BAGIAN 29

5.6K 229 1
                                    

BARU kali ini Fio menginjakkan kaki dikoridor kelas XII, rasa takut sudah pasti memenuhi raganya. Tangan Fio berkeringat sekaligus sekujur badannya menjadi gemetar. Sungguh ini melebihi rasa takut ketimbang melihat hantu sekalipun.

Mata Fio menerawang melihat setiap pintu yang berada dilorong itu, yang sekarang dicarinya adalah kelasnya Ivan.

Fio tidak fokus kearah jalanan, menurutnya ini masih jam pelajaran. Jadi, tidak apa jika ia tidak terlalu fokus kearah langkah kakinya karena koridor kelas XII sedang sepi nyaris tidak ada siswa sekalipun.

Kemudian Fio teringat ucapan Zafi bahwa dia sudah menyuruh bu Anita supaya tidak usah masuk kedalam kelas Fio. Hal itu memang sungguh terjadi, bu Anita tidak memulai pelajaran pada jam ini. Entah apapun yang Zafi katakan itu memang karena ulahnya atau hanya kebetulan semata. Fio tidak tahu itu.

Brukk!

Fio sedikit tersentak dan sekujur badannya langsung terhuyung kebelakang. Cewek itu nyaris terjatuh karena bertabrakan dengan seorang cowok.

Mungkin kecelakaan kecil ini terjadi bukan salah cowok itu, melainkan salah Fio sendiri karena tidak memperhatikan jalanan. Cowok itu lantas bergerak cepat membantu Fio berdiri, tentu saja Fio hanya diam dan menurut.

Rok dan seragamnya diusap dengan telapak tangannya yang putih, Fio mengibas-ngibaskan roknya barangkali debu masih bertengger disina.

"Maaf, gue nggak se--" ucapan Fio terhenti ketika kepalanya menengadah dan wajahnya yang cantik menatap Ivan yang berada dihadapannya.

Ivan tersenyum, "hati-hati, perhatikan jalan lo. Ngomong-ngomong mau apa, kok lo sampai dikoridor kelas XII?"

Cewek itu tersenyum kecil, "mau cari kak Ivan," jawabnya kikuk. Pandangan Fio mengarah kesepatu hitam miliknya yang sudah sangat kotor sekaligus tali sepatu disebelah kanannya terlepas.

Fio sama sekali tidak ada niatan untuk turun dan membenarkan tali sepatu itu, hal seperti itu tidak terlalu penting baginya. Pupil mata Fio membesar, wajahnya terlihat sangat kaget karena Ivan membungkukkan badan seraya kedua tangannya dengan cekatan mengikat tali sepatu.

Bibir yang berwarna merah muda sedikit tertekuk kedalam karena Fio menggigitnya dengan kencang. Fio menahan nafas untuk sesaat, manik matanya juga turut merasakan kegundahan dan lantas ia menutupnya samar-samar.

Setelah selasai mengikat tali sepatu membentuk simpul kupu-kupu, Ivan kembali berdiri dan menatap Fio dengan tatapan datar. Dia menghela napas yang terdengar berat.

"Lo bisa terjatuh lagi kalau nggak mengikatnya!" peringat Ivan sedikit kencang.

"Iya maaf," manik matanya yang berwarna hitam legam itu mengarah kesamping, Fio tidak ingin melihat wajah Ivan.

"Apa itu kode supaya gue yang benerin tali sepatu lo?"

Fio melotot, "eh nggak, nggak kok," pekik Fio seraya menggelengkan kedua telapak tangannya. "kenapa kak Ivan berpikiran seperti itu," lanjutnya sedikit menggerutu nyaris tidak terdengar.

Cowok itu tersenyum, "nggak pa-pa gue yang mau, lagian kenapa tidak?" alis tebalnya terangkat keatas.

"Maksudnya?"

"Ikut gue ke kantin." Ivan menarik lengan Fio cepat sekaligus

Cewek itu tersentak, "eh, jangan kantin dong."

***

Melihat Ivan yang begitu mudah lolos dari Pak Santoso, Zafi juga merasakan iri dan ingin keluar dari kelas ini. Kakinya sudah merasakan gatal ingin segera berlari.

Zafio (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang