Chapter-11

125K 3.8K 58
                                    

Vote dulu lah 😊

Happy reading...

Sudah seminggu Alex terbaring di rumah sakit. Menikmati makanan rumah sakit yang terasa hambar di mulutnya. Di tambah bau obat-obatan yang begitu menyengat di indra penciumannya. Sebenarnya Alex sudah merasa bosan disana.

Selama seminggu pula, Alex tidak pernah berjumpa dengan Gaby. Jangankan berjumpa, melihat saja tidak. Pria itu merasa begitu rindu dengan wanitanya. Sayangnya dokter belum mengizinkannya untuk keluar dari rumah sakit. Padahal Alex sudah merasa lebih baik lagi jika bertemu dengan Gaby. Melihat wajahnya saja sudah mampu mengobati rasa rindunya sekaligus rasa sakitnya.

"Berapa lama lagi aku berada disini? Aku ingin pulang." Tutur Alex yang membuat Martin berdiri dari tempat duduknya. Martin menghampiri bosnya yang tengah menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Anda belum pulih Mr. Dokter tidak akan mengizinkan anda pulang dengan kondisi anda yang seperti ini." Sahut Martin memberi pengertian.

"Ini rumah sakit atau penjara? Aku tidak bisa melakukan apa yang aku mau. Ini benar-benar membosankan." Alex menghembuskan nafas panjang. "Terserah, aku ingin pulang!" serunya.

"Maaf Mr. Anda tidak boleh seperti ini. Anda harus mengikuti kata Dokter. Ini demi kebaikan anda juga."

"You know what, Martin? I miss her so much. Jika aku tidak bisa pulang, apa kamu bisa membawanya kemari?" tantang Alex.

Seperti mengerti siapa 'dia' yang dimaksudkan Alex. Siapa lagi kalau bukan Gaby, yang selama beberapa hari itu menempati rumah bos-nya serta satu ranjang dengan Alex. Martin hanya bisa menelan salivanya sendiri. Dia bingung ingin menjawab apa. Karena pasalnya dia sendiri juga tidak tau keberadaan Gaby saat ini.

"Apa kamu bisa?" desak Alex.

"Sepertinya dia begitu spesial dimata anda Mr." Martin mencoba mengalihkan pembicaraan.

Martin dapat melihat Alex menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman kecil. Meskipun samar, Martin dapat melihat Alex tersenyum untuk pertama kalinya karena seorang wanita.

Martin berpikir apa keputusannya salah menyuruh Gaby pergi? Apa justru dia akan menyakiti hati tuannya karena keputusan yang dia buat sendiri? Melihat respon Alex yang tidak seperti biasanya membuat Martin merasa bersalah dengan bos-nya itu. Tapi itu dia lakukan karena merasa tidak enak dengan Gaby. Martin melihat Gaby merasa tertekan karena perlakuan tuannya. Saat ini Martin dilanda kebingungan. Begitu banyak kecemasan yang ia rasakan. Namun Martin hanya bisa menyimpannya. Dia belum cukup berani untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Alex.

"Katakan pada Dokter Roy, aku ingin pulang secepatnya. Aku baik-baik saja. Luka ini juga tidak cukup serius,"

"Saya akan berbicara kepadanya nanti, sekarang makanlah!" Tepat saat itu perawat cantik datang membawakan makanan untuk Alex.

***

"Aku tidak menyangka jika kamu akan pulih lebih cepat dari prediksiku Mr. Alex" Kata dokter seusai mengecek keadaan Alex. Lalu tersenyum ke arah sahabatnya itu.

"You know me, Roy.  I really hate hospitals. Aku tidak tahan berlama-lama disini," ujar Alex sambil memakai jas hitamnya.

"I know dude, aku sangat mengenalmu. Kita sudah berteman lama. So, aku tau apa yang kamu suka dan tidak kamu suka. Tapi kamu harus meminum obat yang sudah aku resepkan,"

"Baiklah, baiklah. Tolong jangan berbicara kepadaku lagi, aku harus pulang. Ada seseorang yang harus aku temui," sahut Alex.

Roy menampilkan wajah curiganya. "Siapa? A woman?" tanyanya.

You Are Mine | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang