SEBELUMNYA, Zafi belum pernah mengunjungi ke Cafe ini. Mata yang sayu masih menerawang memandangi tempat ini--asing. Berbeda dengan Aksa yang terlihat biasa saja.
Mereka tetap melangkahkan kakinya dilantai yang bercorak hitam putih, Zafi memberhentikan tubuhnya, sorot matanya fokus menatap orang yang kini berada dihadapannya.
***
Mematung, itulah raga Fio yang kini hanya menatap kedatangan dua orang dihadapannya. Wajah cowok itu terasa tidak asing bagi Fio--seperti pernah melihat.
Mereka duduk setelah Alizter menyuruhnya, Fio sedikit tersenyum hormat kepada rekan kerja Papanya itu, arah pandangannya menatap lagi cowok itu.
"Kamu temenin dia ngobrol ya?" ucap seorang laki-laki kepada anaknya, kemudian tersenyum kearah Fio.
Fio refleks terkejut, Alizter dan Gerald memutuskan pindah dari bangku yang kini didudukinya. Entah itu tidak mau diganggu oleh anak-anak mereka karena ada hal privasi atau ingin memberi keleluasan agar mereka saling mengenal lebih jauh.
Cewek itu mulai bangkit dari duduknya, decitan suara kursi yang ditarik mundur terdengar. Alizter menoleh kepada Fio dan mengisyaratkan agar ia duduk kembali. Kini Fio hanya berdua dengan seorang cowok yang berada didepannya.
"Hai," ucap cowok itu.
Fio tersenyum kearahnya, kemudia ia merundukan kepalanya menatap lantai--malu.
Cowok itu meringis, "kenapa? Nggak usah takut. Bukannya kita udah saling kenal, ya?" ucapnya.
Fio mengangkat dagunya dan mengangguk. Cewek itu memang sudah kenal dengan kakak kelasnya itu.
"Gue Ivan, lo Fioletta kan?" Pekiknya sedikit meninggikan suaranya.
"Kakak kenal aku?" tanya Fio, jari tangannya menunjuk ke dirinya.
"Siapa yang enggak kenal lo, kelas dua belas banyak yang ngantri ingin jadi pacar lo." Ivan masih menatap Fio, mendengar ungkapan itu hanya bikin Fio sendiri merasa malu. Pipinya sudah berubah menjadi merona.
"Dan gue sekarang sangat seneng banget," ucapnya lagi.
"Kenapa?"
"Karena gue ketemu sama lo, gue nggak usah repot-repot atau ngemis-ngemis kayak yang lain hanya untuk ngedate sama lo."
***
Zafi duduk bersama Aksa tepat didepan orang yang sama sekali tidak ia kenal. Tanda tanya besar telah memenuhi otaknya. Zafi menatap wajah Aksa dan perempuan yang berada dihadapannya secara bergantian.
Perempuan itu tersenyum kepada Zafi, namun cowok itu tidak kunjung membalas senyumannya. Senyuman yang Zafi lihat hanya senyum licik yang disembunyikan. Zafi sudah menilai bahwa perempuan itu bukan perempuan baik-baik. Sudah terlihat dari cara berpakaian, bibirnya terlihat sangat merah dengan bubuhan lipstik. Wajahnya seputih mayat.
"Perempuan ini siapa, Pa?" tanya Zafi spontan.
Aksa mendelik kearah Zafi, "kalau bicara itu yang sopan!" Peringatnya.
Arah pandangan Zafi kembali menatap perempuan itu yang sedang tertawa kecil, namun meremehkan.
"Nggak pa-pa mas, namanya juga anak muda. Ya kan, sayang," ucapnya dengan nada suara sedikit dimanis-maniskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zafio (END)
Teen FictionFIOLETTA REYLISA "Sebagai gantinya, lo sekarang resmi jadi cowok gue!" ZAFI RAFJAKA "Perlu lo tau, lo adalah cewek paling aneh yang pernah gue temui!"