Chapter-12

122K 3.6K 30
                                        

Follow fikapra
Dimohon untuk Vote terlebih dahulu. (50 votes = update) &
Spam comment, auto update lagi.

Happy reading...


Martin melangkah maju, mendekati Alex yang berdiri di antara barisan pembantu yang lain. Matanya melihat bahwa kini Alex sangatlah marah. Ia murka, dan meluapkan segala kekesalannya kepada para bawahannya. Dan Martin sudah menduga kejadian seperti ini akan terjadi. Maka dari itu Martin sudah menyiapkan rencana untuk meredam kemarahan Alex. Meski untuk sementara, tapi tak apa.

"Hai Alex, my broo. How are you?" Rio—sahabat Alex— tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan membawa satu parsel buah-buahan.

Rio memberikan parsel itu pada Alex dengan sedikit paksaan. Hingga membuat Alex mau tidak mau untuk menerima dengan kedua tangannya.

Tatapan bingung terlintas di netra Alex dengan jelas. Ia menatap fokus lelaki yang ada di sebelahnya itu. Siapa lagi kalau bukan Rio. Tangannya yang dengan lancang disampirkan di bahu Alex, membuat Alex risih berada di dekatnya. Namun sang empu hanya memperlihatkan deretan gigi putihnya, merasa tak bersalah sama sekali.

Sengaja, Martin membawa Rio ke rumah bos-nya. Selain untuk menemani Alex, Rio juga dapat memadamkan amarah Alex. Karena Rio tipikal pria yang banyak bicara. Sehingga bisa memecah keheningan di rumah besar ini. Serta membuat Alex merasa tidak kesepian karena kepergian Gaby.

Alex beralih pada Martin. Menatap tajam orang kepercayaannya. Tatapan itu seolah meminta penjelasan tentang kedatangan Rio yang mendadak.

Seperti mengerti maksud dari tatapan Alex kepadanya, Martin mencoba untuk memberi perhatian pada bos-nya yang masih diselimuti oleh amarah. Namun belum sempat menjawab pertanyaan dari Alex, Rio telah lebih dulu menjelaskan kedatangannya.

"Aku ingin menjengukmu, kawan. Saat kamu di rumah sakit, kamu tidak mengizinkan seorang pun menjengukmu. Termasuk aku." Tunjuknya pada dirinya sendiri. I'm so worried about you, Mr. Alex."

Rio memutar-balikkan badan Alex. Hendak melihat keadaan sahabat serta rekan kerjanya itu.

"What are you doing, Rio?!" sentak Alex.
"Apa kamu baik-baik saja? Ah.. Sepertinya begitu. Kamu sudah bisa marah, artinya kamu sudah sembuh." Sahut Rio tanpa bersalah. Lagi-lagi Rio hanya melebarkan senyumnya.

Alex mendengkus kesal melihat tingkah bodoh sahabatnya itu. Dia kembali menatap tajam Martin. "Kenapa kamu membawa orang gila ini kemari, Martin?" tanya Alex.

"Seperti yang dikatakan Mr. Rio sebelumnya, dia ingin melihat keadaan anda." Jelas Martin yang membuat Alex memutar bola matanya malas.

"Rio, Mood ku benar-benar buruk saat ini. Jadi pergilah!"

"Apa karena itu kamu memukuli  mereka semua?" tanya Rio dengan menunjuk wajah para bodyguard yang nampak lebam.

"Kalian semua, pergilah!" titah Martin kepada bodyguard dan maid yang masih berada di dalam kamar Alex.

Alex terduduk di tepi ranjangnya ketika para bawahannya telah pergi meninggalkan kamarnya. Rio memilih duduk di atas sofa panjang yang tidak jauh dari ranjang Alex. Sedangkan Martin pergi bersama para bodyguard-nya, meninggalkan kedua sahabat itu berbincang.

"Akhhh... " Alex meringis sembari memegangi perutnya yang terasa sakit. Karena lukanya yang belum sepenuhnya mengering membuatnya harus sedikit menahan rasa sakit.

You Are Mine | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang