Enjoy
.
.
.
.
.
.Komen juseyo 😗
"Tidak mungkin"
Nana terkekeh melihat ekspresi campur aduk dongsaengnya itu. Entahlah ia selalu merasa senang mempermainkan perasaan orang lain. Melihat ekspresi mereka yang berubah-ubah dan ekspresi cemas itu yang paling Nana suka.
"Lihat? Kau tidak siap baby"
Nana menepuk pundak Jian "Akan noona ceritakan, saat kau benar-benar siap. Noona tak mau kau ketakutan saat berada di samping noona. Itu menyakitkan, terlalu menyakitkan"
Jian termenung. Ekspresi noonanya terlalu cepat berubah, tadi ia begitu senang entah karena apa, dan sekarang berubah begitu sendu dan sedih.
"Siapa saja yang sudah tau?""Hoseok, tapi belum semua. Noona hanya menceritakan sebagian, dia sudah sangat ketakutan dan sebegitu cemasnya. Oh Yoongi oppa, dia tahu semuanya"
"Yoongi hyung?"
Nana mengangguk "Yoongi itu gelap, dia mengerti dengan apa yang noona lakukan. Kau itu sama dengan Hoseok oppa"
*ting*
Pintu lift terbuka. Mereka segera keluar, menuju kamar mereka.
Begitu pintu kamar tertutup, Jian menarik nafas dan menguatkan dirinya. Ia mau noonanya membagi beban dengannya. Mereka keluarga.
"Noona. Aku tidak akan takut"
Nana menghela nafasnya berat. Dongsaengnya ini tipe keras kepala, sama sepertinya. Jadilah Nana mengangguk, dan menceritakan semuanya.
Dan satu fakta, bahwa ia mengidap secondary psychopaticit, dan memang pernah membunuh satu orang yang dulu membunuh dongsaeng angkatnya.
Anak laki-laki 5 tahun dari profesor Yang. Dongsaeng kesayangannya setelah Jian. Yang tewas tepat didepan matanya dengan seorang laki-laki yang menusukkan pisau tepat di dada dongsaengnya.
Hingga Nana yang saat itu baru mendapatkan penghargaan anak magang terbaik di sebuah rumah sakit, seketika terpukul begitu keras.
Pupil matanya mengecil, tanpa ragu ia mengambil tongkat golf yang berada di dekatnya. Dan menghabisi laki-laki itu dengan membabi buta, hingga tengkorak kepalanya tak berbentuk.
Begitu ia sadar, ia segera mengganti baju putihnya yang sudah berubah warna menjadi merah darah. Menggendong dongsaengnya dan berlari secepat yang ia bisa. Tak mempedulikan isakannya menggema di lorong apartemen itu.
Sampai di depan lift Profesor Yang muncul dan begitu terkejut melihat kondisi putra semata wayangnya. Ia hendak bertanya pada anak angkatnya itu namun tak bisa dengan kondisi semenyedihkan itu. Tangan tubuh yang bergetar hebat, namun memaksakan diri berlari dan menggendong putranya.
"Hikss... Baby... Bertahan... Baby Kay... Maafkan Noona, maafkan noona..."
"Nana..."
"Aku sudah membunuhnya profesor, bajingan yang berani merebut dongsaeng ku... Hikss... Kenapa profesor?? Baby masih kecil... kenapa..."
Ya, meskipun mereka sampai rumah sakit, namun dongsaengnya itu tak terselamatkan. Pisaunya menancap tepat di jantung. Danterdapat 2 tusukan di jantungnya.
Profesor Yang, mengingat kalimat Nana saat di lift. Ia menitipkan Nana pada seorang perawat disana. Dan segera kembali ke apartemennya, untuk menemukan apartemennya yang sudah penuh dengan genangan dan percikan darah di sekitar mayat dengan kepala sudah tak berbentuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Maid (End)
FanfictionWarn! Ada boy x boy, ada lurus juga! Nana, seorang mahasiswi S2 yang memiliki setumpuk pekerjaan freelance dan pekerjaan dari dosen ditambah tugas kuliah. Namun memilih untuk kembali menjadi maid di dorm BTS, sebagai bahan penelitiannya. Menghadapi...