JIKA Zafi tidak mau menceriakan tidak apa-apa. So, Ela juga akan memaksanya untuk menjawab nanti.
Zafi menatap Ela, mereka beradu pandang sesaat. "Dia cewek aneh, nggak penting juga," ujar Zafi lirih.
"Nggak penting apanya? Ngaco lo kalo ngomong. Yang ada, kalau lo nganggep Letta nggak penting kenapa lo pernah bawa kesini? Hayo? Mau jawab apa lo?" Reza berseru.
Zafi mendengus. "Dia maksa ikut, kan gue udah bilang kalau dia cewek aneh." Dia kembali mencibir.
Ela masih dengan diam mendengarkan seruan dari Zafi. Yang Ela lihat dari raut wajah Zafi, sepertinya cowok itu sudah lama mengenal Letta yang dimaksud Reza tadi.
"Kenapa aneh? Anehnya dimana?" Ela berucap lirih.
Reza dan Zafi langsung memandangi Ela.
"Cerewet," ujar Zafi.
"Gue nggak cerewet, dari tadi gue diem. Lo yang cerewet!" teriak Ela.
Tiga kerutan muncul didahi Zafi. "Dia ceweknya cerewet. Gue nggak ngomong lo yang cerewet. Kan lo tadi tanya letak anehnya dimana. Kenapa lo jadi ikutan aneh kayak Fio."
"Yaudah gue minta maaf. Nggak fokus, ehh...siapa yang lo sebut tadi?" Ela angkat bicara lagi.
"Fioletta namanya, cewek aneh yang gue maksud. Reza manggil dia Letta." Zafi menjelaskan.
"Fioletta?" Ela memastikan, barangkali yang tadi didengarnya memang salah.
Sontak Zafi dan Reza mengangguk mantap. "Kenapa?"
"Nggak pa-pa. Sana lo berdua main dulu, gue tungguin disini." Ela menyuruh kedua cowok itu agar segera bermain golf. Ela ingin sendiri untuk sesaat, berusaha menjernihkan pikirannya kembali.
Apakah yamg dimaksud Zafi adalah Fioletta yang tadi pagi Ela temui. Mungkin saja iya, nama itu sepertinya juga sangat langka.
Ela menganggap itu memang dia Fioletta yang dikenalnya belum lama--hanya beberapa jam yang lalu. Ela lebih nyaman manggil dia dengan sebutan Letta. Adik kelasnya itu berkata jika Ela sendiri memanggil nama dengan sebutan Letta, berarti Ela merupakan orang kedua yang berhasil menyebutnya dengan nama asing itu. Mungkin orang pertama adalah Reza.
Fakta kedua yaitu Ela mendengar dari mulut Letta sendiri jika dia mempunyai seorang teman cowok yang bermulut pedas seperti dirinya. Ela yakin yang dimaksud Letta adalah Zafi.
Satu alasan yang Ela harus tanyakan yaitu kenapa Zafi terlihat sangat tidak suka dengan Letta. Ela ingin tahu semuanya. Ela juga ingin mengintrograsi Zafi. Kalau Zafi berpacaran dengan Letta, Ela sangat setuju. Mereka juga terlihat sangat cocok bagaikan cabai rawit bertemu dengan cabai merah.
Setelah satu jam Fio duduk termenung menunggu Zafi bermain golf akhirnya cowok itu datang ke arahnya. Balutan seragam masih melekat dibadannya yang terlihat gagah. Dengan dipadukan dengan topi yang berwarna merah maroon menyeimbangi kaos yang dipakainya membuat penampilan Zafi sangat memanjakan mata bagi siapa yang melihatnya. Tongkat golf masih berada digenggaman tangannya.
"Gue udah selesai, mau pulang?" tanya Zafi seraya membuka topinya. Rambutnya yang berwarna hitam legam itu sedikit acak-acakan.
"Reza mana?" Ela malah balik bertanya kepada Zafi.
"Tadi ijin mau pulang dulu, katanya ada urusan. Oiya, dia titip salam sama lo tadi," ujar Zafi.
"Gimana? Udah petang nih. Mau pulang sekarang?" Zafi kembali menyuguhkan pertanyaan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zafio (END)
Teen FictionFIOLETTA REYLISA "Sebagai gantinya, lo sekarang resmi jadi cowok gue!" ZAFI RAFJAKA "Perlu lo tau, lo adalah cewek paling aneh yang pernah gue temui!"