52. Take a sip

129 11 2
                                    

enjoy

.

.

.

.

Semuanya berlalu begitu cepat. Nana yang terus menghindar dan tak menaruh tekanan berlebih pada tangan kanannya, dan berfokus pada gerakan kaki membuatnya harus menerima beberapa lebam di paha dan rahangnya.

Lawannya? Dia masih baik-baik saja. Hanya mendapat beberapa tendangan pada bagian perut dan dada. Cukup untuk membuat keduanya terengah karena lelah.

"Ganti!"

Perintah berikutnya menggema di ruangan putih tersebut. Dengan cepat pria tadi beralih menyerang Hoseok, yang sejak tadi terpaku beberapa meter dari posisi Nana sekarang.

*Bugh Bugh*

Dua pukulan mendarat tepat di perut Hoseok, membuatnya tersungkur seraya menahan nyeri. Dan pasrah menunggu pukulan berikutnya.

"Stop! STOP!" Teriak Nana, seraya menerjang punggung pria tersebut dengan satu tendangan keras. Ia hanya lengah beberapa detik saja dan Hoseok sudah terluka. Sial.

"Kubilang jangan sentuh dia!" Teriak Nana memenuhi ruangan, seraya menduduki punggung pria tadi dan dengan tangan kirinya ia menarik rambutnya dan menghantamkan kepala pria tersebut ke lantai dengan begitu keras.

"Oppa! Cepat duduk disini!" Perintah Nana seraya menepuk ruang kosong di punggung pria itu, tak memberikan sedikitpun celah untuk kabur. Tanpa ragu Hoseok segera menduduki dan menahan tubuh pria itu dan menyampingkan akal sehatnya yang sejak tadi memberontak karena melihat bercak darah di lantai tempat kepala pria tersebut mendarat.

"Kau fikir sejak tadi aku tak menahan diri?! Dengar... Nana selalu menepati setiap kalimat yang keluar dari mulutnya! Ingat ini sampai ke kuburmu!"

*DUAK*

"ARRRGGGHHH" Teriak pria tersebut begitu keras, ketika Nana kembali menghantamkan kepalanya dengan begitu keras. Jauh lebih keras dari sebelumnya.

"Berhenti... Kumohoon... AKH"

"Huh? Kenapa kau bergetar? Takut? Hihihihi... Trauma?" Ucap Nana tepat di telinga pria tersebut, seraya memperhatikan ekspresi ketakutan yang ditampilkan.

"K-- Kumohoon..." Ucap pria tersebut dengan frustasi.

"Hey queen... Coba perhatikan lagi wajahnya, coba ingat-ingat siapa dia" Ucap Ken di balik kaca.

Dengan senyum miring dan wajah datarnya Nana menoleh ke arah Ken dan Kembali memperhatikan wajah pria yang didudukinya. Berlumuran darah, wajah kotak dengan hidung bangir, dan mata abu-abu. Pria ini....

"Pfft! Pffhahaha... hahaha.... Kau... Paman yang mencabuli ku dulu! Hihihihi bukannya kau sudah minta maaf? Kenapa disini?"

"Maafkan aku... Maaf... Kumo--"

*DUAK*

Lagi. Nana kembali menghantamkan kepala pria tersebut, sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. "Kenapa?"

"Queen kapan dia minta maaf?" Tanya Ken lagi. Nana kembali menoleh ke arah Ken seraya menarik kembali ingatannya.

"Hm? Saat aku kembali ke Daegu. Sebelum wisuda. Mau cari Jian, tapi dia pergi... Hihihihi kau dapat gantungan kunci ku kan?"

"Apa dia minta maaf, atau kembali menyerang mu?"

Nana kembali bingung dengan pertanyaan Ken. "Dia minta maa--" Sekelebat ingatan seolah menghampiri Nana lagi. Senyum mesum, dan tangan yang menyentuh payudaranya "Ugghh"

"Ingat? Wajah berdarah itu? Ingat paman yang satunya lagi? Dia tewas ditangan mu kan?"

"HAA!! Kau benar! Hihihihi Aku lupa! Hihihihi paman tidak minta maaf"

*DUAK*

"AAAKKHHH"

Entah kenapa Tubuh Hoseok ikut bergetar melihat setiap tindakan dan perkataan yang keluar dari mulut Nana. Seolah Nana yang berada di hadapannya bukanlah Nana yang ia kenal. Dia berbeda. "Nana..."

"EH! Tapi kenapa aku baru ingat?"

"Hipnotis"

"Huh?" Nana kembali menoleh bingung pada Ken dengan wajah polos bak anak kecil yang kehilangan permennya.

"Appa ku menghipnotis mu, dan membereskan semua jejakmu. Bagaimana? Menyenangkan kembali menjadi dirimu sendiri?"

"Ohh paman dengan mata hitam pekat itu appa mu? Hihihihi.... Selamat tinggal paman"

*DUAK DUAK DUAK DUAK DUAK*

"NANA!" Dengan spontan Hoseok menahan Nana yang menghantamkan kepala paman tersebut. Namun bukannya berhenti Nana justru menepis tangan Hoseok dengan mudahnya. Berdiri menatap Hoseok yang bergetar ketakutan. Hendak meraih pipi lebam Hoseok namun tangan kirinya ditepis begitu saja. Oh tangan kirinya terdapat bercak darah segar.

"Pfffttt ahahahaha.... Oppa diam saja ne... Jadi good boy"

Begitu mengusap kepala Hoseok dengan tangan kanannya yang bersih. Nana kembali menginjak kepala paman tersebut, hingga semakin banyak darah yang menggenang disekitar kepala tersebut.

Setelah menghela nafasnya panjang, Nana berjongkok di hadapan kepala paman tersebut dan mengecek nadinya "HAH Sudah mati.... Hihihihi bye bye...."

Nana berdiri, menatap tembok putih di hadapannya dengan tatapan datar. Menatap lampu yang begitu terang di atap. Menatap Hoseok yang masih terpaku pada mayat disampingnya, membuatnya bingung dan menatap mayat itu seraya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Menatap tanya pada Ken di seberang kaca bening yang begitu transparan.

"Nice job my queen" Ucap Ken seraya bertepuk tangan dengan semangat.

Mata Nana seketika berbinar seolah mendapatkan selusin coklat di tangannya. Ikut bertepuk tangan riang, seraya berlari kecil mengelilingi ruangan dengan riangnya. "Hihihihi sudah pergi shyuu shyuu"

Senyum lebar dan begitu bahagia mengembang di bibir Ken. Ia masuk kedalam ruangan putih tersebut dan seketika mendapat sambutan berupa pelukan yang begitu erat dan semangat dari Nana. "Shyuu shyuu sudah shyuu"

"Yup queen" Ucap Ken seraya mengelus puncak kepala Nana, mengecup dahi dan kedua pipinya dengan gemas.

"Hihihi tapi kenapa oppa tidak senang?" Ucap Nana kecewa. Seraya menarik Ken untuk menghampiri Hoseok yang masih tampak syok.

*Bugh*

Satu tinju mendarat di pipi Hoseok. Membuatnya tersadar dan kembali siaga menatap Ken yang baru saja memukulnya.

"NOO!! Jangan pukul oppa" Ucap Nana seraya memeluk Hoseok begitu erat dan menatap tajam pada Ken. Membuat Hoseok terkejut setengah mati, karena tangan kiri Nana yang berdarah itu menyentuh pipinya begitu saja. Spontan ia mendorong Nana, hingga pelukan sepihak tersebut terlepas.

"Nana..." Lirih Hoseok saat melihat ekspresi sedih Nana.

*Bugh*

Satu tendangan keras mendarat di perut Hoseok. Membuatnya terbatuk darah.

"Anak nakal harus dihukum queen" Ucap Ken. Membalas tatapan tajam Nana.

"Oppa bukan bad kid!!" Teriak Nana seraya balas menendang Ken begitu keras dan cepat, hingga tak memberikan kesempatan untuk menghindar.

Kembali dengan cepat Nana duduk tepat di dada Ken dengan menginjak kedua lengannya dan menghantamkan satu bogem pada pipi kirinya.

"AAARRGGGHHH AKKHH"

Yup gelang Nana kembali berpendar membuat Nana kembali histeris. Ken dengan spontan memeluk Nana dan mengusap punggungnya untuk menenangkan. "I'm sorry baby... sorry... it's ok no one will hurt again"

"No hurt--" lirih Nana sebelum kemudian pingsan, karena tubuhnya tak dapat mengantisipasi rasa sakit lagi. Dia sudah lelah.

.

.

.

.

Tbc

BTS Maid (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang