Chapter-50

29.9K 1.2K 41
                                    

Vote dan Komen jangan lupaa 😘

Happy reading...

~

Semua hal yang terjadi akhir-akhir ini terasa sangat sulit dipercaya oleh Alex. Dirinya mulai frustasi karena sudah 3 hari pencarian namun tetap tidak bisa menemukan Gaby. Bahkan Alex telah menghubungi pengemudi taksi yang pernah mengantar Gaby. Namun jawabannya sama saja. Sama-sama tidak menghasilkan titik terang. Pikirannya berkelana, mengingat percakapannya tempo hari dengan Rio di kantin.

"Dan... Bukankah kamu menganggap Gaby juga sahabatmu? Kenapa kamu terlihat sangat tidak peduli atas hilangnya dia? Bahkan dengan santainya kamu bisa meminum kopi di pagi hari. Kamu tidak terlihat khawatir sama sekali," lanjut Alex.

Rio menghembuskan nafasnya kasar, berdiri, memaksa Alex untuk duduk.

"Kamu harus tenang dulu,"  saran Rio. "Aku dengar kamu belum makan sejak kemarin. Sekarang makanlah!" Rio menyodorkan makanannya yang belum sempat ia makan kepada Alex.

"Tidak perlu. Aku tidak membutuhkan itu," tolak Alex.

"Oh C'mon, dude. Kamu harus memikirkan dirimu dulu sebelum memikirkan orang lain,"

Alex menatap tajam Rio. "Gaby bukan orang lain!" kecamnya.

"Maksudku, kamu harus memikirkan kesehatanmu. Kamu harus sehat jika ingin mencari Gaby, benar bukan?"

"Aku tidak nafsu," sahut Alex cepat.

"Apa aku harus menyuapimu? Baiklah." Rio mengambil sesendok nasi goreng.

"Aaa..." Rio menyuruh Alex membuka mulutnya.

"Jangan coba—"

Hap. Nyam nyam nyam.

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, mulut Alex sudah tersumpal dengan makanan. Alex memelotot, namun tetap mengunyah makanannya.

"Anak pintar," puji Rio menepuk-nepuk kepala Alex layaknya anak kecil. Alex melotot dan menepis kasar tangan Rio.

Wajah Rio terlihat masam karena perlakuan Alex. Memang Rio terlalu mendramatisir keadaan.

"Nih makan sendiri!" ketusnya.

"Tadi malam aku tidak tidur karena mencari keberadaan Gaby yang entah kemana. Dan pagi ini aku merasa sangat mengantuk, makanya aku minum kopi disini. Kata siapa aku tidak mengkhawatirkannya? Aku juga mengkhawatirkannya, sama sepertimu." jelas Rio.

Alex jadi merasa bersalah karena menuduh sahabatnya yang tidak-tidak. Tapi dia lebih memilih diam dan membiarkan Rio menjelaskan lebih kepadanya.

"Memang benar sebelumnya aku bertemu Gaby, dan kami berbicara sebentar. Tapi itu hanya basa-basi. Waktu itu aku bertanya kepadanya, apakah dia keluar untuk membeli kopi untukmu? Tapi dia menjawab jika akan pergi sebentar bersama Alice. Hanya itu."

Entahlah! Alex hanya merasa aneh dengan semua ini. Setelah kepergian Gaby semua orang terlihat menjauhinya. Bahkan sudah tiga hari ini dia tidak bertemu para sahabatnya. Apakah mereka tidak tau saat ini Alex sedang butuh hiburan? Hari-harinya benar-benar kosong. Disaat dirinya butuh pendukung untuk tetap semangat hidup sebelum menemukan keberadaan Gaby, semua orang justru nampak tidak peduli dengan dirinya. Alex benar-benar merasa sendiri saat ini. Para sahabatnya menghilang bersamaan dengan menghilangnya sang kekasih.

You Are Mine | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang