"Proff... Cepat!!! Hiks adikku dalam bahaya"
Tak sampai sepuluh menit mereka sampai di toko itu yang memang tampak perkelahian dari luar.
Nana yang sudah panik tanpa peduli apapun langsung masuk dan menendang orang yang mencengkram kedua tangan adiknya. Gak peduli dengan resiko adiknya ikut jatuh tersungkur.
Seolah tak berjeda Nana menginjak selangkangan namja itu 2 kali dengan keras. Kemudian mendudukinya dan menghantam kepala namja itu dengan brutal dan penuh emosi, sampai profesornya menghentikannya.
"Nana! Cukup! Kau mau jadi pembunuh?!"
Dengan kesal Nana membalik namja itu, menduduki punggungnya dan mengunci lengan namja itu dengan kuat, lebih tepatnya sambil secara tidak langsung menggeser pergelangan tangan namja itu sedikit.
Kemudian polisi datang, dan barulah Nana melepaskan namja itu. Dan memeluk dongsaeng nya.
"Kau ini! Mau buat noona mati muda ha?!"
"Noona melakukan itu?" Tanya Jian masih memperhatikan kondisi namja yang diborgol polisi itu.
"Ya, jadi jangan main-main dengan noona" Ucap Nana, sambil menyentil dahi adiknya itu.
"Aw sakit noona..."
Mata Nana membulat menatap lengannya yang terdapat noda darah.
"Kau terluka?!" Nana menyingkap jaket adiknya, dan mendapati pinggang kanan adiknya robek penuh darah.
"Gila!!" Penuh emosi Nana menghampiri namja yang di pegang polisi itu dan meninju sekali lagi, dengan begitu cepat. Membuat namja itu bahkan polisi yang memegangnya tersungkur.
"Astaga NANA!" teriak profesornya,sambil menarik baju belakang Nana untuk menghentikan aksi Nana yang sudah siap kembali memukul namja itu.
"Adikku... Luka! Dia menusuknya! Seharusnya ku tusuk kau juga!" Geram Nana menunjuk namja yang tersungkur itu dengan posisinya yang lucu. Ingat baju belakangnya masih ditarik oleh profesornya.
"Aku akan bilang bu Mary, untuk membuat persyaratan pengambilan gelarmu semakin sulit"
"NO!! Ok aku berhenti! Jian ayo kerumah sakit!"
"Maaf nona, tapi kau harus ikut untuk pemeriksaan" Ucap polisi itu pada Nana.
"Aiss... Besok saja! Ayo Jian" Nana membantu adiknya berjalan, dan matanya kemudian melihat satu lagi namja yang masih bergetar di samping kasir.
"Kau teman Jian? Cepat ikut" Ucap Nana, menarik namja itu.
Tangan kanannya membantu Jian berjalan, dan tangan kirinya menggandeng namja itu.
"Prof..." Nana menatap profesornya dengan memelas.
"Baik baik, ini biar aku yang urus. Ini kalian ke rumah sakit sana" Profesornya memberikan kunci mobil pada Nana, dan diterima dengan senang.
"Terima kasih proff... Nanti aku buatkan makanan kesukaan mu dan kesukaan istri mu ok"
"Ya. Ya. Pergi sana!"
Nana kemudian mendapati penjahat itu menatapnya tajam "Turunkan tatapanmu! Sekali lagi kau berurusan dengan ku atau dua anak ini, aku rela masuk penjara karena membunuhmu!"
Tak tau saja pengalaman macam apa yang ia alami selama di tinggal di seol!
"Noona..." Keluh Jian.
"Ok ok, ayo"
.
.
.
.
.
.
.
.Begitu selesai dengan urusan rumah sakit, Nana membawa Jian dan temannya ke apartemennya. Membiarkan temannya menginap. Dan ia harus pergi ke kantor polisi. Mengurus masalahnya dan tentu menjemput profesornya.
Semalaman ia menenangkan Jian dan temannya, mereka sedikit trauma. Namun tak begitu parah, untunglah.
"Besok kalian ada acara apa?"
"Hope dance!" Sahut Jihan penuh semangat.
"TIDAK! Sadar dengan konsidi tubuhmu!"
"Aku akan menemani Jihan main game saja noona"
"Game? Tidak ada game disini"
"Umm di apartemenku"
Nana ber oh ria, kemudian mengangguk, menyuruh mereka tidur. Tak lupa ia memperingatkan dua anak itu daerah-daerah rawan, yang tak boleh mereka kunjungi mulai dari sore menjelang malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Maid (End)
FanfictionWarn! Ada boy x boy, ada lurus juga! Nana, seorang mahasiswi S2 yang memiliki setumpuk pekerjaan freelance dan pekerjaan dari dosen ditambah tugas kuliah. Namun memilih untuk kembali menjadi maid di dorm BTS, sebagai bahan penelitiannya. Menghadapi...