7

301 17 0
                                    

"Hai... Park Seon shi, aku Nana"

"Kata Jun-ssi, meski kau belum mendapat gelar profesi mu, kau cukup profesional. Aku mohon bantu aku"

"Wah terima kasih, apa yang bisa kubantu?"

"Aku bingung, belakangan ini aku sering tiba-tiba merasa sedih tanpa alasan yg jelas. Aku lelah menangis"

"Kalau begitu, kita keruang tenang"

Mereka memasuki satu ruangan yang tampak begituuu nyaman dan tenang. Sebuah sofa panjang yang begitu empuk, lampu kuning yang hangat, pohon-pohon hias yang ditata begitu rapih dan aroma terapi yang begitu pas. Semuanya tampak sangat estetik dan menenangkan.

"Silahkan berbaring dengan nyaman. Rilekskan semua ketegangan dalam tubuh, dan katakan semua hal yang ingin dikatakan tanpa ada kebohongan, hal yang ditutupi. Semua hanya akan menjadi pembicaraan antara kita berdua" Nana membiarkan Seon bercerita secara acak dan tak terstruktur sama sekali.

Bagi orang biasa semua hal yang diucapkan Seon akan sangat memusingkan dan membuat jengkel, karena akan tiba-tiba loncat ke cerita lain yang sama sekali tak berhubungan atau akan kembali lagi ke cerita sebelumnya.

Seon adalah salah seorang model baru yang masih begitu muda, namun cukup terkenal. Ia sering berada di majalah-majalah fashion ternama, iklan-iklan yang bonafit, bahkan begitu menjadi perbincangan agensi-agensi ternama.

"Aku lelah, semua orang seolah datang dan menyukaiku tapi mereka melecehkanku"

"Appa selalu menyakiti eomma, aku tidak menyukainya. Ani aku membencinya. Tapi dia menyayagiku"

Dari sekian banyak cerita yang ia ungkapkan selama tiga jam lebih, dua cerita itu terselip ditengah cerita. Diucapkan dengan begitu pelan. Namun dapat dengan jelas ditangkap Nana, dan itu adalah ujung benangnya.

"Hah... Aku mengungkapkan semuanya, terasa lebih baik sekarang" Ucap Seon. Bangun dari tidurnya dan menatap Nana penuh kelegaan.

"Aku senang mendengarnya, ada beberapa hal yang aku tangkap. Dari semua ceritamu. Yang menurutku menjadi trigger kesedihan mu"

Seon mengangguk dan menatap Nana penuh harap.

"Sebelum itu, mari berbicara soal Appa mu"

"Kenapa? Aku sudah menceritakan semuanya"

"Benarkah? Bagaimana kalu cerita ulang dan lebih detail soal Appa mu lagi"

Raut wajah Seon seketika berubah, matanya memancarkan kemarahan, kecewa, dan kesedihan. Dia bercerita sambil menangis.

"Hiks... Aku tidak mengerti. Aku sudah lama tak melihatnya, aku sudah melupakannya"

"Ini benang merah yang kudapat. Kau masih memendam kebencian dengan Appamu, dan orang-orang yang datang dengan senyum ramah, mengatakan kau sempurna dan cantik"

"Namun dibelakang mereka menatapmu dengan tatapan penuh nafsu yang begitu membuatmu merasa terhina dan dilecehkan. Mengingatkan mu dengan bagaimana Appa mu memperlakukan eomma mu"

"Karena kau sudah melupakan memori tentang appamu, sehingga yang bisa mental mu lakukan untuk mengeluarkan semua tekanan adalah menangis"

Penjelasan Nana yang terdengar begitu lembut, tenang dan penuh kepedulian itu membuat Seon mengangguk setuju. Dan kembali menangis dalam pelukan Nana.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku terkadang memikirkan bagaimana cara mengakhiri semua ini. Pikiranku bermasalah"

Nana tersenyum, mengelus punggung dan kepala seon dengan lebut. Menunggu ia kembali tenang. Setelah dirasa Seon cukup tenang, Nana melepas pelukannya, menghapus air mata dan keringat yang membasahi wajah cantik itu dan memegang pundak Seon.

BTS Maid (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang