Bagian 7

141K 6.8K 460
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

"Ini sudah hari ke lima belas, dan Agra semakin dekat dengan wanita itu. Apa aku harus menyerah?"

Terdengar kikikan Oki dari seberang telepon di sana. Hari sudah seperempat malam dan Zara masih bercengkrama mengenai keluh kesahnya kepada Oki, sahabat terbaiknya. Entah mengapa Zara susah menutup mata padahal dia tidak mengkonsumsi minuman seperti kopi. Mungkin akhir-akhir ini dia mengindap insomnia yang entah sejak kapan.

"Dengar, cinta itu harus diperjuangkan bagaimanapun caranya, meski dia belum bisa melihat kearahmu kau hanya perlu yakin bahwa suatu saat seseorang itu juga menatapmu. Entah pada akhirnya kau di tolak atau di terima, karena cinta tidak bisa di paksa bukan? Mana mungkin kau bisa memilih untuk meletakkan hati pada siapa."

Tawa Oki adalah hiburan bagi Zara, namun kali ini suasananya sangat berbeda. Zara mendesah pelan, "kalau boleh memilih, mungkin aku memilih untuk meletakkan hati padamu."

Uhkk uhukkk!

Zara terkejut dengan suara Oki yang tersedak susu coklat ditanganya. "Oki, kau kenapa?"

Segera Oki menengguk susu itu hingga tandas, menyisakan gelas kaca kosong yang sengaja ia letakkan kembali pada nakas di samping ranjang tidurnya.

"Tidak. Aku hanya tersedak susu saja, ah mungkin aku kurang hati-hati" Oki sebenarnya sudah gugup dibuatnya. Namun, sekuat tenaga ia menahan kegugupan yang selalu muncul pada gadis yang berstatus sahabatnya.

"Kkk, kau ini sudah besar tapi minumanya sungguh tidak elit. Sudah seperti adikku saja."

Oki menggaruk tengkuknya di sebrang sana, hingga teriakan seorang wanita paruh baya mengagetkan keduanya yang sedang asik berbicara.

"Oki, kamu sudah selesai menelpon?"

Oki terperngah hingga ia sedikit menjauhkan ponselnya dan menutup bagian speaker menggunakan telapak tangan.

"Ah belum, Bu. Mungkin sebentar lagi, ada apa?"

Wanita itu tersenyum, sangat cantik bahkan keriput hanya terlihat beberapa bagian saja.

"Ya sudah selesaikan dulu urusanmu, setelah itu ajarkan adikmu mengerjakan Pr sepertinya dia kesulitan dalam mengerjakan nya!"

Tangan itu terulur untuk mengusap kepala Oki, lalu beranjak mengambil gelas kosong yang ada di atas nakas. Sebelum badannya benar-benar hilang di balik pintu, wanita itu berbalik badan dan menatap putra keduanya dengan senyuman. "Kapan-kapan ajak temanmu kesini, ibu akan sangat menerima nya dengan baik."

Oki mengangguk, lalu ibunya benar-benar pergi menghilang di balik pintu. Kembali dia menempelkan sambungan teleponnya.

"Hallo Ra, kita sudahi dulu ya percakapannya. Aku harus mengajarkan adikku belajar. Jangan tidur terlalu malam atau kantung matamu akan bertambah hahaha."

Zara mendengus di lain tempat, dia tidur tengkurap sambil memainkan bantal kusam yang selalu menjadi tumpuan kepalanya saat tidur "ish ya sudah kalau begitu aku matikan sambungannya."

Tuut Tutt Tuut

Telepon benar-benar mati di pihak Zara. Mungkin sudah saatnya ia tidur. Hari sudah cukup malam, dia tak ingin terlambat datang ke sekolah besok pagi.

-o0o-

Langkah kaki tegas itu berjalan menuju ruang utama di kantor sekolah. Sesaat langkahnya terhenti lalu dilanjutkan dengan mendudukan diri di sebuah sofa berbahan Linen dengan perpaduan warna merah darah serta emas mengkilap.

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang