Epilog

245K 8.3K 710
                                    

°°°King Bullying

-o0o-

Air mata Agra mengalir ketika melihat Zara merintih kesakitan akibat anaknya yang hendak melihat dunia. Ia tidak bisa menahan rasa sedih dan khawatirnya melihat istrinya tengah berjuang melawan maut. Agra menggenggam erat tangan kanan Zara dan menciumnya berkali kali.

Zara benar-benar mempertaruhkan nyawanya untuk anaknya.

"Sayang, ayo kamu bisa!" semangat Agra pada Zara yang menggelengkan kepalanya seolah menyerah.

Agra menjadi ingat bagaimana ia memperlakukan Zara dengan keji saat dulu. Selalu membuatnya merasakan kesakitan dan mengaduh. Zara sudah banyak meneteskan air matanya untuk Agra. Agra sudah tidak bisa mentolelir kesalahannya, begitu banyak tumpukan memori ketika ia menyiksa Zara dan saat ini wanita yang selalu ia bully, berjuang memberikan nyawanya untuk keturunannya.

"Zara, ku mohon berjuanglah!" ujar Agra dengan nada semangatnya.

Melihat Zara mandi keringat dan tangis di pelupuk matanya sungguh membuat hati Agra terkoyak. Zara terlihat begitu kesakitan dengan mencengkram erat tangan Agra.

Hingga bayi itu berhasil keluar dengan tangisnya yang menguak telinga. Zara menstabilkan nafasnya yang terengah-engah. Zara menatap Agra yang wajahnya penuh dengan air mata, baru kali ini Zara melihat Agra menangis. Zara mengusap air mata itu dengan tangan yang ia paksakan bergerak. Agra masih bisa melihat senyum itu, meski di keadaan seperti ini pun senyum itu selalu membuat hatinya tenang.

"Aku berhasil!" ucap Zara pada akhirnya.

Agra tak sanggup lagi menahan rasa sayangnya, ia mencium kening Zara bertubi-tubi membuat Zara tertawa karnanya.

"Terimakasih, aku menyayangimu lebih dari apapun!" ucap Agra di sela-sela kecemasannya.

Zara berhasil, ia wanita kuat dan Agra yakin pasti wanita itu berhasil melawan rasa sakit itu. Melihat kejadian ini, membuat Agra semakin mengikat Zara di lubuk hatinya enggan ia lepas barang sedikitpun.

-o0o-

Hanin dan Oki masuk ke dalam ruangan Agra dan Zara. Dengan segera ia menghujami Zara dengan pelukan dan ciuman di kening. Hanin tak tahan lagi untuk tidak menangis, Zara telah berhasil memberinya cucu.

"Bagaimana keadaanmu? Kau baik-baik saja kan? Pasti sakit ya?" tanya Hanin berderetan.

Zara terkekeh geli, melihat mertuanya satu ini teramat menyayanginya sudah seperti anak kandungnya. Zara bangga memiliki mertua seperti Hanin, Zara kira orang tua Agra seperti mertua kebanyakan di film-film yang jahat dan menyiksanya. Ternyata dugaan Zara salah besar.

"Ibu, aku tidak apa-apa!" kata Zara meyakinkan.

"Baiklah, Ibu percaya kau wanita yang tegar." Ucapnya dengan senyuman.

Hanin mengalihkan pandangan kearah keranjang bayi di samping brankar Zara. Ia segera menghampiri benda itu untuk melihat makhluk mungil di dalam sana.

"Wah, dia tampan mirip dengan Agra!" ucap Hanin memuji.

"Ya, aku tahu aku tampan!" semua orang menoleh ke arah Agra yang baru saja masuk dengan satu kantong plastik makanan di dalamnya.

"Kau selalu besar kepala ketika di puji!" celetuk Hanin tak menghiraukan, ia masih sibuk menggendong bayi kecil itu dengan perlengkapan serba warna biru muda. Hanin menimangnya dan Agra tidak menghiraukan.

King Bullying [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang