Bagian 47

121K 5.6K 493
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

Pernikahan adalah hal yang dulu Zara takuti. Ia takut menjadi istri sekaligus ibu yang mengatur keluarga. Pernikahan bukan sekedar pemersatu kedua pasangan tetapi juga ibarat tahap menjadi manusia sepenuhnya. Dimana harus bisa berfikir dewasa dan cukup umur ketika menghadapi sebuah masalah. Jika di tanya siap atau tidak tentu saja Zara menjawab tidak. Bagaimana bisa umur 17 tahun sudah memiliki janin pada rahimnya. Ya,sebenarnya Zara berfikir bahwa Agra tidak sepenuhnya salah.

Zara mengingat bagaimana dirinya terpengaruh alkohol dan menggoda Agra. Sebagai pria normal tentu saja Agra merasa tergoda dan semua itu terjadi. Tetapi kan Agra memaksa Zara meminum alkohol itu pada awalnya.

Zara mengusap perutnya yang sudah membuncit.

"Hey anak bunda, kamu di dalam sana sudah sebesar apa?" monolognya di keheningan malam.

Usia kehamilannya sudah menginjak 5 bulan. Sudah cukup besar dan semakin besar pula rasa kehati-hatian Zara dalam bertingkah.

Ibu masuk membawakan segelas susu untuk Zara. Diiringi Lisa yang berjalan di belakang Ibu.

"Ini minumlah, cucu Ibu harus tetap sehat." Zara melihat Ibu tersenyum padanya. Ibunya benar-benar baik dan tidak pernah mempermasalahkan tingkah bodoh Zara. Padahal Zara bilang ia terjebak di club saat itu dengan Agra tetapi Ibu malah menjawab 'maklum kalian khilaf, club adalah sarang setan.' Zara sangat menyayangi Ibu.

Zara meminum susu ibu hamil itu tanpa sisa. Kemudian ia bersuara, "Bu, sekali lagi maafkan Zara."

"Sudah, yang terjadi tidak bisa di paksa balik lagi. Jangan membuat bayimu merasa kehidupannya adalah penyesalan."

Ibu benar-benar baik dan Zara berdosa menyakiti hati Ibunya.

"Bu, besok Zara menikah dan apa artinya Zara kehilangan Ibu?" ungkap Zara sedih.

Ibu mengusap kepala Zara, "bukan kamu yang kehilangan Ibu, Ibulah yang kehilangan putri Ibu. Setelah ini kau menjadi istri dan bahkan hendak menjadi Ibu, jangan bersikap kekanakan lagi ya?" bujuk Ibu.

Zara mengangguk, "apakah menjadi istri itu sulit?" tanya Zara polos.

Ibu tertawa, "kau menjadi istri yang baik jika tidak membantah suamimu. Sebenarnya Ibu masih ragu kau menikah dengan Agra."

Zara meraih tangan Ibu lalu di genggamnya, ia mencoba meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

"Bu, di sana Zara tidak sendiri. Aku yakin Kak Agra pasti tidak bisa kasar padaku," kata Zara meyakinkan.

"Baiklah, Ibu juga tidak bisa melarangnya. Dia adalah ayah dari cucu Ibu." Goda Ibu mencolek hidung Zara dan mereka tertawa bersama.

Lisa hanya mengamati adegan itu dengan tanda tanya besar. Ia belum paham pembicaraan orang dewasa. Ia hanya tahu bahwa kakaknya sedang mengandung dan esok akan menikah.

"Kakak, aku boleh menyentuhnya?"

Zara terkejut atas ucapan adiknya, "wahhh Lisa ingin menyentuhnya? Baiklah," Zara seolah menanggapi adiknya dengan berlebihan. Lalu mengarahkan tangan adiknya ke perut buncitnya.

Lisa sangat senang karna ia akan mendapatkan seorang adik kecil.

"Tapi Bu aku heran mengapa aku tidak mengalami fase ngidam?" tanya Zara pada Ibunya yang mengamati interaksi Zara dan Lisa.

"Oh ya? Eum, Ibu rasa kau hamil kebo kalau tidak berarti Agra yang mengalaminya." Jawab Ibu.

"Hamil kebo?" muka polos itu kembali membuat Ibu gemas. Padahal rasanya baru kemarin Ibu menitah Zara untuk berjalan, sekarang bahkan ia sudah hamil.

"Ya hamil kebo itu kau mengalami nafsu makan yang banyak, tidur berlebih, berat badan naik dan tidak mual." Kata Ibu menjelaskan.

"Ada-ada saja, tapi aku tidak mengalami fase itu juga. Aku merasa normal," celetuk Zara.

"Ya kemungkinan Agra yang ngidam, kalau benar pasti cucu Ibu sangat menuruni gen Agra."

Ibu kembali menatap perut Zara yang sibuk mencerna kata Ibu barusan. Apakah anaknya nanti akan temperamental dan emosional seperti Agra? Oh tidak, Zara hanya membutuhkan gen kesempurnaan fisik Agra jika sifat  Zara ikhlas menuruninya.

-o0o-

"Aku tanya sekali lagi, apa kau yakin?"

Alexa mengangguk pasti, ia sudah siap menerima fakta bahwa Agra akan menikah dengan Zara esok hari. Ia tidak boleh egois, bayi di dalam kandungan Zara lebih membutuhkan kehadiran Agra.

"Kalaupun tidak, tetapi kau harus!" kata Alexa.

Agra menghembuskan nafas kesalnya, andai saja ia dulu mengecek kehamilan Zara dengan teliti.

"Maafkan aku, aku mencintaimu!" ucap Agra.

Alexa mengangguk lalu memeluk pria itu untuk terakhir kalinya, mungkin?

"Aku lebih mencintaimu, tapi kurasa cintaku tidak sebesar cinta Zara kepadamu " jawabnya.

Beberapa detik mereka berpelukan di taman yang menguarkan udara malam yang dingin. Kemudian Alexa kembali berkata, "kita akhiri hubungan kita di sini."

Agra melepaskan pelukannya lalu menatap Alexa dengan seksama, wanita itu tidak menangis sama sekali. Bahkan wajahnya dihiasi senyum manisnya yang terlihat palsu.

"Apakah kita harus berakhir?"

"Harus! Kau milik Zara dan aku tidak semurahan itu. Kau jaga Zara baik-baik, jangan sakiti dia karna dia wanita sama sepertiku, jangan kecewakan dia cukup aku saja korban terakhirmu dan aku pamit mengundurkan diri dari sisimu."

Alexa berlari menjauhi Agra dengan tangis yang sudah ia tahan sedari tadi. Ia kecewa, sedih, kesal, emosi, benci pada pria itu. Ia melajukan mobilnya pergi dari taman yang menjadi saksi patahnya hati, leburnya harapan yang selama ini ia rangkai.

Semuanya harus berakhir, apa yang sudah ia rajut bersama Agra telah lenyap entah kemana. Semua seperti mimpi buruk tetapi Alexa tak menyangkal bahwa semuanya adalah nyata.

Agra, pria yang berhasil membuatnya hancur berkeping-keping. Meski ia milik Zara, tapi hatinya tinggal pada Agra. Ia lebih baik pergi dan sadar diri bahwa kehadirannya sudah tidak dibutuhkan lagi.

Sedangkan Agra hanya menatap gadisnya pergi menghilang dari hadapannya. Pikirannya kacau dan tanpa disadari ia meneteskan satu butir air mata yang langsung ia seka. Gadisnya pergi, sebab ulahnya.

Bahkan bintang yang menggantung di langit hitam itu seolah menertawakan kehancurannya. Kekalahannya dalam bermain cinta.

-o0o-

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang