18

205 16 0
                                    

"Minum pil mu" Ucap wanita itu, saat melihat Nana, meringkuk di sofa ruangannya sambil menutup telinga dan nafas yang tersengal-sengal.

"Noona..." Panik Jian, saat melihat kondisi noona nya. Namun saat ia akan mendekati sangat Noona, wanita itu menahannya dan meminta mereka menunggu diluar.

"Tapi aku dongsaengnya... " Lirih Jian.

"Keluarlah" Ucap wanita itu final. Membuat Jian juga ikut menunggu diluar.

Ia menatap gadis yang berdebat dengan Noona nya tajam "Kau... aku tak peduli kalau kau lebih tua! Aku baru bertemu noona ku! Baruu.. Saja, kalau terjadi sesuatu, habis kau!" Ucap Jian sambil menunjuk-nunjuk wajah gadis itu.

Tidak kah ada yang mengerti, dari saat ia menginjakkan kaki di Seol, matanya terus berkelana mencari noonanya. Dan saat dia bertemu, hal seperti ini yang ia dapat? Ada apa dengan noona nya? Yang ia tahu noona itu sangat kuat, dan baik hati.

"Kau ini sesaeng apa fans sih? " Celetuk Jungkook tanpa menatap si gadis. Raut wajahnya jelas sekali nampak kesal.

Belum sempat gadis itu membalas perkataan Jungkook, sesorang lagi datang dengan nafas terengah menghampiri mereka.

"Nana di dalam? " Tanyanya pada Jungkook. Begitu dijawab anggukan ia langsung jatuh terduduk di lantai "Hancur sudah... "
.
.
.
.
.

"Bukankah ibu sudah bilang untuk mengontrol emosimu?" Ucap bu Mery, setelah Nana tenang.

"Aku sudah menahannya, aku memberinya kesempatan, tapi dia tetap mengataiku" Ucap Nana, masih sesegukan dan kepala yang merunduk.

"Tidak ada alasan sayang... kesepakatan tetaplah kesepakatan''

" Andwae... Bu... Aku mohon sekali ini saja, aku selalu belajar dan bekerja sampai mau muntah rasanya! Memperbaiki diriku sedemikian rupa, menahan semua emosi saat orang-orang itu mengataiku, aku tau aku masih sakit, tapi aku mau gelar psikolog ku... "

"Siapa yang menyuruhmu membuka pintu Kim Bobae?" Ucap bu Mery saat melihat Bobae berada di ambang pintu, bersama Jian dan Jungkook dengan wajah blank mereka.

"Maaf Bu, aku hanya khawatir" Cicit Bobae.

"Hah... Biarkan saja mereka, bukankah sudah tidak ada hal yang menjadi rahasia lagi?" Ucap Nana pasrah, begitu melihat Jian adiknya mendengar apa yang ia katakan.

"Kesempatan pertama dan terakhir. Cepat masuk kalian, terutama kau yang bermasalah dengan Nana" Ucap Bu Mery tegas.

Ke-empat nya masuk dan duduk di sofa yang ada. Jian duduk di samping noonanya yang tersenyum begitu manis padanya. Sorot matanya sangat tenang.

"Noona... "

"Tak apa Jian-ah, maaf noona memang tidak se normal yang lain..." Ucap Nana, sambil menghela nafasnya panjang.

Begitu matanya beradu dengan gadis yang merecokinya, Nana terdiam sebentar.

"Siapa nama mu?" Tanya Nana lembut.

"Park Haeso"

"Park Haeso... Maafkan perlakuan ku, pergelangan tanganmu pasti sedikit bergeser... Pasti sakit sekali" Nana menghampiri Haeso dan melihat pergelangan tangan gadis itu yang sangat merah. Ia menghela nafas panjang, menyesali perbuatan berlebihannya.

"Tahanlah sedikit" Ucap Nana, kemudian mengembalikan kembali posisi pergelangan tangan Haeso dengan menarik dan sedikit menggeser nya.

Begitu Nana menarik dan menggeser tangan nya, Haeso berteriak kencang. Itu sangat sakit bung!

BTS Maid (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang