Nana mengangguk, menarik nafasnya sesuai arahan Hoseok. Namun baru beberapa tarikan nafas...
"Noona!"
Jian datang dan langsung memeluk Nana, membuat tubuh Nana menegang dan reflek mendorongnya begitu keras.
"Jian... Ugghh jauh... Hah... Maaf" Frustasi. Ia hanya bisa menunduk sambil mundur beberapa centi dari adiknya.
"Noona... Jian tau semuanya, bu Mary menceritakannya pada Jian. Noona hiks ini Jian, Jian rindu sekali dengan noona. Maaf waktu itu Jian masih kecil, tidak bisa melindungi noona... Hiks" Ucap Jian lirih sambil menunduk. Tak berani menatap noonanya.
Mendengar kalimat itu Nana, menatap dongsaeng nya itu dengan mata membulat yang penuh ketidak percayaan.
Namun kalimat itu berhasil membawa kesadarannya dan menghentikan putaran memori mengerikan itu.
"Jian... Bukan salahmu" Nana memeluk dongsaeng nya itu begitu erat. Menghirup aroma yg ternyata sama dengan dirinya, aroma segar Citrus namun ada tambahan mint, membuatnya tenang.
"Maafkan noona, apa ada yang sakit?" Tanyanya mengecek tangan dan punggung dongsaeng nya, takut-takut ada luka karena ia mendorongnya begitu kuat.
"Noona, Jian sudah besar. Jian akan menjaga noona!" Ucap Jian kembali memeluk noonanya dengan erat.
"Hmm... Parfum Citrus dan mint, kau suka itu hm? "
Jian mengangguk dan terkekeh "Noona juga"
"Noona aku minta no ponselmu! Dan juga ayo pulang, aku mau pindah dan istirahat. Lelah sekali dari tadi mencari noona di setiap ujung kampus ini" Gerutu Jian, masih dalam pelukan Nana. Membuat Nana terkekeh dan mencium pucuk kepala adiknya itu berulang kali.
Hoseok yang melihat interaksi dua saudara itu, hanya mampu terdiam. Nana begitu mudahnya kembali tenang hanya dengan kehadiran dongsaeng nya itu. Hah, Ia jadi rindu noonanya di gwangju.
"Apa dia kekasih noona?" Tanya Jian, sambil menatap Hoseok tajam. Tangannya masih melingkar di pinggang noonanya.
"Hmm... Kau tidak kenal dia?" Nana mengangguk dan mengusap mata adiknya yang menatap Hoseok begitu tajam.
"Uhh... Memang siapa, sampai aku bisa mengenalnya? "
"J-Hope, BTS"
"Ahhh... Iya! Dia J-Hope! Wahhh noona kau dekat dengan artis ya?"
Nana terkekeh dengan respon adiknya yang begitu menggemaskan ini.
"Maaf" Ucap Nana pada Hoseok, karena melihat ekspresi kesal Hoseok yang begitu sangat kentara.
"Ayo ke apartemenmu sebentar, baru pulang. Kau harus cerita banyak hal pada noona, bagaimana adik kecil noona yg lucu dan menggemaskan ini bisa jadi begitu tampan, hm?"
"Oppa... Mau ikut?"
Mata Hoseok seketika berbinar dan kepalanya otomatis mengangguk semangat. "Tentu saja! "
"Tapi kita ke apartement Jian dulu kan? Jian mau ambil baju" Keluh Jian. Matanya menatap Hoseok tak suka.
"Jian tak mau Hoseok oppa ikut? Hmm... Ok Hoseok oppa langsung ke apartemenku sa--"
"NOO!! Ya sudah biar dia ikut" Potong Jian cepat. Dengan sedikit kesal ia menggandeng noonanya keluar kampus dan memesan taxi untuk ke apartemennya.
.
.
.
.
.
.
."Kau hanya bawa baju saja? " Tanya Nana heran, karena apartemen adiknya ini hanya apartemen kosongan berisi futon(kasur lipat) yg tertata rapi di dekat pintu balkon dan satu koper merah di pojok kamar.
Dengan santainya Jian mengangguk memasukkan futon ke dalam pembungkusnya dan mengambil alat mandi serta beberapa baju yg menggantung di balkon.
"Ayo pergi noona" Ucapnya begitu selesai membereskan apartemennya yang memang tak berisi apapun.
Nana hanya mengangguk dengan mata yang masih membulat heran, ia terlalu terkejut dengan apa yang ia lihat. Hanya butuh 3 menit dan adiknya sudah siap untuk pergi.
"Noona..." Rengek Jian, menggelayuti lengan noonanya karena ia tidak bergerak sama sekali.
"Ah! Iya, ayo"
"Kau sudah bilang pada orang tua mu kalau akan tinggal dengan noona mu?" Tanya Hoseok.
"Jangan!" Teriak Nana spontan, sambil mengeratkan rangkulan dongsaengnya.
"Aku sudah besar noona, eomma ataupun appa tidak bisa menarik ku pergi seenaknya lagi" Jawab Jian, bangga dengan dirinya sendiri.
"Dan kau jangan--"
"Jian! Dia jauh lebih tua darimu! Noona saja memanggilnya oppa!"
Brusan noonanya membentaknya?
Rangkulan itu melonggar, belum pernah noonanya membentaknya seperti ini.
"Hah... Maafkan noona. Ayo berangkat" Ucap Nana datar kemudian berlalu meninggalkan dongsaengnya dan Hoseok. Dengan wajah datar yg tak terbaca.
Hoseok menatap dua saudara itu bergiliran. Nana yg berlalu tanpa ekspresi, dan Jian yang melongo dengan mata berair.
"Hei... Sudahlah ayo" Hoseok menarik koper calon adik iparnya tersebut.
Begitu mereka dibawah, Nana sudah menunggu di depan taxi yang ia pesan.
"Ayo"
Dengan santai ia duduk di bangku depan, sebelah supir. Membiarkan Hoseok yang awalnya duduk di sana menjadi duduk di belakang bersama adiknya.
Begitu mereka masuk, Nana memberitahukan alamat apartemennya pada supir.
"J-Hope BTS?" Tanya si aupir, memecah keheningan di dalam tadinya.
"Ne... " Jawab J-Hope ramah.
"Umm... Kalian-"
"Aku staff Bighit, dia adikku. Ada yg harus aku bicarakan dengannya namun bertepatan dengan pindahan adikku ke apartemenku jadi dia ikut" Potong Nana, menjawab pertanyaan yanga akan ditanyakan oleh supir.
Begitu ia selesai menjelaskan, dengan santainya ia kembali memejamkan mata. Memberi kode untuk tidak mengganggunya.
"Ah... Ne..." Jawab pak supir canggung.
"Umm... Anak perempuan ku suka sekali denganmu, aku bahkan bisa melihat postermu hampir di setiap sudut kamarnya. Boleh aku minta tanda tangan dan foto?" Tanya si supir dengan begitu sopan.
"Ah boleh pak, nanti sampaikan juga salamku pada anakmu"
Dari kaca depan itu, dapat Hoseok lihat dengan jelas pantulan wajah Nana yang tampak murung bahkan saat ia memejamkan mata. Tangannya bergerak dengan cepat menghapus air mata yang timbul kurang dari 1 detik itu.
"Noona... Maafkan aku" Lirih Jian. Ia tak tahan didiamkan oleh noonanya seperti ini.
"Nanti kita bicarakan" Ucap Nana datar.
Hoseok menepuk bahu Jian berusaha untuk menyemangatinya dan meredakan kegelisahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Maid (End)
FanfictionWarn! Ada boy x boy, ada lurus juga! Nana, seorang mahasiswi S2 yang memiliki setumpuk pekerjaan freelance dan pekerjaan dari dosen ditambah tugas kuliah. Namun memilih untuk kembali menjadi maid di dorm BTS, sebagai bahan penelitiannya. Menghadapi...