Tok... Tok... Tok...
Gaby mengetuk pintu dengan berhati-hati. Takut jika ia menganggu sang pemilik ruangan. Bermodalkan kopi yang ia bawa di tangannya, ia memasuki ruangan tersebut tanpa ragu.
Terlihat Alex yang tengah bersandar di kursi ruang kerjanya. Kedatangan Gaby membuat Alex tersadar akan lamunannya.
"Apa aku mengganggumu?" tanya Gaby sembari menyodorkan kopi yang ia bawa kepada Alex.
Alex tersenyum dan menggeleng perlahan.
Alex memberi kode Gaby untuk lebih mendekat ke arahnya.
Menurut, Gaby pun duduk di pangkuan Alex. Alex langsung memeluknya dengan erat. Gaby tau jika saat ini Alex sedang banyak pikiran. Terlihat betapa seringnya ia melamun akhir-akhir ini. Namun Gaby sendiri tidak tau apa yang dipikirkan kekasihnya itu.
Sebenarnya Gaby bisa saja bertanya. Namun wanita itu menunggu Alex siap menceritakan permasalahannya. Untuk saat ini Gaby hanya mampu menenangkan hati Alex.
Mungkin yang sedang Alex pikirkan akhir-akhir ini terlalu membebaninya. Sehingga ia selalu membutuhkan pelukan Gaby untuk menenangkan hati dan pikirannya yang sedang kacau. Seolah pelukan itu sudah mampu menyalurkan semua perasaannya. Perasaannya yang kacau. Pelukan hangat dan penuh kasih sayang dari Gaby. Alex selalu merindukan itu.
Gaby membelai lembut surai rambut Alex. Memberinya kecupan beberapa kali di puncak kepalanya. Mengisyaratkan bahwa dia berada disini. Dan akan selalu mendampinginya bagaimanapun keadaannya. Menyayanginya dengan sepenuh hati. Serta memberinya semangat dalam mengatasi permasalahannya.
Bagi Gaby Alex adalah cintanya. Ia begitu mencintainya. Dia tidak tega melihat Alex seperti itu setiap saat. Berdiri di dekat jendela dengan pandangan kosong. Dengan wajah tegas yang di buat agar terlihat tegar.
Cukup lama Gaby bersama Alex membuatnya perlahan memahami Alex. Alex memang terlihat tegas di luar. Namun pada kenyataanya dia pria yang begitu lembut, dan penuh kasih sayang. Gaby beruntung bertemu dengannya.
Cukup lama Alex memeluk Gaby. Dirasa suasana hatinya sedikit membaik, ia melepaskan pelukannya.
"Apa lebih baik?" tanya Gaby.
Alex mengangguk. "Thank you, Dear." ujarnya.
"Apa kamu membutuhkan sesuatu yang lain?" tanya Gaby.
Gaby berdiri. "Aku bisa mengambilkannya," lanjutnya.
Lagi-lagi Alex hanya menggeleng. "Aku tidak membutuhkan apapun. Kamu ada di sampingku, itu saja sudah cukup." Sahut Alex sembari menarik Gaby untuk kembali dalam pangkuannya.
Seketika wajah Gaby memerah. Ini memang bukan pertama kalinya Alex merayunya. Bahkan sudah ribuan kali Alex merayu. Namun tetap saja wajah Gaby tidak bisa beradaptasi dengan rayuan Alex meski itu sederhana. Gaby selalu senang jika Alex mengatakan kata-kata manis kepadanya.
Cup...
Alex mengecup singkat bibir Gaby.
Keduanya saling tatap. Gaby bisa merasakan apa yang tengah Alex rasakan saat ini. Begitu pilu. Terlihat dari sorot matanya yang sendu. Ini memang tidak seperti Alex yang biasanya. Tapi ini lah yang tidak diketahui oleh siapapun. Alex yang rapuh.
"Kenapa kamu tidak bertanya apapun?" tanya Alex penasaran.
Gaby membenarkan tatanan rambut Alex. Wanita itu tersenyum. Manis, sangat manis. Hingga senyuman itu seolah menjadi penawar kepahitan hidup Alex.
"Aku menunggu kamu siap menceritakannya sendiri," kata Gaby.
Mereka kembali berpelukan. Menyalurkan segala macam kasih sayang. Segala kebahagiaan hingga kepedihan lewat pelukan. Pelukan erat nan menghangatkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine | 18+
De TodoFollow dulu sebelum membaca! (privat • random) SILENT READERS DILARANG MENDEKAT 📛 Warning: 18++ BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!! Ini kisah Gabriella Alinski (20), seorang gadis cantik yang memasuki kota baru negara baru berniat ingin mencari ke...