Chapter-27

84.3K 2.6K 38
                                    

Beberapa kali suara lonceng yang tergantung di atas pintu berbunyi. Menandakan bahwa seseorang memasuki tempat tersebut. Kedai coffee. Sebuah tempat yang sering dikunjungi Alex ketika sedang tidak ada pekerjaan yang menuntutnya.

Bukan Alex, namun Gaby yang saat ini memasuki tempat tersebut. Gaby memesankan coffee sesuai permintaan Alex.

"Gabriella, Sayang."

Panggilan seseorang membuat Gaby menoleh. Membuatnya mengurungkan diri untuk lekas kembali. Gaby melihat Rio sedang melambaikan tangan ke arahnya.

Gaby mendekati meja Rio yang terletak di ujung ruangan dekat jendela.

"Hai my sweet girl, duduklah." Perintah Rio.

Gaby mengehela nafas jengah. Pasalnya sudah beberapa kali Gaby menegur Rio untuk tidak memanggilnya seperti itu. Tapi Rio tidak pernah mendengarkannya. Pria berambut blonde itu tetap saja memanggilnya layaknya Gaby adalah wanitanya.

"Berapa kali aku harus memperingatkanmu agar kamu tidak memanggilku sembarangan lagi?" Yang di tegur hanya tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Kenapa kamu sendirian? Dimana bosmu?" tanya Rio mengalihkan pembicaraan.

Gaby hanya diam. Ia hanya menampilkan wajah masam pertanda tidak suka dengan pertanyaan dari Rio.

"Lalu kenapa anda masih di sini? Ini bukan lagi jam istirahat," cetus Gaby. Lagi-lagi Rio hanya tersenyum sembari menggaruk tengkuknya yang terasa tidak gatal.

"Aku bosan di kantor. Aku ingin mencari suasana yang tenang. Dan kebetulan sekali aku bertemu kamu di sini. Kamu mau kan menemaniku? Tidak akan lama, sebentar saja." Rio menampilkan wajah memohon kepada Gaby.

Gaby bingung ingin menjawab apa. Di sisi lain ia harus mengantarkan pesanan Alex, sedangkan di sisi lain Rio yang sudah ia anggap teman sendiri membutuhkannya saat ini.

"Aku juga ingin berbicara kepadamu,"
Ucapan Rio membuat Gaby mengernyit. Rasa keingintahuannya bergejolak. Memang sejak kemarin Rio ingin berbicara kepada Gaby. Sayangnya selalu ada gangguan diantaranya.

"Ada apa?" tanya Gaby penasaran.

"Emmm... Sebenarnya," Rio menjeda kalimatnya. Membuat kerutan di dahi Gaby semakin dalam.

"Sebenarnya apa hubungan kamu dengan Alex?" lanjutnya.

Deg! Oh jantung Gaby sepertinya saat ini berhenti berdetak.

Gaby harus menjawab apa? Apa dia harus mengatakan sejujurnya kepada Rio tentang hubungannya dengan Alex? Oh please, Gaby belum siap untuk itu.

"Kami," ujar Gaby sedikit terbata. "Hubungan kami sebatas bos dan sekretaris. Apa lagi?" bohong Gaby.

"Tampaknya Alex sangat menyukaimu. Apakah hanya sebatas itu?" Gaby merasa terpojokkan dengan pertanyaan dari Rio.

"Apa kamu juga mencintainya?" Gaby terdiam. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan Rio.

Inginnya lari, namun tidak bisa. Jika dia berlari itu sama saja mengundang kecurigaan terhadap semua orang.

Cukup lama terdiam. Akhirnya sepatah kata keluar dari mulut Gaby.

"Pantaskah seorang bawahan mencintai bosnya?" tanya Gaby.

"Kamu mencintainya. Benar bukan?" Ujar Rio. Gaby hanya mampu menelan salivanya.

"Tidak adakah kesempatan untuk diriku?" tanya kembali Rio.

"Ha?" Gaby tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan pria yang berada di depannya itu.

You Are Mine | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang