BAGIAN 22

6.3K 269 0
                                    

PANDANGAN mata Fio meneliti sekitar, tempat yang sangat asing kini berada dihadapannya. Entah tempat apa ini, Fio tidak tahu dan tidak berniat untuk bertanya kepada Zafi lagi. Fio sendiri sudah menduga bahwa Zafi pasti tidak akan menggubris omongannya.

Namun tidak bisa ia pungkiri, Fio berdecak kagum akan tempat ini. Zafi menyeret lengan Fio kemudian. Sontak, cewek itu terkejut dan langsung terhuyung ke depan karena genggaman tangan Zafi menyeretnya kesana. Matanya masih fokus kearah sekitar, pintu dibuka lebar dan mereka masuk ke dalam sana.

"Ini emang tempat apa?" tanya Fio kecil tetapi tidak memandang Zafi sedikitpun.

"Menurut lo?"

Fio mengendikkan bahu karena dia memang tidak tahu, "tapi gue suka tempatnya, nyaman."

"Nih, lo pegangin sebentar." Zafi memberikan kantong plastik yang berisi banyak makanan ringan yang dibelinya tadi.

Fio langsung menerimanya, tidak banyak omong. Hatinya masih sedang bersahabat akan kekaguman tempat ini.

"Lo nggak nanya ini tempat apa emangnya?" Zafi memandangi Fio.

Cewek itu kemudian menatap Zafi, "kenapa gue harus nanya, lagian nggak bakal lo jawab juga," jawabnya singkat.

Benar juga, Zafi melanjutkan jalan, sementara Fio mengekorinya dari belakang sambil menenteng kantong plastik yang menggelembung.

"Lo nggak usah menjelma jadi siput lagi bisa nggak si," ketus Zafi ketika menengok kearah belakang dan mendapati jaraknya dengan Fio sangat renggang.

Fio langsung sedikit berlari menghampiri Zafi, memang ia sudah tertinggal sedikit jauh. Fio berpikiran bahwa tempai ini tepatnya ruangan yang sekarang ia pijak merupakan tempat khusus olahraga. Namun, entah olahraga apa itu. Yang pasti, disini banyak poster yang menggambarkan kegiatan tersebut.

***

Gelas yang berisi cairan berwarna oranye itu sangat memanjakan mata. Apalagi gumpalan es batu didalamnya yang sedang menari-nari didalam sana, ketika melihatnya, Retta membayangkan begitu segarnya minuman itu apabila berselancar ditenggorokan.

Tanpa basa basi lebih lanjut, dia langsung meminum setengah jus jeruk milik Rani. Bahkan Rani sendiri belum meminumnya. Ini masih sangat belum seberapa dibandingkan perlakukan Rani kepada Retta. Apabila ditimbang, Rani lebih banyak mengusik Retta daripada Retta yang mengusik Rani.

Retta meletakkan kembali gelas di meja, Rani masih fokus kepada layar televisi. Seperti biasa, jam segini ia habiskan untuk menonton acara drama korea disana. Di temani banyak makanan ringan membuat Rani semakin fokus menontonnya.

"Ran!" panggil Retta. Merasa dipanggil, Rani melirik sebentar ke arah Retta dan kembali menatap ke benda berbentuk kubus itu lagi.

"Lo nggak marah minuman lo udah gue minum setengah?" Retta melihat tingkah kembarannya yang begitu biasa dan tenang. Biasanya Rani akan sangat marah dan menjambak rambut Retta apabila ia diganggu.

"Biasa aja," ketusnya tanpa memalingkan wajah sedikitpun kearah Retta.

"Kenapa?"

"Tadi ada cicak jatuh dan masuk ke dalam gelas minuman gue," jelasnya.

"UHUKK!!" Retta terbatuk dan memegang lehernya.

"Yang benar aja lo," raung Retta sambil mendorong lengan Rani.

"Unfaedah banget gue bohong sama lo," lanjut Rani sedikit ketus kepada Retta.

Zafio (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang