Hujan kembali mengguyur tanah kelahiran. Membasahi seluruh permukaan bumi yang dihuni oleh ratusan juta manusia. Suara gemericik air terdengar jelas berjatuhan dari atas langit. Malam dingin yang bertambah dingin karena kedatangan hujan yang tak terduga. Kedatangannya mendamaikan hati yang gundah.
Seorang pemuda berbaju biru laut itu menatap nanar kaca jendela usang yang berbingkai kayu itu. Sorot matanya sayu, begitu kentara jika sedang memendam kepedihan yang teramat dalam. Gendang telinganya hanya terfokus pada suara tangisan dari seberang ruangan. Bahkan suara air hujan tak terdengar di telinganya. Hanya suara tangis seseorang yang mendominasi. Menjerit dengan frustasi.
Tanpa sadar air mata sudah jatuh dari pelupuk mata pemuda itu. Dengan kasar ia menghapus air mata itu.
Malam itu begitu sepi. Sangat sepi. Semua hilang dengan sendirinya. Keluarga, cinta, harta, semuanya telah hilang. Seakan takdir baik tak berpihak padanya. Ditambah ibunya yang sudah beberapa hari ini menangis histeris karena berpisah dengan sang ayah dan salah satu anaknya.
Sekarang beban hidupnya bertambah besar. Ia harus memikul tanggung jawab untuk menghidupi dirinya dan satu-satunya keluarga yang ia miliki, ibunya.
"Jangan pergi!
"Jangan pisahkan kami!
"Aku mohon jangan pisahkan kami...
"Jangan pergi!
"Mama sayang sama kamu....
"Jangan pisahkan kami!
"Aku mohon...."
Suara teriakan histeris itu sudah beberapa hari menemaninya di rumah tua yang kecil itu. Hatinya begitu sakit ketika melihat sang ibu seperti itu. Ia tahu bahwa ibunya yang paling terpukul karena kondisi seperti ini.
Di ambang pintu. Pemuda itu menangis menyaksikan ibunya yang terlihat kacau. Air mata selalu bercucuran di pipi tirus ibunya.
"Mama..." lirih pemuda itu. Ia mendekap tubuh rapuh ibunya.
"Masih ada Alex, Ma. Mama harus kuat. Kita pasti bisa hidup tanpa mereka," yakinnya.
Alex terperanjat kala sekilas masalalunya berkelebat dalam mimpi tidurnya. Nafasnya begitu memburu. Hingga ia harus berusaha menetralkan deru nafasnya itu.
"Lagi?" lirihnya.
Alex terus bermimpi kejadian di masalalu setelah kepulangannya dari paviliun ibunya. Itu membuatnya tak nyaman karena harus mengingat kejadian kelam dalam hidupnya. Kejadian yang benar-benar merubah hidup seorang pemuda bernama Alex Dallas.
Pria itu melihat jam yang berada di atas nakas. Seperti kebiasaannya di setiap malam, Alex selalu memyempatkan melihat Gaby ketika tertidur. Memastikan jika wanitanya itu tertidur nyenyak. Alex tersenyum melihat tidur Gaby yang nampak damai. Pria itu membelai puncak kepala Gaby. Mencium keningnya sekilas sebelum beranjak meninggalkan kamar Gaby.
Fyi, keadaan ibunya Alex sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Wanita itu telah sadarkan diri beberapa hari yang lalu. Meskipun tak ada perubahan dalam dirinya. Ia masih sama. Masih sering berteriak histeris jika melihat sesuatu yang mengingatkannya pada masalalu.
***
"Hari ini anda ada meeting dengan kepala pimpinan Adylon grup jam 10.00 dan meeting jam 02.00 di perusahaan," ingat Gaby.
Saat ini mereka di ruang makan. Beberapa hidangan roti telah tersaji di meja makan. Di tambah dengan susu gelas untuk Alex.
![](https://img.wattpad.com/cover/180445199-288-k808008.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine | 18+
RandomFollow dulu sebelum membaca! (privat • random) SILENT READERS DILARANG MENDEKAT 📛 Warning: 18++ BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!! Ini kisah Gabriella Alinski (20), seorang gadis cantik yang memasuki kota baru negara baru berniat ingin mencari ke...