"KAMU emang sahabat terbaik aku Linda," kekeh Aksa kepada perempuan disambungan telepon.
"Tenang aja kali, kalau kamu butuh bantuan lagi, pasti aku bantuin kok," ujar Linda diseberang sana.
Aksa kemudian berjalan kearah sofa ruang tamu, setelah dirinya serasa sudah sampai disana, lantas laki-laki itu mengambil duduk.
"Sekarang aku akan berhasil, HAHAHA!" Aksa tertawa renyah. Tawa yang menghiasi setiap sudut bibirnya yang sedikit menghitam. Ya, Aksa adalah seorang perokok berat.
"Terus, tuh orang bagaimana nasibnya?" Linda mengajukan pertanyaan.
Kekehan ringan muncul lagi dari bibir Aksa. "Emang aku ngurusin nasib mereka? bodoh amat! Yang aku inginkan sekarang hanyalah bikin keluarga dia hancur, sehancur-hancurnya," titah Laki-laki itu.
"Udah dulu ya Lin. Berkat kamu, aku udah dapet nomor telepon dia. Sekarang aku akan teror dia kembali," lanjutnya dengan wajah berseri-seri.
Aksa dengan sigap menggertakan jarinya diatas layar ponsel, jempol tangannya menggeser tombol berwarna merah disana, yang artinya Aksa sudah memutuskan sambungan dengan Linda.
Ya, Linda. Klien kerja Alizter di kantor. Perempuan itu teman Aksa sejak enam bulan yang lalu. Jika butuh bantuan, Aksa pasti akan berlari ke arah Linda. Aksa tahu, bahwa Linda sangat membantu untuk tugas seperti ini.
Tiga hari setelah percakapan itu, Aksa meminta Linda untuk menemui dirinya di salah satu Restoran dekat dengan kantornya. Kebetulan Linda tahu tempat itu, tidak membutuhkan waktu lama agar sampai disana. Ini memang masih waktu jam kerja, tetapi sebelumnya Linda sudah meminta ijin kepada Alizter untuk menemui seseorang. Alizter sempat menolak, tetapi Linda punya segala cara agar bos nya itu bisa luluh. Dan pada akhirnya Alizter mengijinkan Linda untuk pergi dengan syarat kembali ke kantor lagi sebelum pukul dua siang karena ada perihal meeting penting.
"Ada apa, kok nyaruh aku datang kesini, lewat telepon kan bisa!" Setelah mengambil posisi duduk yang nyaman, Linda langsung mengomentari Aksa.
Laki-laki itu tersenyum kecil. Linda sempat kebingungan melihatnya. "Ada apa si? Bikin aku kepo ih," pekik Linda ingin tahu.
"Berkat bantuan kamu, kini aku berhasil, Linda," jelas Aksa. Mendengar tuturan itu, mata Linda berbinar senang.
"Serius?" Linda tampak antusias. Mimik wajahnya terlihat mengekspresikan hal tersebut.
"Dua rius malah!" Aksa kembali terkekeh.
"Terus nasib keluarga dia gimana?"
"Ya, seperti yang aku mau sebelumnya. Bikin keluarganya hancur, sehancur-hancurnya. Lagian, siapa suruh melakukan perbuatan keji seperti itu," titah Aksa lagi.
Linda hanya manggut-manggut. "Emang kamu nggak kasihan?"
"Itu tidak sebanding sama perbuatan yang tuh orang perbuat," lanjut Aksa terus menjelaskan.
"Emang berapa total uang yang berhasil dia tilep?"
"Empat ratus juta."
Rumor tentang perusahaan Aksa yang bangkrut sempat terjadi. Pihak keuangan selalu melapor jika setiap bulan penghasilan mereka semakin menyusut. Aksa sempat frustasi, tetapi berkat Linda yang membantu menyelesaikan masalah ini membuat keadaan kembali normal seperti semula.
Linda sempat menyuruh Aksa untuk memergoki gerak-gerik pihak keuangan kantor yang dipegang oleh Herman. Aksa menolak itu mentah-mentah. Herman merupakan karyawan yang selalu jujur. Aksa suka caranya dia bekerja yang disiplin. Aksa tidak curiga sedikutpun tentang karyawannya itu.
Namun semua itu hanya topeng yang Herman kenakan, sifatnya berbanding terbalik dari yang Aksa kira. Dugaan Linda memang benar bahwa Hermanlah dalang dibalik semua ini.
Kini Herman sudah mengaku bersalah, dan dia sekarang meranapi nasibnya dibalik jeruji besi. Itulah perkara yang sepadan didapatkan Laki-laki itu. Empat ratus juta bukanlah uang yang sedikit. Aksa sudah tidak sudi memaafkan dia, entah bagaimana nasib keluarganya sekarang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Zafio (END)
Teen FictionFIOLETTA REYLISA "Sebagai gantinya, lo sekarang resmi jadi cowok gue!" ZAFI RAFJAKA "Perlu lo tau, lo adalah cewek paling aneh yang pernah gue temui!"