Bagian 34

113K 5.4K 363
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

Zara melihat ponselnya, pukul 11 siang. Ia bergegas menuju halte untuk menunggu taxi. Sebenarnya ia ingin pulang dengan ojek saja tetapi karna ia masih ingin menenangkan diri dan mengingat Ibunya masih kerja di jam seperti ini maka ia urungkan niatnya pulang menggunakan ojek.

Taxi melaju setelah Zara menyebutkan alamat yang di tuju. Hari ini benar-benar cerah, tak seperti suasana hatinya. Ia mengutuk dirinya sendiri yang dengan mudahnya menerima ajakan pria brengsek kemarin itu. Ia menitikan air mata yang langsung ia hapus jejaknya.

Kenapa aku begitu bodoh?

Dimana harga diriku sekarang?

Hal paling berharga milikku jatuh ditangan orang yang salah!

Terlintas di benaknya akan pertanyaan penting mengenai masa depannya, ia mencari di internet mengenai persentase kehamilan seseorang.

Hubungan seksual yang terjadi satu kali memiliki kemungkinan 50% untuk berhasil dan 50% gagal.

Dalam hati Zara berdoa agar kejadian ini tidak membuahkan hasil sebab akan lebih runyam keadaannya jika Zara benar-benar hamil.

Setelah sampai di depan rumah, Zara menghembuskan nafas perlahan berharap Ibunya benar-benar belum pulang.

"Assalamualaikum, Zara pulang!" ia di sambut oleh pemandangan dimana adiknya sedang menulis sesuatu dengan seorang bocah laki-laki kecil. Ya, Zara ingat itu adalah bocah yang bernama Al. Teman adiknya yang dulu pernah datang ke rumah.

"Kakak darimana saja? Ibu mengkhawatirkan Kak Zara dari semalam!" Lisa bersuara, membuat Zara tak tahan mencubit pipinya.

"Kakak semalam terjebak hujan jadi tidak bisa pulang dan Kakak sedikit demam jadi Lisa lanjutkan belajarnya jangan berisik ya Kakak lelah," Lisa mengamati bibir kakaknya yang pucat pasi. Ia hanya mengangguk, membuat poninya bergoyang.

Zara memasuki kamar, diperhatikan oleh dua bocah lugu di ruang tamu.

"Jangan berisik ya Al, Kakaku sakit!" bisiknya pada Al yang mengangguk patuh.

"Kau beruntung memiliki Kakak secantik Kak Zara. Andai Kak Zara adalah Kakaku," gumam bocah laki itu.

"Kau bisa menganggapnya Kakak juga kok!" senyum Lisa menular pada Al yang juga meringis menunjukan gigi susu nya yang mulai tumbuh.

-o0o-

"Agra?" Mahendra membuka pintu kamar anaknya.

Melihat putra sulungnya tengah memejamkan mata di atas kasurnya. Terkadang ia heran mengapa anak itu menyukai warna hitam, putih, merah dan abu-abu. Kamarnya dipenuhi oleh barang berwarna sayu tadi.

"Agra? Ayah memanggilmu!" tegas Mahendra.

"Hm," dehamnya singkat.

Mahendra menggelengkan kepala beberapa kali. Sungguh Agra adalah gen yang menuruninya sangat persis. Dingin, tegas dan kejam tetapi Mahendra terkadang merasa taubat dengan kekejaman anak itu yang kelewat batas.

"Ayah akan mengatasnamakan perusahaan kepada adikmu. Apa kau setuju?"

"Terserah," jawabnya tanpa membuka mata dan tanpa pergerakan lain selain bibir.

"Apa kau yakin tidak akan mengelola bisnis Ayah? Kau lebih pandai dalam urusan kerja sama!" bujuknya.

"Sebenarnya Ayah ingin meminta persetujuanku atau membujukku?" Agra bangkit dari tidurnya.

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang