"FI!"
Mendengar namanya dipanggil, cewek yang sudah mengendong ranselnya itu lantas berbalik. Ekspresinya berubah menjadi sukar diartikan. Seperti tidak suka kehadiran orang yang memanggil namanya itu.
Cowok itu mendekat, Fio sedikit menundukkan wajahnya. Sudah seminggu ia berhasil menghindar darinya, kini malah bertemu lagi. Fio rasa, usaha yang dilakukan akan sia-sia saja, karena memory yang sempat terpendam kini telah lahir kembali.
Fio mulai berjalan lagi, namun pergelangan tangannya berhasil di tarik oleh Zafi. Cewek itu kini berada sangat dekat dengannya. Sorot matanya masih sama, menatap ke bawah.
"Aku mau ngomong sama kamu," ucap Zafi lirih.
"Gue mau pulang," jawab Fio. Ucapannya tidak seketus yang terakhir cowok itu dengar. Ya, seminggu yang lalu di depan kelas Fio saat mau mengajaknya pulang bareng.
"Sebentar aja, kamu boleh ikut aku." Wajah Fio sedikit mendongak menatap wajah Zafi.
Fio berkata, "mau kemana, maaf nggak ada waktu!"
"Cuma sebentar, lima menit aja kok. Kamu ikut aku, ya?"
Fio menghela napas panjang, sebenarnya ia suka diperlakukan seperti ini oleh Zafi. Namun, ia harus menuruti apa kata Alizter supaya harus berhati-hati dengan cowok itu.
"Yaudah." Fio akhirnya mengiyakan. Lima menit bukanlah waktu yang lama. Fio mengikuti Zafi yang sudah berjalan mendahului dirinya. Sekolah kian sepi, seluruh murid sudah pulang. Kini hanya tersisa mereka berdua.
"Maaf Fi, aku harus lakuin hal ini ke kamu."
***
Zafi membawa Fio ke taman belakang. Keheningan terjadi beberapa saat, Zafi berdehem berusaha menetralisir keadaan agar tidak canggung. Zafi tahu, Fio pasti merasa canggung. Sudah satu minggu lamanya tidak ada interaksi diantara mereka berdua. Tidak heran jika hal itu terjadi.
"Kamu mau jelasin semua ke aku sekarang?" Zafi langsung ke inti pembicaraan.
Fio sedikit mendongak keatas, karena cowok itu memang lebih tinggi dari dirinya.
"Jelasin apa? Gue rasa nggak ada hal yang perlu diomongin," ucapnya ketus.
Zafi menghela napas ringan, "kenapa kamu ngejauhi aku kayak gini? Aku butuh penjelasan untuk itu," ucapnya lirih.
"Lo aja yang ngerasa kek gitu, gue biasa aja tuh," celetuk Fio semakin berkata ketus.
"Yaudah, kita berhenti saja kalau kayak gini." Zafi berkata lembut.
Jleb!
Jawaban seperti itu bukanlah yang Fio mau, ia sebenarnya ingin tetap bersama Zafi. Untuk saat ini Fio hanya ingin menghindarnya saja, bukan berarti mau hubungannnya hancur dengan mudah. Fio terdiam cukup lama."Kalau kamu masih nggak mau jelasin juga nggak pa-pa, aku nggak maksa," gumam Zafi ringan sambil tersenyum manis kearah Fio, senyuman yang ia buat sangat terpaksa. "Aku pergi dulu, jaga diri baik-baik."
Zafi menepuk pundak Fio pelan sebelum melesat pergi. Fio ingin mencegahnya, tetapi lidahnya terasa kelu untuk berkata. Ia hanya bisa menatap kepergian Zafi dalam diam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Zafio (END)
Teen FictionFIOLETTA REYLISA "Sebagai gantinya, lo sekarang resmi jadi cowok gue!" ZAFI RAFJAKA "Perlu lo tau, lo adalah cewek paling aneh yang pernah gue temui!"