Seorang wanita dengan kemeja putih dan rok hitam selutut sedang menatap gedung menjulang tinggi yang akan menjadi tempatnya bekerja. Hanya pakaian sederhana, namun aura kecantikannya selalu terpancar dalam dirinya. Gaby berdiri sembari membenarkan tatanan rambutnya.
Kantornya yang dulu, tidak ada apa-apanya dibandingkan kantor yang sekarang ada di depan matanya. Gedung besar menjulang tinggi itu dipenuhi orang yang berlalu lalang keluar-masuk dengan tergesa. Semuanya terlihat sibuk.
Gaby menghembuskan nafasnya, dan memutuskan untuk berjalan memasuki kantor barunya. Senyuman manis tidak pernah hilang dari bibir wanita cantik itu. Gaby tersenyum ramah sejak memasuki kantor tersebut. Gaby yang murah senyum pun mendapat perhatian dari banyak orang. Semua terpana dengan paras Gaby yang cantik jelita.
Tok... Tok...
Suara ketukan pintu memenuhi indra pendengaran Alex. Pria yang sedari tadi menatap layar laptopnya pun beralih menatap pintu yang terbuka dengan sendirinya. Sosok wanita cantik muncul dari balik pintu.
Lisya tersenyum. "Mr. Alex, sekretaris barumu telah datang," ujar Lisya sembari mendekati Alex.
Lisya memegang bahu Alex, hingga membuat pria itu menatap tajam kearahnya. "Jaga sopan santunmu," tegur Alex dingin.
Seketika membuat Lisya menyingkirkan tangan mungilnya.
"Suruh dia masuk!" titah Alex. Lisya hanya mengangguk.
Tak lama Gaby muncul yang membuat Alex tersenyum misterius kearahnya. Senyuman Gaby luntur kala ia melihat siapa sosok dibalik kursi besar itu.
Seperti sebuah takdir, mereka dipertemukan kembali, dengan cara yang tidak bisa Gaby kira. Lagi-lagi dia harus bertatap muka dengan Alex, orang yang sangat ia benci. Ketika dia ingin melupakan masalalunya yang kelam, seseorang datang untuk mengingatkan. Entah Alex atau orang yang ditemuinya di kantor.
Gaby berbalik, hendak pergi dari ruangan itu. Wanita itu mengira jika dia salah memasuki ruangan. Tidak mungkin dia menjadi sekretarisnya Alex, bukan?
"Mau kemana, dear?" tanya Alex yang membuat Gaby kembali berbalik menghadapnya.
"Sepertinya resepsionis anda salah orang. Saya tidak mungkin menjadi sekretaris anda bukan? Saya tidak terlalu kompeten untuk menjadi sekretaris big bos," ujar Gaby.
Alex menaikkan sebelah alisnya. Senyuman misterius itu tak pernah luntur dari sudut bibirnya. Gaby muak dengan Alex yang tersenyum kepadanya. Menurutnya itu adalah senyum palsu. Senyum mesum yang hanya diberikan untuk dirinya.
"No, dear. Dia tidak salah," sahut Alex lembut. "Ruanganmu ada disana," tunjuk Alex pada ruangan yang ada di sebelahnya.
Karena hanya berbatasan dengan dinding kaca yang tembus pandang, Gaby dapat melihat dengan jelas dalam ruangan Alex ternyata terdapat dua ruangan. Gaby melihat ruangan kecil yang telah tertata rapi. Wanita itu kembali menatap Alex.
"Maaf, saya tidak bisa bekerja dengan anda," kata Gaby.
"Apa kamu lupa dengan ini?" Alex menunjukkan map biru kepada Gaby.
"Pada poin keempat, sekretaris tidak boleh mengundurkan diri tanpa alasan yang jelas," ujar Alex setelah membaca selembar kertas yang berisikan kontrak kerja yang ada di map tersebut.
"Saya memiliki alasan yang jelas. Alasan saya adalah saya tidak ingin bekerjasama dengan anda. Apa itu kurang jelas?"
Alex kembali melihat map biru itu. "Poin kelima, sekretaris harus menuruti segala keinginan bos, termasuk memenuhi kebutuhannya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine | 18+
RandomFollow dulu sebelum membaca! (privat • random) SILENT READERS DILARANG MENDEKAT 📛 Warning: 18++ BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!! Ini kisah Gabriella Alinski (20), seorang gadis cantik yang memasuki kota baru negara baru berniat ingin mencari ke...