hehehe
.
.
.
.enjoy
Hari ini merupakan hari libur mereka. Dimana Jian dan Soobin memutuskan bermain video game mereka semalam suntuk, dan akhirnya mereka masih belum bangun. Jadilah Nana memustuskan untuk pergi ke cafe dekat rumah mereka, sekalian menganalisis lebih dalam rekaman pembunuhan yang ia dapatkan kemarin.
Aahh apa aku lupa bilang kalau Nana masih tetap bekerja di lingkup kepolisian?
Hoo maaf.
Yup Nana mulai bekerja di lingkup kepolisian sejak dua tahun lalu, dimulai 5 bulan setelah ia keluar dari rumah sakit, setelah ia pulih dan pikirannya benar-benar normal.
Namun hanya bekerja di balik layar. Membantu saat introgasi dari balik dinding kaca satu arah. Dan membantu menganalisis barang bukti. Namanya tak tertulis dalam daftar anggota penyidik, namun ia cukup memiliki nama di anggota kepolisian dan detektif kelas atas. Shadow, merupakan julukan barunya.
Begitu memdapatkan matcha latte dan beberapa biskuit pesanannya, ia memilih duduk di pojok ruangan. Memasang earphonenya dan membuka buku catatannya. Mulai menganalisis rekaman yang ia dapat.
Keningnya terkadang berkerut, kemudian kembali tersenyum, kembali berkerut dan beberapa kali menampar kedua pipinya saat ia mulai terhanyut dalam rekaman tersebut.
Semuanya normal, sampai seseorang dengan masker, kacamata dan topi hitam menyapanya. Entah kapan pria ini duduk dihadapannya.
"Nana..."
"Huh?" Nana menatapnya bingung. Namun seketika matanya berkeliaran ke seluruh ruangan mencari pengawasnya. begitu menemukan seorang pria yang berpakaian santai melambaikan tangannya, ia bernafas lega.
Sayangnya begitu matanya kembali menatap seseorang di hadapannya yang sudah melepas kaca mata dan maskernya... Matanya membulat tak percaya. Bahkan saat pria itu merebut salah satu earphone dari telinganya, ia masih terpaku.
Begitu sadar apa yang ia dengarkan. Nana segera kembali merebut earphonenya yang sudah tertancap di telinga pria itu dengan tergesa dan tangan yang bergetar.
Tepat saat pria itu memakai earphonenya rekaman yang terdengar adalah seorang pria yang menjerit kesakitan dan memohon untuk dilepaskan.
"Maafkan aku!" Ucap Nana spontan dan segera menghentikan rekamannya dan menghantamkan kepalanya kemeja. Ia mau pergi, tapi kakinya tak bisa bergerak sama sekali. Tubuhnya bergetar dan tak dapat dikontrol.
"Nana... Kau mendengar..."
"BUKAN! Aa-- bu-- bukan... A-- aku bekerja di kepolisian sebagai penyidik, dan ini rekaman yang harus ku analisis... Aku tidak... Uuhh. Maaf maaf" Ucap Nana spontan, tanpa mengangkat kepalanya dari meja.
"Aku tau. Sejak tadi ekspresi mu terus berubah dan terus mencatat. Sudah lama sekali sejak semua berakhir"
Nana mengangkat kepalanya. Menatap pada pria dihadapannya dengan takut-takut. "Maaf... Maafkan aku"
Pria itu tersenyum hangat. Senyumnya tak pernah berubah, begitu hangat dan cerah seperti mentari. Membuatnya merasakan dejavu.
"Aku sudah memaafkan mu. Sebagian dari kejadian itu juga kesalahan ku. Dengan bodohnya aku datang begitu seseorang menelfon kalau mereka menyekap mu. Padahal aku tau kau tidak selemah itu"
"Ku mohon lupakan. Kenapa oppa ada disini?"
"Konser! Kau tidak mau datang ke konser kami?" Tanya Hoseok dengan riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Maid (End)
Fiksi PenggemarWarn! Ada boy x boy, ada lurus juga! Nana, seorang mahasiswi S2 yang memiliki setumpuk pekerjaan freelance dan pekerjaan dari dosen ditambah tugas kuliah. Namun memilih untuk kembali menjadi maid di dorm BTS, sebagai bahan penelitiannya. Menghadapi...