Nana tampak sibuk dengan telfonnya sejak awal mereka masuk ke apartemennya. Ekspresinya terus berubah tak menentu, entah apa yang ia bahas dengan seseorang di sebrang sana.
"Bisa berikan data itu paling lambat malam ini?"
"...... "
"Iya, Terima kasih"
Panggilan itu pun berakhir. Nana menghela nafasnya panjang, di apartemennya masih ada Hoseok dan Jian yang sedang duduk menonton TV.
"Hei... Ayo bicara sebentar" Ucap Nana, berdiri di depan TV menatap keduanya terutama pada Jian.
Mereka mengangguk. Nana menarik sofa kecil duduk di hadapan mereka, dan mematikan TV.
"Maafkan tempramen ku yang sedang tidak baik... Terima kasih banyak oppa mau menemaniku dan Jian"
Hoseok mengangguk kecil dengan senyum yang mengatakan 'bukan masalah'.
"Jian-ah, maafkan noona--"
*ring ring*
Dering ponsel menginterupsi Nana kembali, begitu ia melihat layar ponsel sontak matanya membulat berbinar dan mengangkat telfon tersebut dengan antusias.
"Ya buk?"
"...... "
"Benar? Yes! Mau!"
"...... "
"Ok Bu... Terima kasih banyak, akan aku siapkan"
"...... "
"Woouuuhuuu.... " Seru Nana, sambil berlari mengelilingi apartemennya bersorak senang, tak perduli masih ada 2 pasang mata yang memperhatikannya.
"Kalian tau?! Minggu depan aku akan jadi asisten forensik! Kasus pembunuhan berantai yang heboh beberapa bulan lalu!" Ucap Nana sambil terengah karena sudah mengelilingi apartemennya.
"Gila ini gila! Woaah keren sekali! Wuhuu... Rasanya aku ingin terbang"
Jian menatap noonanya heran, heran sekali. Bagaimana tidak mood noonanya hari ini kenapa tidak stabil sekali? Senang, sedih, senang, sedih, senang.
"Hei tenanglah, lihat dongsaeng keheranan begitu. Aku juga heran sih" Ucap Hoseok menghentikan kehebohan Nana.
"Bagaimana aku tidak senang?! Ini yang aku tunggu-tunggu! Bertatapan dengan seorang psikopat secara langsung! Waaahhh menegangkan!"
"Ok ok setidaknya selesaikan dulu pembicaraan sebelumnya"
"Oh iya" Nana seketika kembali tenang. Dan mulai menjelaskan bagaimana ia bisa berubah mood secepat itu, dan bagaimana emosinya menjadi sangat tidak stabil.
Ia begitu terkejut dan gembiranya dapat bertemu dengan adik kecil, malaikatnya ini. Kemudian terkejut sakit hati karena dimaki tak jelas. Merasa bersalah karena hampir membuat tangan orang patah. Adiknya yang belum tentu mendapat izin untuk tinggal dengannya.
Semua itu terlalu mengejutkan dan melelahkan.
.
.
.
.
.
.
.Hoseok yang ceria dan penuh semangat ternyata begitu menyatu dengan adiknya yang juga memiliki semangat remaja dan rasa ingin tahu yang luar biasa itu.
Ini sudah jam 7 malam dan sedari tadi mereka masih belum selesai meliukkan badan seirama dengan lagu yang diputar di ruang tamu Nana.
"Sudah, ayo makan dulu. Apa kalian tidak lelah? Ini sudah tiga jam lebih" Heran Nana, sambil menata meja makan.
"Noona lihat? Gerakan Jian sangat keren kan? Jian suka dance sejak masuk SMP, keren kan? " Semangat Jian menuntut noonanya untuk mengatakan iya.
Nana terkekeh dan mengangguk senang dengan dongsaeng nya yang sedari tadi terus menceritakan tentang dancenya.
"Kau mau jadi idol? Hyung yakin dalam setahun kau bisa debut! Hyung menjamin itu"
Nana menatap Hoseok tak suka "Dan kalau dongsaeng ku sampai stres atau tertekan berlebihan, kau adalah orang pertama yang ku cari"
Hoseok hanya menyengir kuda, sambil terkekeh menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Noona tenang saja, Jian memang tak tertarik menjadi idol. Itu menyusahkan, nanti Jian jadi jarang bertemu dengan noona"
"Humm... Bagus, lalu Jian mau menjadi apa?"
"Noona tidak lihat jurusan Jian? Jian mau jadi koreo grafer noona!"
"Ha?" Nana melongo mendengar jawaban dongsaeng nya itu.
Seingatnya jurusan adiknya bukan dance atau sejenisnya itu.
"Kau kan masuk animasi cartoon?"
Jian mengangguk semangat sambil menghabiskan suapan pertama di mulutnya.
"Woahh ini enak!" Puji nya dengan mata berbinar menatap makanan di depannya.
"Jian juga suka animasi noona! Noona baca webtoon? Jian punya satu judul disana! Nanti jian mau jadi koreografer online, yang membuat gerakan lewat animasi! Jadi jian tidak perlu datang melatih dan bisa diam dirumah, hehehe"
Hoseok dan Nana mengangguk, dan saling melirik memahami bahwa semangat Jian memang begitu berkobar kobar. Dan Nana menyengir paham dengan tatapan Hoseok yang mengatakan 'jalan pikirannya sama sepertimu'
"Kau mau melatih dance mu tidak? Hyung punya pelatihan dance, kau bisa berlatih disana"
"Oh! Hope dance itu kan? Wahh... Teman ku ada yang masuk sana, tapi... Apa boleh noona?" Tanyanya dengan mata berbinar bak anak anjing yang sedang minta dielus.
"Astaga Jian-ah... Kalau Jian senang, noona tidak akan melarang"
"Yes! Berapa biayanya hyung? Aku akan menyisihkan uang jajan ku" Ucapnya bersemangat.
Nana sontak terharu, adik kecilnya sangat dewasa hmm...
"Jian berlatih saja, nanti noona yang mengurus pembayaran ne.."
"Tapi noona kan hanya bekerja sebagai... Umm... Pelayan... " Ucap Jian takut-takut.
Hoseok masih belum menginterupsi percakapan saudara ini dan tetap menyimak, menyimpan semua informasi penting yang ia dapatkan.
Sampai ia dan Jian terkejut dengan kekehan Nana yang begitu tiba-tiba.
"Hah... Noona memang bekerja sebagai pelayan di dorm BTS yang gajinya memang hanya cukup untuk biaya makan dan keperluan kuliah sayang... Tapi noona banyak pekerjaan lain juga... Uhh aduhh perut noona sakit" Jelas Nana sambil berusaha meredakan tawanya yang berlebihan ini. Yahh mau bagaimana lagi, Nana memang tipe anak receh.
"Ada lagi?" Tanya Hoseok bingung.
"Jelas lah, kau pikir aku bayar sekolah mahal-mahal hanya untuk jadi pelayan? Ahahaha uhuk uhuk..."
"Ehemm... Aku sering mengurus pelatihan karyawan atau sekedar kelas pengendalian diri atau motivasi untuk perusahaan besar, juga penerimaan karyawan baru mau itu bagian wawancara atau seleksi, aku sering membuat jurnal, penelitian ilmiah yang dibeli perusahaan besar, dan esay yang tentunya semua dibayar. Belakangan ini aku ada di dunia klinis, aku terkadang diminta bantuan mengurus klien di rumah sakit atau klien industri hiburan yang tentunya juga dibayar walau tidak penuh tapi itu cukup banyak omong-omong, sekalian menyicil klien untuk pengambilan gelarku sebagai psikolog konselor dan klinis. Oh aku juga asisten dosen"
Hoseok dan Jian hanya melongo mendengarkan Nana menjelaskan serentetan pekerjaan sampingannya yang luar biasa banyak dan menumpuk. Tak heran kalau ia bisa menyewa apartemen yang cukup mewah ini. Kenapa bodohnya mereka tak menyadari itu?
"Wow... Noona tidak lelah? Noona baik-baik saja? " Tanya Jian cemas.
"Tidak sayang... Noona baik-baik saja, hanya terkadang lelah juga. Tapi karena pekerjaannya fleksibel jadi noona bisa mengatur waktu dengan baik. Tenang saja baby" Gemas Nana mencubit pipi dongsaeng nya gemas.
"Dan kau tetap menandatangani kontrak sebagai pelayan? Dari semua pekerjaan yang sudah kau pegang? " Heran Hoseok.
"Ingin saja, aku sedang membuat penelitian ilmiah untuk perusahaan musik. Jadi sekalian saja. Awalnya ingin dengan EXO lagi tapi yahh kau tau kan SM itu seperti apa"
Hoseok mengangguk sambil menelan ludahnya, perempuan didepannya bukan perempuan biasa ternyata. Wahh...
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Maid (End)
FanfictionWarn! Ada boy x boy, ada lurus juga! Nana, seorang mahasiswi S2 yang memiliki setumpuk pekerjaan freelance dan pekerjaan dari dosen ditambah tugas kuliah. Namun memilih untuk kembali menjadi maid di dorm BTS, sebagai bahan penelitiannya. Menghadapi...