Bagian 31

114K 5.3K 294
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

Agra merasa dua hari ini seperti kehidupan Agra sebelumnya tanpa cinta. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari dua hari ini. Alexa belum juga memberi kabar bagaimana keadaannya di sana. Jujur saja Agra tidak terlalu peduli tentang kesehatan Mommynya tetapi Agra lebih khawatir dengan keadaan Alexa.

Sudah beberapa hari pula Agra tidak bertemu dengan Figo dan Carla, sungguh dunianya seolah tak berpenghuni. Ia sendirian di sini, di apartment tempat biasa tiga sejoli itu berkumpul. Namun, jika sudah seperti ini apakah masih bisa dikatakan sejoli?

Agra tahu bahwa perkataannya terhadap Carla beberapa waktu lalu sudah menyakiti hatinya. Agra juga paham bahwa perkataanya sudah keterlaluan dan menyayat. Tetapi, Agra benci pengkhianatan di lingkup persahabatan. Bukan hanya soal rasa cinta tetapi juga alasan di balik rasa itu sendiri. Ia sangat tidak terima dan berusaha meyakinkan dirinya bahwa perbuatannya sudah benar.

Agra menyesap kopi hitam di dalam cangkir putih, kemudian bibirnya kembali menghisap rokok. Tak henti-hentinya ia membakar batang nikotin itu sejak pukul 2 siang tadi hingga kini jam dinding menunjukan pukul setengah 4 sore. Ia sangat bosan di sini seorang diri, menghabiskan waktu dengan makan, melamun dan bermain game.

Drrtt..drrt..drrrt

Matanya melirik pada ponselnya di atas meja, layarnya menyala terang pertanda ada yang menelponnya. Dengan segera ia menyahut ponselnya dengan gesit. Hatinya kecewa saat melihat nama yang tertera di sana bukanlah nama sang kekasih.

Gara is calling...

Ia menekan tombol hijau untuk menerima panggilan. Ia tahu pria satu ini tidak akan menelpon jika tak ada kepentingan. Maka dari itu Agra menerima panggilannya. Gara bukan sahabat Agra, hanya sebatas teman yang tingkat ke- badboy -annya hampir setara, namun tidak untuk kekejamannya. Jika ada votting, maka Agra adalah manusia paling kejam di papan teratas.

'Woy bro, dimana?' ucap seseorang di seberang sana. Sungguh jika panggilan ini tidak penting maka Agra akan mengirim nuklir di rumah temannya ini.

"Apartment, " singkat, padat, dan jelas cukup menjawab pertanyaan Gara.

Gara terkekeh di sana, ia tahu Agra tidak akan berbicara panjang lebar jika belum tahu topik yang dibicarakan adalah penting baginya. 'Malam ini datang ke club biasa, ada 4 sekolah yang bergabung merayakan kelulusan dan jangan lupa bawa wanita karna kita tidak mungkin bersenang-senang tanpa rahim, true?' Agra masih dengan raut tenang tanpa ada ekspresi, namun kalian tahu bahwa wajah Agra terpahat sempurna dengan mata menusuk.

"Aku tidak bisa," Agra mengingat bahwa Alexa masih di negara tetangga. Tidak mungkin ia bersenang-senang disini tanpa dia. Jika menyewa jalang? Bukankah Agra berjanji untuk tidak bermain-main dengan wanita murahan lagi? Ya, jalan satu-satunya adalah Agra tidak bergabung dalam pesta yang sebenarnya sangat menarik bagi Agra. Mengingat sejauh ini Agra belum bisa mencicipi kehangatan itu.

'Seluruh anak buahmu datang, kau tidak ingin di anggap pecundang kan?' Agra mendengus sebal, jika sudah seperti ini Agra tidak bisa menolak lagi. Ia bukan pengecut yang berlindung di apartment dan menyendiri akibat cinta.

"Oke aku datang!" Agra menutup telepon itu. Melempar ponsel merahnya ke sofa berbahan kulit di sampingnya.

Ia mengusap wajahnya gusar, entah ia harus menyewa wanita dimana. Kemudian ia menyenderkan punggungnya pada kepala kursi. Tatapanya tertuju pada lampu putih yang tidak menyala di atas sana. Jika saja tatapan Agra terdapat kekuatan maka lampu itu mungkin bisa pecah akibat tatapannya.

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang