Gaby menatap Alex. Kebingungannya semakin bertambah kala pria itu menyuruh Gaby mendekatkan dirinya kepada wanita yang tengah berbaring lemah itu. Gaby mengamati dengan saksama wajah wanita di hadapannya kini.
Wajah itu? Persis dengan rupa Alex. Ia memiliki hidup mancung, bulu mata yang lentik, warna kulit yang eksotis, hampir mirip dengan Alex. Dan Gaby yakin jika wanita itu tersenyum pasti mirip dengan Alex. Karena bentuk bibir mereka hampir sama.
Pertanyaan-pertanyaan baru mulai muncul di kepala Gaby.
"Apa mungkin dia ibunya?" batin Gaby.
Seperti tahu apa yang ada di pikiran Gaby saat ini, Alex pun kembali berbicara. " Yep... She is my mother," ujarnya membuat Gaby cukup terkejut. Pasalnya dia hanya membatin pertanyaannya, namun Alex mampu membaca pikirannya.
Gaby mengerutkan keningnya dalam. Selama ini Gaby berpikir bahwa Alex sudah tidak memiliki orang tua, ternyata kebenaran baru terungkap. Pria itu masih memiliki ibu. Dan kini wanita itu tengah berada di depan mata Gaby, sedang berbaring tak berdaya.
"Kamu tidak pernah bercerita jika kamu masih memiliki ibu," protes Gaby.
Alex hanya diam. Memang salahnya karena tidak pernah menceritakan tentang keluarganya kepada Gaby.Semua tindakan pasti memiliki sebuah alasan bukan?
Sama halnya dengan Alex. Dia memiliki sebuah alasan menyembunyikan hal semacam itu kepada Gaby. Bukan hanya kepada Gaby. Tepatnya kepada semua orang, terkecuali orang kepercayaannya dan para sahabatnya saja.
"Maaf,"
Hanya kata itu yang meluncur dari bibir Alex.
Di sisi lain, Rio, Roy, dan Martin tengah menunggu di luar ruangan. Sesekali Rio melihat keadaan di dalam ruangan. Samar-samar Alex dapat menceritakan rahasianya dengan Gaby. Meski tidak cerita utuh, namun setidaknya Gaby tau tentang rahasia Alex.
"Berhentilah menguping!" tegur Roy, saudara kembarnya.
"Suttt... Jangan ganggu aku," desis Rio dengan tajam.
"Apa yang mereka bicarakan?" tanya Roy ikut penasaran.
"Huh dasar! Tadi melarangku sekarang tanya hal itu," cibir Rio. Sedangkan Roy hanya tersenyum menampakkan deretan gigi putihnya.
Rio mulai menceritakan apa yang ia dengar kepada Roy dan Martin. "Alex mampu terbuka," kata Rio.
"Dia tidak terpaksa bukan?" tebak Roy.
"Terpaksa atau tidak suatu saat dia akan mengalami fase seperti saat ini. Dia tidak bisa terus-terusan merahasiakan ibunya kepada orang lain. Terlebih itu kekasihnya sendiri," ujar Martin mendapat acungan jempol dari Rio.
"Benar. Aku setuju dengan Martin. Jika dia benar-benar mencintai Gaby, dia pasti bisa berbagi rahasia itu dengannya. Tanpa harus khawatir apa yang akan terjadi selanjutnya," sambung Rio.
Berbicara tentang rahasia, Rio teringat akan rahasia yang Gaby sembunyikan. Masalah yang membuatnya terus memikirkan nasib hubungan mereka. Apakah Gaby sudah memberitahukannya kepada Alex tentang perjodohan itu?
Pandangan Rio ke bawah, menatap kosong lantai yang tengah ia injak. Setelah perkataannya tadi ia langsung diam. Memikirkan kejadian tempo hari. Saat Gaby menangis frustasi, dan terlihat begitu kacau setelah mendengar kabar bahwa dirinya telah dijodohkan dengan orangtuanya sendiri.
"Suttt... Kenapa diam saja? Apa yang kamu pikirkan?" Roy menyenggol lengan saudara kembarnya itu setelah menyadari perkataannya tidak di dengarnya.
"Hah?" Rio tersentak kaget. "Tidak. Aku tidak memikirkan apapun," elaknya kemudian.
Kembali dengan suasana di dalam ruangan. Dimana hanya ada Alex, Gaby, dan ibunya Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine | 18+
De TodoFollow dulu sebelum membaca! (privat • random) SILENT READERS DILARANG MENDEKAT 📛 Warning: 18++ BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!! Ini kisah Gabriella Alinski (20), seorang gadis cantik yang memasuki kota baru negara baru berniat ingin mencari ke...