"Kenapa kamu menyetujuinya?!" bentak Rio. Rio duduk gusar di tempatnya. Sedangkan sang lawan bicara hanya menatap tenang ke arah kembarannya.
Setelah pertemuannya dengan Mr. Ahn, kedua saudara kembar itu tengah beradu argumen. Rio yang tidak setuju dengan pemikiran Mr. Ahn. Dirinya menolak mentah-mentah kerja sama untuk memisahkan Gaby dan Alex. Berbeda dengan Roy yang tampak menyetujui keputusan Mr. Ahn.
"You know? That's a very crazy idea, Roy." Rio masih tidak habis pikir bagaimana bisa Roy menyetujui ide Mr. Ahn yang menurutnya sangat gila.
Roy menyodorkan minuman untuk Rio. "Minumlah. Kamu butuh minuman dingin untuk mendinginkan otakmu yang panas," kata Roy mencoba mengurangi ketegangan diantara keduanya. Seketika itu mendapat tatapan tajam dari Rio.
Namun Rio tetap menurut. Ia meminum jus yang telah diberikan Roy. Memang benar otaknya kini sudah terlalu panas untuk memikirkan masalah sahabatnya satu-satunya itu.
"C'mon, Rio. Coba pikir pakai logika. Aku menyetujui keputusan Mr. Ahn karena semua itu juga demi kebaikan Alex,"
"Kebaikan? Kebaikan apanya?!" Rio menyahut cepat. "Kamu tidak berpikir jika Alex akan terluka dengan hal itu?" tambahnya.
Roy mengangguk paham. "Aku tau. Tapi aku percaya itu tidak akan lama. Lagipula sementara ini dia harus fokus ke penyembuhan ibunya. Aku lihat kondisi ibunya kian membaik," jelas Roy.
"Tapi, bagaimana jika Alex tau jika kita masuk dalam rencana ini? Dia pasti sangat marah pada kita." Rio masih tampak ragu-ragu.
Memang benar jika semua ini demi kebaikan Alex dan Gaby. Rencana gila yang akan dilakukan oleh Mr. Ahn juga menguntungkan Alex nantinya. Memang tidak saat ini, tapi suatu saat nanti Alex yang dapat merasakannya.
Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Mungkin pepatah itu yang dapat menggambarkan keadaan saat ini.
Rio mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Mencoba berpikir seperti Roy.
"Sudahlah. Percaya padaku semua akan baik-baik saja," ujar Roy percaya diri. Rio mengangguk-anggukan kepalanya.
Apakah dirinya mulai menyetujui ide Mr. Ahn? Entahlah. Rio hanya mengikuti kata hatinya bahwa semua akan baik-baik saja. Seperti perkataan Roy.
•••
Pagi ini Gaby mengunjungi apartemen Alice tanpa ditemani oleh sang kekasih. Entahlah! Tiba-tiba Gaby merasa sangat merindukan Jilo. Dengan izin Alex Gaby pun memutuskan untuk mengunjunginya. Keduanya juga sudah sangat akrab meski hanya sekali pertemuannya kemarin.
Ting!
Gaby menekan bel. Namun tidak ada sahutan maupun tanda-tanda Alice akan membukanya. Padahal Gaby sudah memberitahukan Alice jika pagi ini ia akan pergi ke apartemennya.
Ting!
Ting!
Hingga bunyi bel ketiga barulah Alice membukakan pintu.
"Maaf Gaby. Aku baru saja selesai memandikan Jilo. Maaf menunggu lama," sesal Alice.
Gaby tersenyum memaklumi. "Tidak masalah," sahutnya. "Dimana Jilo? Aku sangat merindukannya," tanya Gaby antusias.
Alice terkekeh. "Apa kamu hanya merindukan Jilo?" tanya Alice. Bibirnya cemberut merasa cemburu.
Alice sudah menganggap kekasih sahabatnya ini juga sebagai sahabatnya sendiri. Meski baru mengenal Gaby, Alice merasa sangat cocok dengannya. Alice melihat ada sebuah ketulusan disetiap tindakan wanita yang saat ini tengah berada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine | 18+
RandomFollow dulu sebelum membaca! (privat • random) SILENT READERS DILARANG MENDEKAT 📛 Warning: 18++ BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!! Ini kisah Gabriella Alinski (20), seorang gadis cantik yang memasuki kota baru negara baru berniat ingin mencari ke...