menambah anak?" tanya nya dengan nada seolah menantang.

"Harus!" ucapnya tegas.

Zara menyilangkan kedua tangannya ke arah Agra, "aku tidak mau!" katanya.

"Kubilang harus!" ulangnya.

"Tidak boleh memaksa!" celetuk Zara.

"Awas saja jika nanti kau sendiri yang meminta," sindir Agra melanjutkan perjalanannya melihat-lihat pakaian bayi.

"Kenapa dia percaya diri sekali Tuhan?" monolog Zara menggelengkan kepala tak percaya.

Setelah mengikuti kemauan Zara yang membelikan baju dengan warna yang berbeda-beda akhirnya Agra mengalah dan menunggu di mobil. Ia sungguh lelah harus berdebat dengan ibu hamil satu itu, membuang tenaga.

Ia menimbang, apakah ia sudah menerima kehadiran Zara di sisinya? Sebab ia sudah tidak pernah mengingat wanita bernama Alexa itu lagi semenjak ia dekat dan semakin lengket dengan istrinya.

-o0o-

"Wah, siapa yang memasak? Lezat sekali!" puji Oma setelah memasukkan sesuap nasi beserta sayur ke dalam mulutnya.

Zara terkikik, "Zara, Oma" jawab Zara dengan senyumannya.

Oma mengacungkan jempolnya, "kau pandai masak!" katanya sebelum melanjutkan makan.

"Kau serba bisa dalam segala hal!" celetuk Oki yang ikut memuji.

"Move on, dude!" sindir Agra yang terlihat fokus pada makanan di piringnya.

Zara dan Oki tentu saja melirik ke arah Agra, kemudian Zara dan Oki saling tatap. Seolah bertanya mengapa Agra menjawab demikian, padahal Oki hanya memuji Zara. Tak ingin membahas terlalu dalam, mereka makan dengan keadaan hening. Hanya terdengar suara dentingan piring dan sendok. Al juga terlihat lahap dengan masakan Zara.

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang