Chapter-23

96.4K 3.2K 44
                                    

Peringatan! Ini memasuki daerah bucin. Bagi yang tidak menyukainya boleh menyingkir.
Follow fikapra

Happy reading.....

Sepertiga malam, saat kedinginan masih terasa, Gaby terbangun dari tidur lelapnya. Karena listrik telah kembali menyala beberapa saat lalu, wanita itu dapat melihat dengan jelas keadaan ruangan itu. Betapa terkejutnya Gaby kala tahu ia tidur satu ranjang dengan Alex. Sontak Gaby menyingkir. Namun sayang, genggaman itu terlalu kuat hingga Gaby tak bisa melepasnya.

Gaby meraba nakas untuk mengambil minuman. Tenggorokannya terasa begitu kering. Dengan salah satu tangannya, ia berusaha mengambil minuman.

Hingga saat ini pun hujan masih enggan untuk pergi, meski badai petir telah meninggalkannya. Suara rintiknya pun membuat Gaby sedikit merasa tenang. Wanita itu melihat Alex yang tengah terlelap dalam tidurnya. Garis wajah tampan yang terlihat jelas di matanya. Bentuk rahang yang memperjelas ketegasannya, namun tidak bagi Gaby. Meski Alex terkenal keras, Gaby tidak pernah merasakan hal itu. Justru sebaliknya.

Turun. Wanita itu melihat genggaman kuat Alex. Seakan-akan Alex akan terus menggenggamnya, dan tidak akan membiarkan Gaby pergi. Genggaman yang kuat namun tidak menyakiti Gaby. Ada seulas senyum di kedua sudut bibir Gaby. Ada pula ketenangan dalam batinnya. Tanpa disadari wanita itu pun melakukan hal yang sama. Ia pun menggenggam kuat jemari Alex dengan kedua tangannya, dan kembali ke dalam mimpinya.

***

Alex melihat bingung Gaby yang sedari bangun terus tersenyum. Entah apa penyebabnya semakin membuat pria yang tengah mengenakan kemeja putih itu mengerutkan keningnya dalam. Alex mendekati Gaby yang tengah duduk di tepi ranjang tempat tidur dengan terus memperhatikannya.

"Apa kamu sakit?" Alex menempelkan sebelah tangannya di kening Gaby. Namun wanita itu tidak berkata apapun. Ia masih saja memperhatikan Alex tanpa menghilangkan senyuman manisnya.

Gaby menggeleng pelan. "Tidak," sahutnya.

"Lalu, kenapa kamu tersenyum? Apa yang membuatmu tersenyum di pagi ini?"

Tidak ada sahutan. Gaby masih saja menggeleng pelan tanpa menghilangkan senyuman itu. Wanita itu menatap Alex dengan tatapan yang sulit diartikan. Hanya dirinya sendiri yang dapat menjelaskan arti tatapan itu. Tatapan yang begitu dalam, hangat, dan memuja.

"Aku tau senyummu itu sangat manis. Aku akui aku menyukainya. Tapi setidaknya pikirkan tentang diriku. Jika kamu masih tersenyum seperti itu, aku takut semua serangga akan mendekatimu. Jika seperti itu, aku akan kesusahan untuk menyingkirkannya," rengek Alex membuat Gaby menghentikan senyumnya.

"Biarkan saja. Aku ingin melihat bukti cintamu. Bukankah kamu sendiri yang bilang bahwa kamu mencintaiku?"

"Iya, itu benar. Aku mencintaimu," sahut Alex cepat.

"Aku ingin melihatmu menyingkirkan serangga-serangga itu,"
Alex semakin mendekati Gaby. Kini ia kembali tepat di depan Gaby hingga wanita itu harus mendongak melihat Alex.

"Aku tidak perlu menyingkirkannya. Kamu sendirilah yang tidak akan membiarkannya mendekatimu. Karena kamu juga mencintaiku," tegas Alex.

Gaby menatap remeh Alex. "Aku tidak pernah mengatakan hal itu," sangkal Gaby.

Alex menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Benarkah? Kamu lupa atau pura-pura amnesia?" cecar Alex.


You Are Mine | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang