Gaby mengemasi barang-barangnya ke dalam koper. Sedari satu jam yang lalu wanita yang tengah memakai dress tipis berwarna putih itu sibuk akan peralatannya. Terutama barang kesayangannya. Ia memilah dan memilih benda yang akan ia bawa dan yang harus ia tinggalkan. Pasalnya hari ini ia setuju untuk pergi bersama Alex, ke rumahnya. Rumah yang pernah ia datangi sebelumnya. Tempat yang melukiskan banyak kenangan. Kenangan buruk, misalnya.
Alex sama sekali tidak berniat membantu Gaby. Pria itu hanya duduk dengan menyilangkan kakinya di sebuah sofa panjang dengan terus menatap Gaby. Batinnya terkikik melihat wajah kebingungan wanitanya ketika sedang memikirkan barang yang harus ia bawa.
"Tidak usah membawa terlalu banyak, Sayang. Cukup bawa bajumu saja. Jika kamu membutuhkan yang lain, kita tinggal pergi membelinya." Seru Alex.
Langsung mendapat tatapan sinis dari Gaby. "Tidak. Jika kamu tidak ingin membantuku, sudah diam saja!" ketus Gaby.
Tak heran, wanita itu benar-benar aneh menurut Alex. Pasalnya Alex hanya memberikan sarannya saja. Pria itu tidak ingin melihat Gaby kerepotan karena barang bawaannya.
Melihat barang bawaan Gaby yang banyak, sepertinya wanita itu akan tinggal dengan waktu yang lama di rumah Alex."Aku hanya memberikan saran, Sayang."
Gaby berjalan mendekati Alex. Berhenti tepat di depannya. Karena posisi Alex yang duduk membuatnya harus mendongak menatap Gaby. Wanita yang tengah berkacak pinggang itu terlihat menyeramkan jika sedang marah. Gaby tidak suka diganggu. Apalagi ketika sedang berpikir. Namun yang Alex lakukan sedari tadi mengganggu Gaby. Sayangnya wanita itu tidak bisa marah kepada seseorang yang telah mengisi hatinya untuk beberapa hari ini.
"Aku membelinya dengan hasil keringatku sendiri. Dan aku sama sekali tidak ingin meninggalkan apalagi membuangnya. Itu kesayanganku. Mengerti?" tegas Gaby.
Gaby berbalik. Namun tangannya dicekal oleh lelaki yang ada di belakangnya.
Alex menarik Gaby dengan cepat. Hingga membuat tubuh wanita itu menabrak Alex. Gaby terjatuh ke dalam pangkuan Alex. Pria itu menatap dalam wanita yang tengah berada dalam pangkuannya. Memeluknya posesif. Seperti tidak ingin ada siapapun yang mengambil salah satunya. Karena mereka ditakdirkan. Terikat satu sama lain.
Alex menempelkan dagunya di bahu Gaby. Tangannya masih setia melingkar di perut rata wanitanya.
Degupan jantung Gaby berdetak dengan keras. Cepat, hingga ingin terlepas dari tempatnya. Untuk kesekian kalinya Alex membuat nafas Gaby memburu. Menahan degupan jantung yang kian cepat.
"Apa kamu menyelingkuhiku?"
Gaby yang kelihatan susah menahan degupan jantungnya membiarkannya jika itu sampai terdengar di telinga Alex. Karena posisi mereka yang teramat dekat.
Deg.
Apa katanya? Selingkuh?
What the hell! Apa dia sudah mengetahuinya?
"Iya, aku menyelingkuhimu." Jujur Gaby. Tak ada tampang merasa bersalah sama sekali karena telah menduakan Alex. Kasih sayangnya telah terbagi dua.
Alex masih sama. Datar. Tanpa ekspresi apapun.
Ada kecemburuan. Tetapi hanya sedikit. Sekecil potongan kuku.
Wajah datar Alex membuat Gaby ingin memukulnya saat ini juga. Sebegitu saja reaksinya?
Sepertinya Alex sudah tau siapa selingkuhan Gaby.
"Maaf," lirih Gaby.
"Sebenarnya aku tidak ingin melakukan itu. Aku tidak ingin membagi kasih sayangku."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine | 18+
De TodoFollow dulu sebelum membaca! (privat • random) SILENT READERS DILARANG MENDEKAT 📛 Warning: 18++ BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!! Ini kisah Gabriella Alinski (20), seorang gadis cantik yang memasuki kota baru negara baru berniat ingin mencari ke...