Udara New York pada malam hari sangat menyejukkan hati. Seorang gadis cantik berjalan keluar dari pintu bandara dengan terus menggenggam alamat yang harus ia cari di kota ini.
Gadis cantik itu menghirup udara New York dalam-dalam. "New York i'm coming." Ujarnya dengan lantang dan tersenyum senang. Kedua tangannya mengepal keatas. Ia memejamkan matanya. Rambutnya yang lebat bergerak-gerak karena hembusan angin malam.
Kedua tangannya disatukan di depan dadanya dan berdoa kepada Tuhan semoga dia memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari kehidupan sebelumnya setelah kedatangannya disini.
Gadis itu bernama Gabriella Alinski. Gadis yang kerap disapa Gaby itu melihat jam yang melingkar indah di pergelangan tangan kanannya. Saat ini sudah menujukkan pukul 7 malam. Sudah terlalu larut untuk mencari sebuah alamat. Ia memilih untuk mencari hotel agar ia bisa beristirahat malam ini. Dan besoknya bisa mencari alamat yang sudah diberikan temannya sebelum pergi kesini.
***
Tiba-tiba hujan datang dan untung saja Gaby sudah menemukan sebuah hotel untuk bermalam malam ini. Untuk uang Gaby tidak mempermasalahkan itu. Ia memilih hotel yang berbintang. Pikirnya, hanya satu malam disini jadi tidak bermasalah jika ia mengeluarkan uang yang cukup besar untuk menyewa kamar hotel itu. Toh juga, hari sudah semakin gelap. Semakin susah mencari hotel dalam kota New York yang baru saja ia datangi. Terlebih lagi dia juga tidak hafal jalanan kota New York.
"Aku tidak akan pulang malam ini, hujannya terlalu lebat. Dan kau tidak usah menjemputku. Aku akan menginap di hotel." Pria itu berbicara kepada seseorang melalui ponselnya. Ia mengabari orang kepercayaannya. Memang hujannya sangat lebat, sehingga membuat pria itu terjebak disana.
Pria itu adalah Alex Dallas. Pengusaha yang sangat terkenal. Umurnya baru 27 tahun. Ia baru saja mengakhiri meeting dengan clien-nya di salah satu hotel berbintang miliknya. Karena hari sudah larut dan hujan semakin lebat membuatnya harus menginap di hotel tersebut.
Gaby melangkah menuju kasir. Setelah membayar untuk satu kamar, Gaby mengambil kunci kamarnya.
"Berikan aku kunci kamar yang biasanya," titah Alex. Ia melirik kesampingnya. Ia melihat wanita cantik dengan rambut terurai yang juga sedang mengambil kunci kamar. Tanpa sengaja Gaby juga melihat ke arah Alex. Gaby tersenyum, hanya ingin menunjukkan keramahannya kepada orang lain. Memang selalu begitu, Gaby selalu tersenyum ramah kepada orang lain. Baik orang yang dikenalnya maupun tidak.
Alex memperhatikan Gaby yang sudah melangkah pergi setelah mengambil kunci kamarnya.
"Mr. Alex ini kuncinya." Suara resepsionis itu mengagetkan Alex.
"Siapa wanita itu?" Alex bertanya kepada resepsionis yang tadi memberikan Gaby kunci.
"Wanita yang tadi?" resepsionis itu memastikan. Alex hanya mengangguk memberi jawaban. "She is Ms. Gaby," lanjut resepsionis cantik itu. Alex menggunakan mulutnya membentuk huruf O sebagai jawaban.
***
Kamar Gaby berada di lantai paling atas. Ia memilih kamar VVIP di hotel tersebut. Dilantai paling atas hanya terdapat dua buah kamar. Gaby berjalan menuju kamarnya. Ia memutar kunci, dan pintu berhasil terbuka.
Gaby berjalan menuju tempat tidurnya yang berukuran king size. Ini sudah biasa Gaby dapatkan di rumahnya dulu. Jadi dia tidak terlalu kagum dengan semua ini. Gaby memang kaya. Ayahnya mempunyai bisnis dimana-mana, tapi Gaby meninggalkan semua fasilitas yang diberikan ayahnya dan memilih pergi darinya. Itu semua ada alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine | 18+
RandomFollow dulu sebelum membaca! (privat • random) SILENT READERS DILARANG MENDEKAT 📛 Warning: 18++ BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!! Ini kisah Gabriella Alinski (20), seorang gadis cantik yang memasuki kota baru negara baru berniat ingin mencari ke...