Chapter-52 (End)

60.5K 1.4K 53
                                    


Happy reading....

Entah bagaimana caranya Alex sudah berganti pakaian lebih rapi dari sebelumnya. Setelan putih yang lebih mencolok dari yang lainnya. Alex ingat, beberapa waktu lalu Alex dipaksa dan diseret Alcio— adiknya— serta para sahabatnya ke sebuah kamar entah milik siapa. Mereka juga memberikan sebuah kartu undangan kepada Alex. Kartu undangan pernikahan Gaby. Dan betapa terkejutnya Alex saat membuka kartu itu. Namanya juga terukir indah di samping nama Gaby. Maksudnya apa??? Dia akan menikahi Gaby?? Itu semua masih tanda tanya besar bagi Alex.

Alex sendiri juga bingung, kenapa harus memakai pakaian serba putih? Apakah ini acara pernikahan atau pemakaman? Sepertinya Alex harus protes dengan dresscodenya.

Tiba-tiba sebuah pintu terbuka, memperlihatkan sosok adik yang selama ini berpisah jauh dengannya. Ya, Alcio namanya.

"Kak—"

"Kemari.... Kamu harus menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya!" Alex memenggal ucapan Cio dengan cepat.

"Kakak, jangan banyak bertanya! Kita harus turun sekarang. Waktu pernikahanmu akan dimulai. Kamu tidak ingin aku yang menggantikanmu, bukan?"

Alcio memiliki sifat berkebalikan dengan Alex. Alex yang cenderung tidak banyak bicara, dan terkesan dingin. Sementara Alcio dia pria yang tergolong banyak bicara, alias cerewet.

"Apa maksudnya semua ini?" Alex mengangkat surat undangan itu ke udara, memperlihatkannya kepada Cio. "Aku benar-benar tidak mengerti,"

"Hey, kenapa kalian tidak turun?!" Kepala Rio menyembul melalui pintu yang sedikit terbuka. Dia melangkah memasuki ruangan. "Cio, kamu benar-benar tidak bisa diandalkan! Aku menyuruhmu membawa kakakmu keluar. Kamu malah asik berbicara disini," gerutu Rio.

Plak

Pukulan mendarat dengan sempurna di kepala Rio. Rio mendelik tajam.

"Kenapa menyalahkanku? Kau ingin mati?! Aku sudah mengajaknya keluar. Tapi kakakku yang banyak bicara ini—"

"Kakakmu tidak bicara! Jangan membual! Aku tau dia," potong Rio.

"Kenapa tidak keluar? Para tamu sudah menunggu di bawah," interupsi dari luar mencegah perdebatan itu berlanjut. Ternyata ayahnya Alex, Mr. Thomas.

"Iya... kamu tidak ingin bertemu Gaby, Sayang?" sambung Mrs. Kathryn. "Dia sudah menunggumu," lanjutnya.

"Mama..." lirih Alex. Matanya sendu mengetahui Mamanya juga turut andil dalam rencana konyol ini tanpa sepengetahuannya.

Mrs. Kathryn mendekat. Dielusnya puncak kepala Alex dengan sayang. "Maafkan Mama, Alex. Mama terpaksa menyembunyikannya darimu,"

"Papa yang memaksa Mamamu. Jangan marah dengannya, marah saja dengan Papa," tukas Papa Alex.

Alex menggeleng pelan. Senyumnya terukir tipis. "Mana bisa aku marah dengan kalian." Alex memeluk tubuh Mamanya, yang diikuti Papanya serta Alcio, adiknya. Semua berpelukan tak lepas dari penglihatan Rio.

Keluarga yang dulunya hilang bahkan hancur karena suatu keadaan sekarang karena suatu keadaan pula keluarga itu kembali. Saling mengasihi, memeluk, dan menjaga satu sama lain. Penderitaan Alex dulu akan segera terbayar saat ini. Rio tersenyum melihat Alex telah menemukan keluarganya lagi.

"Heyyy.... Kalian tidak mengajakku?" Semua melepas pelukannya. Melihat ke sumber suara siapa yang berbicara. Ternyata seorang wanita tua yang tak lain adalah nenek Alex.

"Nenek... Kemari!" Alex mengisyaratkan dengan tangannya, menyuruh neneknya mendekat.

Neneknya mengusap lembut pipi Alex. "Maafkan Nenek, Alex. Jika saja dulu Nenek tidak memisahkan kedua orangtuamu, kamu tidak akan semenderita itu. Maafkan Nenek, Sayang. Nenek menyesal." sesalnya

You Are Mine | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang