Chapter-19

104K 3.4K 14
                                    

Jendela kecil itu terbuka, membuat angin malam menerobos masuk ke dalam rumah. Menerpa kulit wajah wanita yang sedang berdiam diri di dekatnya. Wanita itu menatap lurus ke luar jendela. Raut wajah kesedihan terlihat jelas di matanya. Dia menatap kosong langit-langit yang dipenuhi bintang. Hari semakin larut. Angin malam pun semakin terasa dingin. Namun wanita itu enggan untuk meninggalkan tempatnya berdiri.

Alex mendekatinya, memberikan selimut tebal untuk menutupi tubuhnya agar tidak kedinginan. "Sudah malam, tidurlah!" ujarnya.

Gaby masih tidak berkutik. Tatapan itu sama sekali tidak berpindah. Bibir yang terkatup rapat dengan raut wajah kesedihan tergambar jelas di manik matanya. Hati Alex ikut sakit melihat wanita yang dicintainya seperti itu. Dan Alex tahu apa penyebab Gaby menjadi seperti itu.

"Aku menghancurkannya," lirih Gaby. Tatapannya masih tidak beralih.

Alex mengernyitkan dahinya. "Maksud-" Belum sempat Alex mengutarakan pertanyaannya, wanita itu kembali berbicara.

"Rumah tangganya. Karena aku semuanya terjadi. Kehadiranku menjadi petaka bagi keluarganya,"

"Mrs. Rose pasti sangat kecewa," lanjutnya lagi. Alex mulai mengerti arah pembicaraan Gaby.

"Apa aku terlihat seperti wanita murahan?" Gaby menatap Alex. Pandangannya mengabur, tertutupi dengan bulir-bulir bening yang menggenang di pelupuk matanya. Alex menggeleng cepat, tidak menyetujui ucapan Gaby.

"Apa aku sudah kehilangan hak untuk bahagia?"

Alex masih setia mendengarkan untaian demi untaian kata yang terlontar dari bibir Gaby. Alex menyadari jika wanita itu benar-benar rapuh. Meskipun terlihat kuat dan begitu dingin dengannya, wanita itu memiliki hati yang hangat. Untuk kesekian kalinya Alex begitu kagum dengan wanitanya.

"Aku telah kehilangan ibuku. Aku juga telah kehilangan harga diriku. Mrs. Rose yang sudah kuanggap seperti ibuku, kini aku juga kehilangannya. Semuanya telah hilang."

"Hanya ada ayah. Tapi aku juga telah kehilangannya,"

"meninggal?" tanya Alex penasaran. Gaby menggeleng pelan.

"Ayahku masih hidup. Tapi sayangnya, dia telah melupakanku. Bahkan disaat aku pergi dari rumah, dia sama sekali tidak mencariku,"

"Terkadang aku bertanya pada diriku sendiri, apa aku masih dianggap darah dagingnya? Apa dia masih menyayangiku setelah memiliki kekasih baru, pengganti ibuku?" Gaby menghembuskan nafasnya. "Posisiku tergantikan oleh orang-orang baru itu."

"Aku tidak pernah dibebaskan seperti saudara tiriku. Aku selalu terkekang dan ditindas oleh mereka. Bahkan disaat aku ingin mencari setitik kebahagian, dan aku yakin akan menemukannya. seseorang menghancurkan impianku, menghancurkan keyakinanku."

Malam itu, entah kenapa pintu hati Alex seakan terbuka. Hatinya bagai tersayat mendengar cerita hidup wanitanya. Alex menyesali perbuatannya dulu, memperkosa Gaby, hingga membuat hidupnya hancur. Bertambah hancur karenanya. Alex terdiam cukup lama. Keduanya terdiam, hanya ada keheningan di malam itu. Pada malam itu, Alex bersumpah tidak akan menyakiti orang yang ia sayangi. Dia akan melindungi Gaby semampunya.

Pria itu selalu mempermainkan perempuan. Bahkan tidak jarang ia bermain tubuh dengan wanita-wanita di luar sana. Tapi untuk kali ini Alex menyadari perbuatan buruknya selama ini. Itu semua karena Gaby. Wanita itu telah menyadarkannya. Bahwa wanita bukanlah permainan yang dapat dimainkan sesuka hati oleh para pria. Wanita memiliki hati, mereka memiliki harga diri. Perbuatan itu bisa saja menghancurkan hidup orang lain. Ketidakberdayaan Gaby telah melukai harga dirinya. Kehancuran Gaby membuatnya menyadari kesalahannya.
Alex baru mengetahui permasalahan hidup Gaby yang begitu rumit. Pria itu dapat merasakan apa yang tengah Gaby rasakan saat ini.

You Are Mine | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang