Bagian 58

149K 6.9K 680
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

Zara mengerjapkan matanya berkali-kali. Pikirannya belum normal dan nyawanya masih mengambang. Ia ternyata tidur di posisi merepotkan Agra, tidur di atas dada bidang lelaki yang telanjang dada ini. Sedangkan Agra tertidur telentang dengan kedua tangan di bawah kepala.

Zara menoleh ke arah jam, baru pukul 5 subuh. Masih ada kesempatan Zara menikmati pemandangan di pagi hari. Ia menatap wajah Agra dengan seksama, menyentuh rahang tegas yang selama ini ia idamkan. Bibir yang selalu ia pandang dari kejauhan dan mata tajam yang selalu ia takuti ternyata memiliki bulu mata yang lentik.

Betapa indahnya ciptaan Tuhan satu ini? Bahkan Zara selalu memujanya ketika menatap. Apakah Agra diciptakan Tuhan untuk memberitahu kepada semua orang bahwa kesempurnaan itu benar-benar ada?

Zara bergerak perlahan lalu mengecup bibir Agra sekilas, ia berniat memang hanya sekilas tetapi kepalanya di tahan oleh seseorang dan ternyata Agra sudah sadar. Agra membalas ciuman itu dan menahan kepala Zara agar menciumnya lebih lama.

"Morning kiss," ucap Agra dengan mata terpejam dan smirk menyebalkan.

Zara segera bangkit lalu mengambil bantal, ia lemparkan ke arah Agra. Agra terkekeh melihat Zara yang salah tingkah. Ia kemudian melanjutkan tidurnya, baginya pukul 5 sama saja pukul 2 dini hari.

Cukup ia membuat istrinya kesal pagi ini dan rasanya menyenangkan.

-o0o-

Zara sibuk menyiram bunga di taman depan rumah. Ia bosan harus merebahkan diri dan rasanya ia ingin selalu mengaktifkan sendi. Tanaman yang Hanin rawat selama ini tumbuh cantik, apalagi bunga adenium dan bunga soka yang mekar dengan warna pink tuanya.

Cuaca hari ini terik, Zara melihat jam di tangannya. Pukul 10, masih pagi dan sinar matahari masih hangat-hangatnya.

Zara berjalan hati-hati sebab kandungannya sudah tak kecil lagi. Untuk bekerja seperti menyapu atau mencuci baju ia sudah tidak bisa, apalagi mengepel lantai seluas itu.

Sebuah mobil hitam putih memasuki area rumah, Zara seperti mengenalnya tetapi ia lupa siapa pemiliknya. Setelah pemilik itu keluar barulah Zara menganggukan kepala paham.

Figo dengan Carla.

Penampilan mereka masih sama dengan yang dulu. Hanya saja Carla sedikit berbeda sebab ia menggunakan tas berwarna putih dan berbahan bulu-bulu. Meski baju yang di pakainya warna hitam tetapi itu model baju wanita, rambutnya pun tidak seaneh dulu kini rambutnya hanya warna hitam pekat. Apakah ini benar Carla?

Mereka menghampiri Zara yang menunggu kedatangannya. Dengan kran air yang masih menyala dan menyiram salah satu pohon cemara hias.

"Kuno! Ah maksudku Zara, apakah Agra ada di rumah?"

Zara mengangguk, Figo terdiam sebentar melihat penampilan Zara. Zara sangat imut, menggunakan baju tidur motif semangka. Figo jadi ingin menaruhnya di karung lalu di bawa pulang. Sedangkan sedari tadi pandangan Carla hanya pada perut buncit Zara, entah mengapa ada rasa tidak rela melihat janin di dalam sana adalah anak Agra.

"Baiklah, tolong panggilkan! Aku ada perlu dengannya," perintah Figo.

Zara mematikan kran selang lalu menarunya asal.

"Mari masuk!" ajaknya.

Zara masuk ke dalam rumah dan tujuannya saat ini adalah kolam renang. Ya, semenjak bisnis itu masih dipercayakan pada sekertaris Mahendra. Agra bersikap sewenang-wenang seperti sikapnya sejak lahir. Ia jarang masuk ke kantor dengan alasan lelah.

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang