16

215 20 0
                                    

Sudah tiga hari lamanya Nana lebih sering berada di kampus, duduk di dekat ruang pendaftaran. Memperhatikan orang-orang yang lewat, berharap Jiannya ada disana. Namun sampai saat ini ia masih belum mendapati seseorang yang ia perkirakan sebagai adiknya.

Sepertinya ia akan menunggu masa orientasi saja. Dimana saat itu semua maharu menggunakan name tag yang begitu besar di punggung dan dadanya. Itu akan sangat membantunya.

Handaikan benar Jiannya masuk ke universitas ini, besok adalah hari terakhir pendaftaran. Dan ia akan mencari nama adiknya di website daftar mahasiswa yang diterima. Sudah jam lima sore dan ini waktunya untuk menemui kliennya. Ia mulai merapihkan barang-barangnya dan meneguk habis air mineral dalam botol itu.

Berangkat menuju salah satu taman tempatnya melakukan janji temu dengan Seon.

.

.

.

.

"Kau tampak membaik hm?" Ucap Nana, saat melihat Seon menghampirinya dengan senyum yang begitu lebar dan penuh kebahagiaan.

Seon mengangguk dan duduk disamping Nana, sambil menyedot coklatnya. "Aku baru tahu rasanya semenyenangkan ini ketika kita bisa menghadapi rasa takut"

"Terjadi sesuatu?"

Seon mengangguk semangat dan mulai menceritakan, bagaimana tadi ia bertemu dengan sesaeng fansnya. Dan bukannya lari ia justru menghampiri sesaeng itu dan berfoto dengannya kemudian mengatan "Terimakasih sudah menjadi fans ku, tapi jalanilah hidupmu dengan lebih baik. Kejar kebahagianmu, jangan terus membuang waktumu untuk mengikuti dan mendukungku sampai kau melupakan kebahagiaan pribadimu"

Sesaeng itu mengangguk manut dan tersenyum berterima kasih padanya. Yang ia tak tau maksudnya apa, seharusnya ia yang berterima kasih karena ia mau berhenti.

"Kau sudah melangkah sangat jauh. Ini pertemuan terakhir kan?" Ucap Nana, bangga.

Seon tampak sedih, dan memeluk Nana erat "Bisakah kita tetap berteman?"

Nana mengangguk dan menepuk punggung Seon pelan.

"Kau sangat-sangat membantuku Na. Rasanya menyenangkan sekali ketika membangun hidup baru"

Nana mengangguk dan tersenyum bangga. Bangga melihat satu orang lagi berhasil menguatkan kakinya untuk berdiri dan berlari. Dan yang membuat hatinya berdesir hangat adalah ia lah yang membantu orang itu menguatkan kakinya.

"Aku hanya membimbingmu sampai sini, setelah ini kau akan tetap kontrol namun dengan bu Meri mulai bulan depan" Ucap Nana sambil menyerahkan jadwal kontrol Seon.

"Tetaplah bahagia dengan dirimu sendiri" Lanjut Nana lagi. Menyerahkan gantungan kunci beruang yang memegang papan bertuliskan 'kebagiaan tanpa syarat'.

"Hiks... Nana... Kau pasti menjadi psikolog yang hebat!" Seon kembali memeluk Nana haru. Membuat Nana terkekeh dan mengamini ucapan Seon.

Untuk sesi terakhir Seon, Mereka hanya bercakap-cakap santai. Dengan Nana yang mendengarkan dan tertawa lucu karena pengalaman-pengalaman yang diceritakan Seon. Sampai jam menunjukkan pukul 9 malam. Mengharuskan mereka untuk pulang dan beristirahat.

"Aku berharap saat bertemu lagi, kau semakin baik Seon" Ucap Nana sebagai salam perpisahan.

"Aku akan menunjukkannya padamu!"

Begitu sampai di rumah. Nana teringat pada Jian rookie. Iseng saja dia menelfon kontak anak itu.

Tak lama sura dering berbunyi, suara semangat Jian langsung menyapanya. Membuatnya terkekeh senang.

BTS Maid (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang