Chapter-4

205K 5K 148
                                    

"Ms. Gaby, anda bisa beristirahat disini." ucap maid itu dengan sopan sembari menunjukkan sebuah kamar kepada Gaby.

Gaby melihat-lihat sekeliling kamar itu setelah memasukinya. Sedangkan maid itu masih setia menemani Gaby yang kini sedang meneliti setiap benda yang ada di kamar tersebut.

"Tapi.. Ini seperti kamar utama," Gaby menyuarakan isi hatinya dengan ragu. "Bukankah ini terlalu berlebihan bagi seorang tamu?" tambahnya.

Memang, jika dilihat kamar itu terlampui besar bagi seorang tamu. Malah terkesan seperti kamar utama di rumah ini. Karena begitu luas dan mewah.

"Ahh bukan, aku bukan seorang tamu. Aku disini cuma meminta bantuan kepadanya. Aku juga tidak akan tinggal lama dirumah mewah ini." Batinnya.

"Tapi Mr. Alex sendiri yang meminta saya mengantarkan anda ke ruangan ini," jelas maid itu. Gaby hanya mengangguk tanda mengerti.

Betapa baiknya Mr Alex. Aku merasa sangat beruntung bertemu dengannya. Dia seperti malaikat yang membantuku dalam kesulitan. Pikir Gaby.

"Jika Ms. Gaby membutuhkan sesuatu, bisa panggil saya." kata maid. Lalu maid itu permisi meninggalkan Gaby yang masih bergelut dengan pemikirannya.

Memang, Alex sendirilah yang menyuruh salah satu maid nya untuk mengantarkan Gaby ke kamar agar ia bisa beristirahat. Sedangkan Alex pergi setelah mendapatkan telepon dari Martin.

Dengan berat hati Alex pergi meninggalkan Gaby demi sebuah pekerjaan yang sangat penting. Padahal ia sudah tidak tahan lagi untuk segera menyetubuhi wanita itu. Terpaksa ia harus meredam hasratnya untuk saat ini.

Setelah pembicaraan itu, Alex pergi ke kantornya. Sedangkan Gaby ia serahkan kepada maid nya untuk mengurus segala kebutuhan wanita itu.

Sudah berjam-jam Alex berada di ruangan ini. Ruangan khusus untuk meeting. Ia sedang mengadakan evaluasi kinerja dengan para staff nya guna untuk mempersiapkan proyek barunya tahun depan.

Setelah itu selesai pun, ia tidak bisa langsung pulang. Karena pada kenyataannya dia harus menghadiri meeting lagi dengan beberapa rekan kerjanya.

Lelah? Bukan. Dia bukan lelah, bukan juga pusing memikirkan segala urusan kerjanya. Karena dia begitu jenius mengatur strategi pekerjaannya. Tapi kali ini beda. Alex merasa bahwa meeting kali ini begitu lama. Padahal baru setengah jam ia memulai meeting dengan beberapa rekannya setelah ia selesai dengan para staff nya. Biasanya ia meeting sampai tidak mengenal batasan waktu. Ia terlalu sensitif jika menyangkut urusan pekerjaan. Bahkan kesalahan sedikitpun akan terlihat oleh Alex karena pria itu selalu detail mengenai urusan kantor. Ia tidak mau menerima kecacatan terhadap bisnis yang ia bangun selama ini.

Masih di ruangan yang sama, di kantor Alex. Alex masih memperhatikan presentasi yang disampaikan oleh salah satu rekan bisnisnya.

"Ohh damn! Kenapa lama sekali?" rutuk Alex dalam hati.

Ia sudah muak. Ini terasa amat lama baginya. Ia ingin segera pulang dan menemui wanita itu.

"Apakah ini tidak bisa lebih di percepat?!" sinis Alex.

Semua orang yang ada di ruangan itu melihat Alex dengan tatapan bingung.
"Tumben Mr. Alex seperti itu." bisik salah seorang rekan kepada orang yang ada disampingnya. Sedangkan sang lawan bicara mengedikkan bahu tanda tak mengerti.

You Are Mine | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang