SETELAH menunggu Fio pulih, Zafi langsung pergi ke kantin. Hatinya berfirasat dan menyuruhnya untuk membolos pada jam pelajaran pertama. Langkah kakinya membawa ia pergi ke tempat itu.
Sangat sepi keadaan kantin saat ini, nyaris tidak ada siswa satupun. Zafi membuka resleting tasnya dan mengeluarkan sebuah laptop--diletakkan diatas meja kantin.
***
"Lo kenapa si Fio?" Friska masih bersikukuh ingin tahu apa penyebab sahabatnya itu tiba-tiba berada di UKS.
"Gue diare, gara-gara tuh anak kasih gue boncabe sepuluh bungkus dibakso yang gue makan," pekik Fio asal, dagunya menunjuk kearah Karin.
Karin menunjuk dirinya, raut wajahnya berubah seperti menyimpan tanda tanya besar, "gue? Sori deh Fi kalau gitu," lugasnya serta diiringi cengiran yang menunjukkan sederet gigi putihnya.
"Buset!! Lo gila Rin?" Retta menimpali.
"Usus lo joget kepanasan nggak Fi. Bisa pecah tuh," raung Friska.
"Yaelah, nih anak otaknya kadang rada-rada lemot," gumam Fio menunjuk kearah Karin lagi.
"Lha tadi katanya gue pelakunya, gue iyain lah," ucap Karin lugu.
"Dah buset! Ngomong sama petunjuk jalan emang susah ya, jawabannya lurus aja tanpa belok sedikitpun," Fio mencibir lantaran kesal, "gue becanda kali," lanjutnya.
"Eh tunggu! Tapi kenapa lo diem aja Rin, kalau memang bukan lo pelakunya?" Friska turut larut dalam perbincangan nggak jelas ini.
"Gue kan pecinta boncabe, apapun itu masalahnya kalau kaitannya dengan itu pasti gue mau kok yang bertanggung jawab," sergah Karin.
"KARIIINNNN!!!!" Fio, Retta, dan Friska berteriak bersama lantaran kesal dengan cewek satu ini. Karin hanya bisa menyumpal telingannya dengan jari agar dengung suara teman-temannya tidak terlalu mengumpul didalam.
***
Cahaya terang dari laptop menyinari wajah Zafi, namun sinar itu sedikit pupus karena cahaya matahari yang turut menerpanya.
Entah sudah berapa lama Zafi masih terpaku disana, kenyaman dari kesunyian membuatnya larut dan betah berlama-lama di kantin. Tanpa sadar, bel istirahat sudah berbunyi. Zafi berhasil membolos pada jam pertama pelajaran. Mungkin cowok itu akan menanggung hukuman yang setimpal nantinya.
"Eh nih anak rupanya disini," ucap Riko, Zafi tidak memedulikannya. Matanya masih fokus mendelik kearah benda berbentuk pipih berwarna hitam itu.
"Kirain lo nggak berangkat, lo ngapain di sini? Lo dari pagi bolos kesini?" Ivan juga ingin tahu tentang itu.
"Hhmm..." Zafi hanya berdehem tanpa memalingkan mukanya kearah teman-temannya.
"Gue curiga sama lo," ujar Alka, "lo di kantin dari pagi terus milih duduk dipojok dan memainkan laptop. Apalagi lo mengenakan earphone," lanjutnya.
"Jangan-jangan lo sedang--" Riko tampak sedang memikir.
"Pikiran lo mesum," sergah Ivan menyoyor kepala Riko sebelum cowok itu menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zafio (END)
Teen FictionFIOLETTA REYLISA "Sebagai gantinya, lo sekarang resmi jadi cowok gue!" ZAFI RAFJAKA "Perlu lo tau, lo adalah cewek paling aneh yang pernah gue temui!"