BAGIAN 04

11.5K 615 15
                                    

FLASHBACK

"Kak-kak kita mau tanya sesuatu nih sama kakak," ucap Retta sedikit malu. Bagaimanapun juga, Zafi adalah cowok paling populer, apalagi wajahnya yang bikin siapa saja menelan ludah ketika melihatnya.

Zafi hanya manggut-manggut tanda ia siap untuk menjawab pertanyaan dari ketiga cewek yang kini berada dihadapannya. Mereka sangat senang, namun juga tidak lupa tujuan utama menemui cowok itu. Merasa tidak enak hati, Karin langsung memulai pembicaraan.

"Kak Zafi kenal Fio?" tanyanya to the Point.

Zafi tampak berpikir, dahinya berkerut. Raut wajahnya seperti sedang memikirkan seseorang.

"Fio yang mana? Gue nggak punya kenalan yang namanya Fio," ucapnya bingung dan menggelengkan kepalanya cepat.

Retta, Karin, dan Friska saling berpandangan. Mereka agak bingung dengan keadaan dan suasana sekarang. Entah kenapa sekarang mereka malah canggung menghadapi Zafi. Terbesit rasa tidak enak lantaran menanyakan hal itu.

"Nama lengkapnya Fioletta Reylisa, ini fotonya kak," Friska menunjukkan ponselnya kehadapan Zafi.

Cowok itu menyerngitkan dahi, matanya meneliti sebuah foto yang disodorkan Friska dari layar ponselnya. Pencahayaan yang minim membuat Zafi harus mendelik dan menatap foto itu agak lama. Cahaya matahari juga membuat foto itu nyaris tidak terlihat. Zafi teringat sesuatu, terus memutar bola matanya malas. Mengingat wajahnya saja, dia sudah muak akan tingkahnya.

"Iya gue kenal, kenapa?" sergahnya dingin.

Ketiga cewek itu tersenyum bahagia, "Emm... kita mau tanya nih kak, apa benar kak Zafi pacaran sama Fio?" tanya Karin sedikit hati-hati. Ia tidak mau kena marah dari cowok itu lantaran mulutnya yang terkenal pedas. Ia tahu bahwa tindakan yang kini dilakukannya memang sangat lancang.

Zafi mendelik,"Gue nggak ada hubungan apa-apa sama dia, siapa juga yang mau sama cewek aneh model seperti dia," tukas Zafi cepat.

"Tapi katanya kakak nembak Fio," ungkap Friska.

Zafi bergidik ngeri mendengarnya "dasar cewek sialan! Lo bertiga kayaknya harus nganterin dia ke rumah sakit jiwa deh, otaknya udah geser sebelah," jelas Zafi sedikit terkekeh.

Karin agak sedikit nyesek mendengar ucapan yang keluar dari mulut cowok itu, apalagi Fio sahabatnya yang dibicarakan. Rasanya ingin memarahi Zafi sekarang, namun niatnya ia urungkan. Bisa bercabang nanti apabila berurusan dengan Zafi Rafjaka.

"Lain kali, kalau mau ngomong sesuatu dikoreksi dulu, jangan langsung ngomong sama orangnya. Kumpulkan bukti yang kuat untuk menentang argumen lawan," gumam Zafi sedikit tertawa kecil lalu lekas pergi meninggalkan teman-teman Fio di lapangan basket.

Mereka hanya menganga, perasaannya bercampur menjadi satu. Rasa malu lebih menyeruak dibanding rasa kekesalannya pada mulut pedasnya. Kini wajah mereka berubah menjadi marah begitu saja, dasar Fio!

***

Bunyi bel pulang sekolah, sebuah alunan musik yang sangat indah terdengar menurut semua khalayak siswa. Entah kenapa semua lebih suka bel pulang dibanding bel masuk sekolah.

Fio mengecek ponselnya ingin mengabari Alizter bahwa ia sudah pulang dan menunggu jemputan, namun sebuah pesan terlebih dahulu masuk.

Papa ganteng:
Pa-pa hari ini nggak bisa jemput kamu karena papa harus lembur, jaga diri baik-baik ya sayang.

Zafio (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang