DRESS panjang berwarna biru muda sangat cocok ketika melekat dibadan Fio yang ramping. Rambut panjangnya dibiarkan terurai begitu saja. Fio mulai mengambil kado yang berada di nakas kemudian berjalan keluar menuruni tangga.
Terdengar langkah kaki yang mendekat, Morin lantas menoleh kearah sumber suara. Perempuan itu langsung terpesona akan kecantikan anaknya. Mata perempuan yang sudah berumur berkepala tiga itu kini terfokus pada Fio, tidak menghiraukan acara TV yang sedari tadi dilihatnya.
"Anak mama cantik banget, coba kamu punya pacar. Pasti ngajak video call terus nanti," celetuk Morin memuji paras Fio yang memang terbilang sangat cantik.
Morin memang belum tahu jika Fio sudah terikat hubungan percintaan dengan Zafi--cogannya SMA Harapan Pertiwi, karena Fio sendiri belum cerita dengan Mamanya.
"Bisa aja nih Mama," ucap Fio tertawa kecil.
"Oh iya, kamu pergi sama siapa ke ulang tahun Retta?" tanya Morin lagi.
Belum kunjung Fio menjawab pertanyaan Morin, bel depan rumah tiba-tiba berbunyi. Sontak Fio dan Mamanya langsung menengadah kepala menatap pintu. Morin sempat menatap Fio, tetapi cewek itu mengendikkan bahu tanda tidak tahu siapa gerangan yang memencet bel itu.
"Mama buka dulu." Morin lantas berjalan untuk membuka pintu.
Setelah pintu terbuka dengan sempurna, Morin menyipitkan sudut matanya, alisnya naik keatas, sedangkan dahinya turut berkerut. Orang itu nampak asing dibenak Morin, sebelumnya dia belum bertemu dengan sosok yang kini berada tepat dihadapannya.
"Malam tante," ucapnya terdengar sopan. Ukiran senyum mengembang disetiap sudut bibirnya. Morin membalas dengan senyuman kikuk, dia bingung untuk situasi seperti sekarang ini.
"Fio ada nggak tante?" tanya cowok itu setelah melontarkan senyum hormat.
"Kamu siapa ya kalo saya boleh tahu ?"
"Oh iya, aku Zafi Yan, salam kenal." Zafi menyodorkan tangan tangannya kehadapan Morin hendak melakukan salam hangat.
Walaupun Zafi terkenal dan identik akan mulut pedas dan ketusnya, tetapi ia masih mempunyai sopan santun kepada orang yang lebih berumur. Contonya seperti yang dilakukannya sekarang, berusaha bersikap baik kepada Morin.
"Sayang, ada temen kamu yang datang nih," teriak Morin dari depan. Sorot matanya masih terpaku menatap Zafi. Mungkin perempuan itu juga berdecak kagum oleh ketampanan Zafi yang sudah kelewatan.
Mendengar seruan Mamanya dari area depan, lantas Fio sedikit berlari menghampiri Morin. Fio sudah tahu siapa yang datang.
"Ini Ma, kenalin Zafi, dan Zafi, ini kenalin Mama aku," ujar Fio setelah sampai didepan.
"Mama udah kenalan kok tadi." Morin tersenyum kearah Fio dan Zafi.
"Kalau gitu, Fio berangkat sekarang ya Ma?"
***
Lima belas menit sudah berlalu, dan kini Zafi dan Fio sudah menampakkan badannya di rumah Retta. Tamu undangan juga sudah banyak yang datang, Fio bernapas lega karena setidaknya ia tidak terlambat. Pesta ulang tahun ini terbilang cukup mewah, dekorasi yang unik membuat siapa yang melihat pasti betah berlama-lama menatapnya. Ya, sangat memanjakan mata.
"Yuk masuk, keburu acaranya dimulai tuh." Fio berucap setelah tubuhnya turun dari motor Zafi.
"Nggak ah, aku kan nggak di undang. Ngapain juga aku masuk, yang ada bikin malu," cetus Zafi menolak ajakan Fio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zafio (END)
Teen FictionFIOLETTA REYLISA "Sebagai gantinya, lo sekarang resmi jadi cowok gue!" ZAFI RAFJAKA "Perlu lo tau, lo adalah cewek paling aneh yang pernah gue temui!"