Zafi sudah duduk di balkon kamarnya sambil menikmati udara angin malam yang sampai menusuk tulang rusuknya. Semilir angin membuatnya betah berlama-lama disana.
Cowok berbadan tinggi itu memakai baju lengan pendek berwarna hitam polos dan celana selutut, ia memandangi jendela rumah Ela yang tiba-tiba terbuka disana.
Cewek berambut hitam legam itu sudah mengenakan pakaian tidurnya, wajahnya berseri-seri menatap Zafi, cowok itu membalas senyumannya. Rambutnya tampak bergoyang mengikuti arah angin yang sedang hilir mudik.
Hampir setiap malam mereka selalu mengobrol lewat balkon rumah masing-masing. Zafi dan Ela tumbuh besar bersama-sama. Mereka berteman sejak kecil.
"La, lo belum tidur?"
Ela lagi-lagi tersenyum, lekukan bibirnya membentuk bulan sabit dan lesung pipinya jelas tercetak disana, "gue baru mau tanya gitu, eh lo udah tanya duluan," ucap Ela.
Sekarang Zafi dan Ela seperti memerankan video clip Taylor Swift yang berjudul You Belong With Me yang menampilkan seorang laki-laki dan perempuan yang sedang bercakap melalui jendela kamarnya. Ya, kurang lebih mereka masuk ke dalam klise itu.
"La, gue bingung ngomong apa," ujar Zafi kencang.
"Emang mau ngomong apaan?"
"Emm..," Zafi menjeda kalimatnya, "kalau gue suka sama lo gimana La?" lanjut Zafi lagi.
Zafi memang seperti itu, seluruh ucapan yang keluar dari mulutnya selalu dianggap becanda oleh Ela. Dari dulu cowok itu memang seperti itu, sering menjaihi Ela. Oleh sebab itu, Ela tidak pusing memikirkannya.
"Emang dari orok lo selalu begitu, suka becanda mulu," pekik Ela sambil terkekeh ringan. "Gue juga suka sama lo Zaf," lanjutnya.
Zafi tersenyum sumringah, "serius La? Lo suk-,"
"Iya, sebagai temen gue yang paling cerewet." Ela memotong omongan Zafi.
"Emang gue cerewet ya?" Zafi mengubah topik pembicaraan.
"Mulut lo pedes amat kalau ngomong Zaf, emang teman lo di sekolah betah ama omongan lo itu?"
Zafi mengerutkan keningnya tampak sedang memikirkan sesuatu.
"Nggak, gue cuma becanda kok hehehe." Ela kembali mengangkat suaranya, ia tidak mau Zafi tersinggung hanya karena perkataannya itu. Lagipula, cowok itu memang mudah tersinggung dan marah nggak jelas.
"Zaf, gue masuk dulu ya? Ngantuk, mau tidur."
Zafi hanya menangguk dan tersenyum kilas. Ela merasa tidak enak, semenjak ia mengatakan Zafi kalau ia cowok yang cerewet, Zafi kembali tidak banyak berbincang setelahnya. Fiks, Ela yakin seratus persen bahwa Zafi memang tersinggung. Oleh karena itu, Ela memutuskan untuk tidur walaupun matanya sama sekali belum merasakan kantuk.
Ela menutup jendela kamarnya, setelah itu memandangi wajah Zafi yang masih tersenyum ke arahnya. Cewek itu menutup jendelanya dengan gorden berwarna merah muda.
Zafi belum juga bangkit untuk masuk seperti apa yang Ela lalukan, cowok itu masih bertahan pada posisinya. Ela mengintip Zafi dari balik gorden yang ia buka sedikit.
Gorden ditutup keras, refleks Ela terkejut dan juga merasa malu karena Zafi masih menatap kearahnya. Ela memukul kepalanya sendiri karena merasa perbuatannya itu sangatlah bodoh.
Zafi masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan badannya disana. Suara ketukan pintu terdengar dibalik pintu kamar Zafi, cowok itu menoleh kearah pintu dan mengangkat tubuhnya dari kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zafio (END)
Teen FictionFIOLETTA REYLISA "Sebagai gantinya, lo sekarang resmi jadi cowok gue!" ZAFI RAFJAKA "Perlu lo tau, lo adalah cewek paling aneh yang pernah gue temui!"