Chapter-2

229K 4.9K 107
                                    

Matahari pagi sudah menyinari kota New York yang padat akan penduduk. Gaby terbangun dari tidurnya karena sinar mentari di pagi hari seakan menusuk matanya. Matanya ia paksakan untuk membuka. Ia melenturkan badannya seperti biasanya orang sehabis bangun tidur.

Whoaaaamm

Gaby menutup mulutnya menggunakan salah satu tangannya. Sepertinya malam ini dia tertidur dengan nyenyak. Dengan wajah khas orang bangun tidur, ia tersenyum senang.

Gadis itu mengambil secarik kertas yang berisikan alamat yang ia simpan di laci kamar hotel tersebut. Dia melihatnya secara saksama. Hari ini adalah hari baru baginya. Ia harus bisa hidup mandiri di kota asing ini.

Semoga Gaby tidak salah pilih dengan memantapkan dirinya di New York. Semoga orang itu adalah orang baik yang dapat membantunya. Semoga tidak ada masalah lagi setelah ini. Semoga Gaby dapat menemukan kebahagiaannya sendiri di sini. Begitu banyak semoga yang dirapalkan oleh gadis cantik itu.

Memang manusia hanya bisa merencanakan apa yang akan terjadi di masa depan. Terjadi atau tidak itu urusan Tuhan. Karena Tuhan sudah mengatur sedemikian rupa takdir manusia.

Gaby beranjak menuju kamar mandi setelah meletakkan kertas kecil itu ke tempat semula. Ia harus bergerak cepat, agar ia bisa dengan cepat mencari alamat tersebut. Dan menemukan seseorang yang dimaksudkan oleh temannya. Orang yang dapat membantu Gaby bertahan hidup di kota yang padat akan penduduk ini.

Di kamar sebelah terdapat Alex yang sudah rapi dengan pakaian kantornya. Kini ia tengah duduk di sofa panjang dan menyeduh secangkir kopi panas. Nampaknya Alex sedang menunggu seseorang. Karena sedari tadi Alex selalu melihat jam tangannya.

Jenuh karena terlalu lama menunggu di kamar. Alex pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Matanya melihat ke arah pintu kamar Gaby yang ada di sebelah kamarnya. Pintu itu masih tertutup rapat.

Alex bersandar di tembok. Sesekali ia memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan.

Kenapa wanita itu tidak keluar dari kamarnya? Batin Alex. Matanya masih melihat pintu kamar Gaby.

Alex masih dengan setia bersandar di tembok dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Tak henti-hentinya ia melihat ke arah pintu kamar Gaby. Berharap wanita itu cepat keluar dari tempat persembunyiannya saat ini.

Tak lama dari itu, suara pintu terbuka. Gaby keluar dari kamarnya dengan membawa sebuah koper.

Sadar akan keluarnya Gaby dari kamarnya, Alex melihat ke arah wanita cantik yang sempat mencuri perhatiannya itu. Pria itu memang sengaja bangun pagi untuk menunggu Gaby keluar. Ia ingin melihat wanita itu. Alex cukup penasaran dengan wanita yang baru saja ia temui tadi malam. Dan tidak hanya itu, diri Alex seakan tertarik dengan kecantikan dan pesona Gaby.

Gaby melihat Alex. Lagi, ia tersenyum kepada Alex lagi. Walaupun hanya sebuah senyuman singkat. Namun itu mampu membuat Alex terpesona dengan sekali lihat. Benar-benar aneh.

Alex menampak wajah datarnya. Bersikap seolah dia tidak tertarik dengan wanita tersebut. Padahal jauh dari lubuk hatinya, Alex sangat menginginkan sentuhan wanita itu untuk mengisi setiap malamnya. Tidur bersama dalam ranjangnya, becumbu mesra di setiap malam. Hormon Alex seakan membuncah ketika memikirkan jika dia dapat bersetubuh dengan wanita sexy itu. Namun untuk saat ini, ia hanya bisa meredam gairahnya. Tapi tidak menutup kemungkinan jika Alex dapat melakukan itu.

Alex selalu mendapatkan apa yang dia inginkan, termasuk wanita. Dia akan melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan kepuasannya. Dan tidak menutup kemungkinan juga jika Gaby bisa dengan mudah didapatkan oleh Alex.

You Are Mine | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang