KEADAAN sangat nyaman sekarang, Fio tidak lagi bosan. Berbincang dengan Ivan membuat dirinya lagi-lagi harus menahan perut karena geli tertawa.
"Fi gue mau tanya sama lo," ucap Ivan sambil menatap Fio dalam-dalam.
Mendapat pertanyaan itu membuat Fio langsung menatap wajah Ivan dan mengangguk sambil tersenyum.
"Boleh, mau tanya apa memangnya?"
"Gue mau nanya, kenapa teman gue kemarin nyuruh satu kelas supaya ngefollow akun instagram lo," ucap cowok itu.
"Kakak temennya kak Zafi, ya?" pekik Fio tiba-tiba antusias. "Itu aku yang nyuruh kak," lanjutnya.
"Kenapa?" Kening Ivan kini berkerut dalam, ia pun memakukan pandangan pada wajah Fio semakin serius lagi.
"Nggak pa-pa, itu cuma sebagai gantinya aja kok." Pertanyaan itu hanya membuat dahi Ivan bertambah berkerut. Cowok itu tidak tahu apa yang dimaksud oleh cewek yang sedang ia ajak ngobrol kali ini.
"Jangan bilang lo pacaran sama Zafi ya?" gumam Ivan ragu. Matanya kini menyipit curiga.
"Aku belum pacaran sih sama dia, tapi aku udah nembak dia kok."
"Ha? Terus?" Kini Ivan yang semakin semangat ingin mendengar penjelasan Fio lagi, dibalik sifat Zafi yang seperti itu rupanya ada banyak yang dirinya tidak tahu.
Entah kenapa Fio semakin risi apabila Ivan terus melontarkan pertanyaan itu. Ivan sangat antusias menanyakan hal ini itu tentang Zafi. Fio sekarang malah ingin ketemu Zafi, cowok pemarah yang membuat Fio tertarik untuk menaklukannya sendiri.
Jika Fio sendiri boleh berpendapat, Zafi merupakan tipikal cowok yang jarang dijumpai. Sifatnya itu kadang sulit ditebak, Fio sendiri masih berusaha ingin mencari dan mengorek kehidupan Zafi.
"Tapi aku udah klaim bahwa dia harus jadi milik aku," ucap Fio menggebu. Benar-benar tak tahu malu cewek satu ini.
Ivan terkekeh, "gue mau nantang lo, bertahan sampai mana nanti lo ngadepin cowok keras kepala kayak dia," pekiknya dengan nada meremehkan. Ivan kini tersenyum sinis.
Kedua tangan Fio dilipat didepan dadanya, sorot mata mengarah tajam ke arah Ivan, "oke, aku terima tantangan itu. Aku belum kenal jauh dia kayak apa, orangnya bagaimana, hobinya apa, makanan kesukaannya apa. Ah, pokoknya semuanya aku nggak tahu tentang kak Zafi. Gue hanya tahu dia cowok yang kebanyakan pemarah dan identik dengan mulut pedasnya," jelas Fio menggebu. Ia kini bertambah semangat.
Ivan kembali terkekeh dengan kepalan tangan berada dimulutnya, "gue bakal kasih lo sedikit bocoran mau nggak ?"
Fio terkesiap, ia merapikan rambutnya yang sedikit tidak rapi. Ia menatap Ivan dengan tatapan penuh semangat ingin mendengar penjelasannya.
"Lo mau tahu hobi dia apa?" tanya Ivan.
Pertanyaan dari Ivan tentu saja disambut Fio dengan anggukan cepat dan kelewat semangat. Binar mata Fio kini semakin menyala-nyala.
"Apaan emangnya kak? Buruan kasih tahu aku. Penasaran banget nih jadinya."
Ivan terkekeh pelan, sebelum akhirnya ia pun menjelaskan.
***
Kerikir dan kaleng botol ditendangnya secara asal. Zafi masih kesal, ia berjalan di trotoar yang sepi. Rambutnya terlihat sangat berantakan, semenjak Mamanya meninggal tepat satu tahun yang lalu membuat hidup Zafi kian memburuk, apalagi Aksa.
Mustahil bagi Zafi jika ia terus berjalan kaki sampai rumah. Jaraknya masih puluhan kilometer lagi, cowok itu mengambil ponselnya dari dalam saku untuk memesan ojek online. Jam dipergelangan tangannya masih menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
Sebenarnya Zafi sudah tidak ingin tinggal dirumah itu semenjak Aksa mengungkapkan bahwa dia mau menikahi Maya di Cafe tadi. Rasanya sangat muak mendengarnya, terlebih lagi perasaan tidak suka kepada Maya.
Ojek online yang sudah dipesan Zafi sepuluh menit yang lalu akhirnya datang, ia langsung naik dan menyuruh abang tukang ojek untuk mengantarkan sampai rumah.
***
"Serius kak?" Fio rada geli mendengar ucapan yang keluar dari mulut Ivan mengenai hobi cowok itu--Zafi. Namun disisi lain Fio sendiri merasa semakin suka dengan Zafi.
Cewek itu menerka bahwa dirinya tidak pernah menenjumpai orang seperti Zafi yang menurutnya adalah salah satu spesies langka yang harus ia taklukan. Ketertarikannya dengan Zafi membuat Fio sendiri ingin menemui cowok itu sekarang. Ia ingin mencubit pipinya yang merah apabila sedang marah dan perkataan pedasnya.
Fio suka cara Zafi berbicara--unik. Satu kata yang ia rahasiakan. Entah sebab apa dan karena apa hatinya mendorong untuk lebih jauh mengenal dengan Zafi. Raga dan pikirannya percaya apabila suatu saat hati Zafi akan berbelok dan berjalan kearah dirinya. Hanya satu hal yang harus diperhatikan dan selalu diingat, yaitu soal waktu. Hanya waktu yang tahu bagaimana dan kapan benteng pertahanan yang Zafi miliki akan roboh dihadapan Fio.
Yang harus dilakukannya kini hanya menunggu dan tetap yakin dan berpikir kritis namun logis. Rasa-rasanya Fio tidak sabar untuk hari esok. Merecoki Zafi akan membuat dirinya terhibur, bukannya jengkel atau lengah ketika cowok itu menghina dan memarahi Fio dengan kata-kata pedasnya yang dapat merobohkan benteng pertahanan hati Fio, justru Fio sendiri malah menantikan hal itu.
Sungguh terlihat aneh yang dominan, cewek itu malah lebih suka dimarahi Zafi. Wajah tampannya meningkat ketika cowok itu mulai melancarkan aksinya itu dimata Fio.
Cewek itu terus melamun, membayangkan Zafi yang sedang memarahi dirinya. Hingga ia terkesiap ketika mendapati Ivan terus memanggil manggil namanya. Fio melotot kearah cowok itu yang terlihat menunjukkan mimik wajah heran. Mungkin yang ada dipikiran Ivan, Fio tengah mengalami kejadian janggal--ah tidak usah membahasnya.
"Eh, iya kak, sampai mana tadi?"
Ivan melengos kemudian tidak sampai lima detik menatap Fio lagi, "tadi sampai hobinya Zafi, lo sendiri juga sama seperti dia suka nonton drakor gituan?"
Fio menggeleng kuat, ia tidak begitu suka nonton acara begituan. Pernah nonton diacara TV, itupun hanya sekali waktu ia masih duduk dibangku SMP kelas IX. Aura para cewek-cewek biasanya sangat kuat dengan yang berbau Korea apalagi boy band dan girl band yang kini sudah sangat marak dan hampir semuanya tahu.
Benarkah Zafi suka nonton yang berbau korea? Mungkin menurut Fio sangat tidak masuk akal bahkan ia berani bertaruh bahwa sangat mustahil. Cowok bermulut pedas dan pemarah menyukai dengan sesuatu yang berhubungan dengan korea. Ah, Fio malah semakin tertarik. Baginya hal ini sangat menantang.
"Masa sih kak Zafi suka nonton korea? Emangnya sejak kapan? Gue pacarnya apa nggak tahu, kakak bohong ya sama aku?
"Cuih, ngaku pacarnya sahabat gue lagi. Mana mau Zafi sama lo. Zafi memang suka, gue aja baru tahu kemarin. Betewe gue juga rada-rada suka si, hehehe."
"Ih dasar funboy semua," ejek Fio.
"Gue kemarin lihat Zafi nontonnya serius amat, jadi gue penasaran dan nonton dilaptop gue sendiri."
Fio kini hanya bisa geleng-geleng kepala pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zafio (END)
Teen FictionFIOLETTA REYLISA "Sebagai gantinya, lo sekarang resmi jadi cowok gue!" ZAFI RAFJAKA "Perlu lo tau, lo adalah cewek paling aneh yang pernah gue temui!"